Senin, 06 Juni 2011

Suatu Hari Nanti.....

oleh Anita Rini pada 07 Juni 2011 jam 7:41
Pada suatu hari kelak, pasti kita akan ditemui oleh Sang Malaikat Pencabut nyawa.
Dengan cara apa dia mencabut nyawa kita????
Dengan kasih sayangkah atau dengan kebencian???
Tidak ada satupun saat ini yang bisa memberi jawaban...

Ketika saat itu tiba, disekeliling kita banyak yang menangis
Tapi, taukah kita, apa yang menjadi tangisan buat mereka??
Kebaikan kita kah??
Atau justru mereka bersyukur dengan kematian kita???
Tidak ada juga yang beranai menjawabnya.....

Apakah mereka yang menangis itu tau akibat dari tangisannya??
Dengan tangisan mereka, tertolongkah kita??
Atau justru azab yang semakin pedih??
Atau himpitan bumi yang semakin kencang??
Ataukah pelukan bumi yang mesra seperti seorang ibu memeluk anaknya??

Duhai jiwaku....
Sejauh mana perjalanan kehidupan ini memperingatkan dirimu??
Sefaham apakah dirimu akan apa2 yg sudah Tuhanmu utus kepadamu??
Sebanyak apa bekal al Haq mu??
Bahkan jiwaku hanya tertunduk lesu ketika kutanya itu......

Duhai jasadku.....
Kau pasti akan hancur di tanah...
Kau pasti dimakan cacing dan rayap...
Kau pasti tidak ikut bertanggung jawab...
Tapi, unsur dirimu yang membuat jiwa ini bertanggung jawab

Ya Tuhan........
Engkau Maha Tahu apa yang sedang terjadi pada diriku
Ku mohon hanya: "Ampuni aku......."

Rabu, 25 Mei 2011

Mulianya Akhlak Rasulullah SAW

Dari Abdurrahman bin Abu Uqail radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Saya pergi sebagai utusan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kamipun mendatanginya. Kemudian kami mengetuk pintu. Pada saat itu, tidak ada seorang manusia pun yang kami benci daripada seorang laki-laki yang rumahnya akan kami masuki (maksudnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam). Akan tetapi, belum sempat kami keluar dari rumah itu hingga akhirnya tidak ada seorang manusia pun yang lebih kami sukai daripada seorang laki-laki yang kami masuki rumahnya itu. Salah seorang dari kami berkata, “Wahai Rasulullah! Kenapa engkau tidak meminta kerajaan sebagaimana nabi Sulaiman ‘alaihissalam?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, kemudian beliau bersabda, “Semoga saja menjadi sahabat kalian lebih utama di sisi Allah dibandingkan memperoleh kerajaan Sulaiman. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali Dia juga memberikan doa kepadanya. Dari mereka ada yang meminta dunia dengan dia tersebut, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkannya. Diantara mereka ada juga yang berdoa dengan doa tersebut jika kaumnya itu melakukan maksiat dan melanggar perintahnya sehingga akhirnya mereka pun dihancurkan. Dan sesungguhnya Allah juga telah memberi doa kepadaku. Namun aku simpan di sisi Rabbku agar pada Hari Kiamat nanti dapat menjadi syafaat bagi umatku.”

Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan saya adalah nabi yangmemberikan syafaat, maka saya akhirkan doa tersebut buat umatku. Dan mereka itulah (maksudnya orang-orang yang mendapat syafaat) adalah orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” **

Golongan Yang Masuk Surga Tanpa Hisab

ari Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu hingga aku melihat seorang Nabi dengan rombongan yang kecil dan ada Nabi yang mempunyai pengikut satu dua orang bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya. Tiba-tiba terlihat olehku rombongan yang besar, saya kira itu umatku maka diberitahu kepadaku bahwa itu Nabi Musa dan kaumnya tetapi lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu. Tiba-tiba di sana aku melihat rombongan yang besar sekali. Dikatakan kepadaku: Itulah umatmu dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa perhitungan (hisab)." Setelah itu Nabi bangun dan masuk ke rumahnya sehingga para sahabat saling memperbincangkan orang-orang yang akan masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat, "Mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Nabi saw." Ada pula yang berpendapat, "Mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah." dan berbagai pendapat lainnya yang mereka sebutkan. Kemudian Rasulullah saw kembali dan bertanya, "Apa yang sedang engkau bicarakan?" Mereka memberitahukan segala pembicaraan mereka maka Rasulullah saw bersabda, "Mereka yang tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung dan kepada Tuhan mereka selalu berserah diri (tawakal). Maka bangunlah 'Ukkasyah bin Mihshan dan berkata, "Ya Rasulullah, doakan semoga Allah memasukkan aku dari golongan mereka." Nabi saw menjawab, "Engkau termasuk golongan mereka." Kemudian berdiri orang lain, izin dan berkata, "Doakan semoga Allah menjadikan aku dari golongan mereka." Nabi saw menjawab, "Engkau telah didahului oleh 'Ukkasyah."
(Bukhari - Muslim)

Pelajaran Hidup

Ada dialog antara Mursyid (Guru) dan salik (murid)nya : Semoga bermanfaat dan bisa diambil hikmah, pelajaran serta bahan renungan sambil melihat ke dalam hati kita masing-masing, terutama saya pribadi :

Murid : Bagaimana pendapatmu, wahai guru mengenai persahabatan dengan orang lain?
Guru : Jika kamu jumpai orang arif dan dapat dipercaya, bersahabatlah dengannya; dan jauhilah selain itu seperti kau
           jauhi binatang buas.
Murid : Bagaimana cara ber-taqarrub kepada Allah, wahai guru?
Guru : Dengan meninggalkan dosa-dosa bathiniah.
Murid : Mengapa bathiniah, bukannya lahiriyah?
Guru : Sebab, jika kau mampu menghindari dosa-dosa bathiniah, maka yang lahiriyah akan tercegah dengan sendirinya.
Murid : Sekarang, wahai guru, dosa apakah yang paling mencelakakan?
Guru : Dosa yang tidak kamu sadari bahwa itu suatu dosa. Yan lebih celaka lagi adalah menganggapnya sutau kebajikan,
           padahal itu dosa.
Murid : Lantas, apakah ada dosa yang bermanfaat, guru?
Guru : Ada! Yaitu dosa yang selalu kau sesali, kau tangisi sampai mati, hingga tak berbuat dosa lagi. Itulah taubat
           nasuha, namanya.
Murid : Sebaliknya guru, apakah ada kebajikan yang justru akanmembinasakan?
Guru : Dialah kebajkan yang membuatmu lupa akan perbuatan-perrbuatan kejimu; kebajikan yang selalu kau ingat-ingat,
           berbangga-bangga, dan terlalu yakin hingga kau tak gentar lagi terhadap dosa yang telah kau perbuat.
Murid : Yang terakhir, mohon dijelaskan, rahmat Allah menakah yang palong menguntungkan, wahai guru?
Guru : Bilamana Allah melindungimu dari ketidakpatuhan kepada-Nya, dan menolongmu untuk taat kepada-Nya.

(diambil dari buku : "Percik-percik Kesufian by Achmad Suyuti)
Mengharapkan berkah di : Permata, malam Jum'at, 14 April 2011

Manusia Disisi Allah

Abd Allah ibn Umar ra. meriwayatkan:
Para Malaikat berkata:" Wahai Tuhan, diantara kami ada yang dekat dengan-Mu, ada yang berbaris seraya bertasbih kepada-Mu, dan seterusnya. Engkau telah menciptakan dunia untuk manusia, lalu ia makan dan minum disana. Kerena itu, berikanlah akhirat untuk kami!" Tuhan menjawab, "Aku tidak akan melakukan itu". Mereka kembali meminta hal serupa, namun Tuhan tetap menolak. Pada kali ketiga, Tuhan menjawab, " Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak akan menyamakan orang-orang shalih dari makhluk yang Kucipta dengan tangan-Ku sendiri seperti mereka yang hanya Kukatakan kepadanya :'Jadilah!' maka jadilah. Mereka adalah hamba yang dipaksa serta dimuliakan untuk beribadah dan suci, sedangkan manusia adalah para pelayan dan para pedagang yang melakukan transaksi."

Diambil dari buku :"the Wisdom of Al Hakim al Tirmidzi"

 Ayat pendukung :
Ali Imran [3]: 83
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan."
Ar Ra'd [13]: 15
"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari."
Fushshilat [41] : 11
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
At Taubah [9] : 111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.

Permata, 18 April 2011.

Ketakutan Imam Tamimi

Assalamualaikum wr.wb.
Sahabat sekalian, ada sebuah cerita yang sangat menarik dan menjadi pelajaran bagi perjalanan kita yang sedang mengumpulkan bekal untuk perjalanan panjang dan abadi kelak.
Kisah dari Imam Tamimi. Beliau membuat sebuah baju dan beliau sangat menyanyangi baju barunya tersebut. Tetapi karena terdesak kebutuhan, terpaksa ia harus menjualnya. Ketika baju itu ditawarkan kepada pembeli dan diamati, ternyata di dalamnya ada cela, ada bagian yang robek. Maka baju itupun dikembalikan. Tak diduga, Imam Tamimi menangis tersedu-sedu, sehingga pembeli itu terharu lantas berkata, "Jangan bersedih tuan, baju itu tetap akan akau bayar". Mendengar teguran itu Imam Tamimi menjawab, "Apakah kamu kira aku menangis kerana baju itu? Tidak! Baju itu memang baju kesayanganku, dan kamu kembalikan karena ada sedikit cela. Tapi, aku menangis karena teringat amal-amalku sejak empat puluh tahun yang lalu. Aku merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal itu tidak diterima Allah lantaran suatu cela disebabkan tidak ikhlas".
Seorang sufi yang terkenal seperti Imam Tamimi saja menangis seperti itu ketika teingat amal-amal beliau, yang takut ada cela di mata Allah, apalagi kita, yang hanya seorang pejalan pencari kebenaran?????

Ramal Meramal

1.”Barang siapa yang datang kepada tukang ramal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang dikatakannya, tidak akan diterima sholatnya selama 40 hari”( HR. Muslim ).

2.”Barang siapa mempelajari salah satu cabang dari perbintangan, maka dia telah mempelajari sihir”( HR. Abu daud ).

3.dari Ibnu Mihjan, ( diriwayatkan ) dengan marfu’ :
( Nabi SAW bersabda ) : Aku kuatirkan atas umatku,sesudahku, tiga perkara : penyelewengan ( kedzhaliman ) para pemimpin; dan kepercayaan kepada bintang-bintang dan pendustaan kepada qadar”( HR. Ibnu Asakir dan di-Shahihkan As-sayuti ).

4.”ditanya Rasulullah tentang Kahin - kahin”. Beliau menjawab : “Mereka itu bukan apa- apa”, kemudian mereka ( para sahabat ) bertanya : “Wahai Rasul Allah, mereka itu berbicara tentang suatu hal yang kadang-kadang ada juga benarnya”. Maka Rasulullah menjawab : “Perkataan itu adalah hak Allah yang disambar jinn yang dipatukkan pada telinga wali-walinya, laksana patukan ayam betina kemudian mereka campur adukan yang benar itu dengan seribu kebohongan”.( HR. Bukhari ).
*aisyah memberi komentar kepada Sabda Rasulullah diatas sebagai berikut : ” Sesungguhnya para malaikat turun di mega menyebutkan hal-hal yang telah diputuskan dilangit. Maka syaitan-syaitan ( Jinn Kafir ) mencari tahu dengan pendengarannya akan hal itu, kemudian disampaikannya kepada tukang-tukang ramal”.( HR. Bukhari ).

5.” Siapa yang mendatangi Arraf, Kahin ( tukang ramal ) lalu membenarkannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw”. ( HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Abu Dawud ).

6. "Barangsiapa membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah syirik kepada Allah". Para sahabat bertanya, “Apakah penebusannya, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Ahmad)

“Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah, dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman."

Empat Aliran Sungai

Nabi Muhammad Saw berkata: "Sepanjang Mikrajku, aku menyaksikan sebuah kuba cahaya. Empat aliran sungai-salah satunya adalah sungai air, satu lagi madu, satu lagi anggur dan yang satu lagi susu. Semuanya mengalir dan menampakkan gelembung-gelembung air dari kubah cahaya.
Jibril berkata: "Ya Rasulullah, tidakkah Anda ingin melihat mata air dari aliran-aliran sungai ini?' Sewaktu aku mengatakan ,"Ya", kubah tersebut terbuka. Tertera di dalamnya kalimat :
Bismillahirrahmanirrohim
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
"Aliran sungai Air mengalir dari huruf Arab 'M' dalam perkataan 'bismillah'. Aliran sungai Madu dari 'H', aliran sungai Susu dari lubang di pusat huruf Arab 'M' dalam 'rahman' dan aliran sungai Anggur dari lubang pusat huruf Arab 'M' dalam 'rahim'. Ketika aku mengucapkan, 'Siapakah yang akan minum dari aliran-aliran sungai ini, Jibril?'
Allah berkata:
"Ya Muhammad, apabila setiap orang di kalangan umatmu menyebut Asma-Ku dan mengatakan 'Bismillahirrahmanirrohim' dengan niat yang ikhlas, selanjutnya di Hari Kebangkitan Aku akan mengizinkan hamba-hamba-Ku minum dari aliran sungai ini, di saat orang lain merasa kehausan. Ya Muhammad, apabila siapapun di kalangan umatmu mengambil wudhu dan mengucapkan "tidak ada tuhan selain Allah". Demi keagungan-Ku, Aku akan memberi hamba-Ku surga yang besarnya seluas bumi."

Diambil dari buku "The Idol of Universe"

Orang Gila Menawarkan Resep

Seorang pembimbing spiritual, suatu kali lewat di depan rumah sakit jiwa. Seorang dokter sedang mengajar di sana, ia melontarkan pertanyaan, "Dokter yang pintar, adakah obat bagi penyakit dosa; adakah obat bagi cinta dan rindu?" Sang dokter bertanya dalam hati bagaimana menjawabnya. Salah seorang pasiennya menawarkan diri memberikan jawab. Setelah memperoleh persetujuan, sang dokter mengizinkan. Orang gila berkata, "Anda ingin tahu obat bagi penyakit dosa dan obat bagi pedihnya cinta dan rindu. Dengarkanlah Campurkan akar tobat dengan daun shalat untuk memperoleh ampunan. Lembutkanlah mereka dalam gerinda hati dengan penumbuk penegasan tentang keesaan Allah. Saring campuran tersebut dengan saringan kerendahan hati; olesi dengan air mata keikhlasan dan masaklah di atas api cinta. Tunggulah dengan sabar dan tabah hingga proses pemasakan yang berlangsung lama tersbut mempunyai kesempurnaan. Selanjutnya, makan dengan sendok keridhaan. Unsur pertama dari pasta ini merupakan obat bagi pedihnya dosa, sementara selebihnya adalah obat bagi cinta dan rindu. Cinta dan rindu akan mengantarkan Anda menuju Rasulullah. Kesatuan dengan Rasulullah saw akan mengantarkan anda berjumpa dengan Yang Maharahman, ridha Tuhan dan Keindahan Allah."

Diambil dari "The Idol Of Universe" by Syaikh Muzaffer Ozak Al Jerrahi

Kebaktian Kepada Orang Tua

“Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [Luqman 14]

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."QS Al Isra: 23.

Rasulullah saw. bersabda, "Jihad adalah berbakti kepada orang tua dengan berbuat baik untuk menyenangkan hati keduanya, jihad adalah berbuat baik kepada para istri untuk menyenangkan hati mereka, jihad adalah berbuat baik kepada anak-anak untuk menyenangkan hati mereka, dan jihad adalah bekerja keras mencari penghidupan agar tidak menjadi beban orang lain!"

Bagi orang tuanya yang sudah berjalan di alam Barzah, kanjeng Rasulpun membimbing kita dengan beberapa ajarannya, antara lain:

Dari Sa'ad ibn Ubadah,"Aku pernah bertanya, 'Ya Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia, tetapi ia tidak berwasiat dan tidak juga bersedekah. Apakah akan memberikan manfaat kepadanya jika aku bersedekah untuknya?' Beliau menjawab, 'Ya, meskipun hanya dengan betis kambing yang dipanggang.'"

dari Ibn Umar, Rasulullah nerkata' " Jika salah seorang diantara kalian bersedekah secara ikhlas dengan meniatkannya untuk kedua orang tuanya, bagi keduanya ada pahala dari sedekah tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengeluarkannya."

Ad Daylani, Rasulullah saw berkata, " Tidaklah sebuah keluarga yang ditinggal mati oleh salah seorang anggota keluarganya, lalu mereka bersedekah untuknya setelah wafatnya melainkan Jibril akan menjadikannya sebagai hadiah yang diberikan ke...padanya diatas cahaya, lalu berhenti di tepi kubur seraya berujar,'Wahai penghuni kuburan yang sangat dalam, inilah hadiah yang diberikan keluargamu untukmu.' Kemudian Jibril menyerahkannya kepadanya di dalam kubur. Dia tentu saja merasa senang dan bahagia, sementara tetangganya yang tidak mendapatkan hadiah merasa sedih."

"Umatku adalah umat yg dirahmati.Mereka masuk ke dlm kubur dg dosa2 setinggi gunung dan keluar dari sana dlm keadaan terampuni segala dosanya, yaitu dengan adanya permohonan ampunan oleh orang2 yg masih hidup untuk orang2 yg sudah meninggal dunia"

Rasulullah saw pernah brsabda:“Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketik mereka hidup, jika ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat, maka ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka hidup, tapi sesudah mereka wafat ia memperbanyak istighfar untuk mereka, sehingga ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka.”

"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." Ali Imran [3]:92

Sepuluh Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga

Dari Abu Dzar ra, bahwa Rasulullah masuk ke rumah Aisyah ra dan bersabda: “Wahai Aisyah, inginkah engkau mendengar kabar gembira?” Aisyah menjawab : “Tentu, ya Rasulullah.” Lalu Nabi SAW bersabda, ”Ada sepuluh orang yang mendapat kabar gembira masuk surga, yaitu : Ayahmu masuk surga dan kawannya adalah Ibrahim; Umar masuk surga dan kawannya Nuh; Utsman masuk surga dan kawannya adalah aku; Ali masuk surga dan kawannya adalah Yahya bin Zakariya; Thalhah masuk surga dan kawannya adalah Daud; Azzubair masuk surga dan kawannya adalah Ismail; Sa’ad masuk surga dan kawannya adalah Sulaiman; Said bin Zaid masuk surga dan kawannya adalah Musa bin Imran; Abdurrahman bin Auf masuk surga dan kawannya adalah Isa bin Maryam; Abu Ubaidah ibnul Jarrah masuk surga dan kawannya adalah Idris Alaihissalam.”

1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Ubaidillah ra. Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Sa’ad bin Abi Waqqas Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Beliau adalah salah satu tauladan profil seorang saudagar muslim yang memulai kerajaan bisnisnya dari 0 sampai sukses besar namun tetap zuhud. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Nabi Isa a.s dan Pencabut Gigi

Ketika Nabi Isa a.s. lewat di pemakaman. Ia melihat penghuni kubur sedang disiksa. Nabi Isa a.s. berdoa kepada Allah agar berkenan mengetahui sebabnya. Allah SWT berkata, "Wahai Isa berdoalah kepada-Ku agar Aku menghidupkan dia kembali." Kemudian Nabi Isa a.s. berdoa sesuai perintah Allah. Lalu Allah berkata kembali, " Aku akan menghidupkan lagi orang yang mati agar kau dapat mengambil pelajaran. Mengapa ia memperoleh siksa kubur. Biarkan ini menjadi pengetahuan bagi mereka yang tidak percaya kepada Hari Kebangkitan"
Saat Nabi Isa a.s berdoa, penghuni kubur yang sedang disiksa berdiri. Mengguncang-ngguncang kepalanya dan membersihkan tanah dari kepalanya. Nabi Isa a.s. bertanya, "Mengapa engkau mengalami siksa kubur?" Ia menjawab, "Ya Nabi Allah, Aku dulunya seorang kuli pengangkut barang. Suatu hari saat aku sedang membawa kayu bakar, tanpa sepengatahuan pemiliknya aku mengambil sepotong kayu untuk mencabut gigiku, karena itu aku disiksa."

Semoga mendapat hikmah dari pelajaran ini.

Diambil dari buku "The Idol of The Universe" by Syaikh Muzaffer Ozak Al Jerrahi.

Hubungan Sesama Muslim

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah s.a.w bersabda, “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan kalian membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak layak untuk saling menzhalimi, berbohong kepadanya dan acuh kepadanya. Taqwa itu ada disini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram bagi seorang muslim dari muslim yang lainnya, darahnya, hartanya, dan harga dirinya” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah ra, Nabi Saw bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Allah akan menyelimuti mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (Hadits dengan redaksi seperti ini diriwayatkan oleh Muslim)

Akhlak Mulia

Ditanyakan kepada Ibrahim bin Adham,"Apakah egkau pernah bahagia di dunia ?"
"Ya..dua kali".
"Apa saja itu ?"
"Pertama, ketika saya sedang duduk, datang seseorang mengencingi saya. Kedua, ketika saya duduk, datang seseorang dan langsung menampar saya".

...Sahabat yang sedang mencari rahmat Allah, bisa nggak kita membayangkan akhlak seorang sufi besar ini, beliau merasakan dua kali kebahagiaan yang menurut kita adalah suatu yang luar biasa menyakitkan. Dari atsar ini kita bisa melihat bahwa seorang yang mengharap ridha Allah itu (al Mukmin), tidak pernah melihat apa yang Allah turunkan, tapi mereka sibuk melihat siapa yang menurunkan tanpa pernah melihat dan menghitung apa yang Dia turunkan. Wajahnya selalu menghadap ke Wajah Allah Ta'ala demi mencari keridhoan-Nya semata.
Teringat pula kisah Rasulullah di Thoif, betapa menderitanya beliau, tapi tidak terucap sepatahpun keluhan apalagi makian untuk penduduk Thoif tersebut.
Dari kisah ii, semoga kita mendapat pelajaran, dan meringankan perjuangan kita dalam mencari kebenaran yang sejati.

Putri Mandalika

Menurut dongeng bahwa pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan – ruangan yang besar. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja – raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting.
Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana pauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran – pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta. Mereka mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri.
Mereka saling mengadu peruntungan, siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran Maliawang. Masing – masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming. Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusaning Allah, sedang Maliawang meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan. Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri Tonjang Beru disaput duka.
Kenapa sang putri menolak lamaran ? Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 ( bulan Sasak ) menjelang pagi – pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang. Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing – masing. Semua para undangan diminta datang dan berkumpul di pantai Kuta. Tanpa diduga – duga enam orang para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi ini bagaikan dikerumuni semut. Ada yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh sang putri. Anak – anak sampai kakek – kakek pun datang memenuhi undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin menyaksikan bagaimana sang putri akan menentukan pilihannya. Pengunjung berduyun – duyun datang dari seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul dengan hati sabar menanti kehadiran sang putri. Betul seperti janjinya… Sang putri muncul sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang menunggu berhari – hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang sangat halus.
Tidak lama kemudian, sang putri melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru : ”Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.”
Bersamaan dan berakhirnya kata – kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya – tanya memikirkan kata – kata itu. Tanpa diduga – duga sang putri mencampakkan sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar.
Tidak ada tanda – tanda sang putri ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu beramai – ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak – banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih.

(Sebuah kisah bukan hanya legenda suatu daerah, tapi sangat sarat mengandung pelajaran)

Menjaga Kecemburuan Allah

Katakanlah , Tuhanku mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi”. (QS Al-A’raf 33)RasuluLlah SAWW bersabda :
“Tiadalah seseorang yang lebih cemburu dari Allah. Termasuk kecemburuannya adalah mengharamkan perbuatan yang keji baik yang tampak maupun yang tersembunyi”.
Sabda Beliau yang lain :
“sesungguhnya Allah cemburu dan orang mukmin cemburu. Kecemburuan Allah adalah jika seorang hamba yang beriman melakukan perbuatan yang diharamkan Allah Ta’ala”.

Muhammad bin Hasan bercerita :Ketika saya mengelilingi gunung libanon, tiba-tiba muncul seorang pemuda di hadapan kami yang badannya terbakar oleh panasnya udara. Ketika melihat saya dia langsung berpaling dan berlari, lalu saya mengejar dan mengikutinya.
“Nasihatilah saya !” teriak saya dari jarak yang agak dekat.
Tanpa berpaling, pemuda itu meninggalkan pesan, Hati-hatilah sesungguhnya Dia sangat pencemburu. Dia tidak ingin di hati hamba-Nya ada ketertarikan kepada selain-Nya”. Pemuda itu segera menghilang dan saya merenungkan kata-katanya”.

An-Nashr Abadzi berkata, “Allah itu sangat pencemburu. Diantara kecemburuann-Nya adalah Dia tidak memberikan jalan untuk menuju kepada-Nya di jalan selain jalan-Nya.”

Suatu hari Rabiah Al-Adawiyah mengalami sakit. Salah seorang pengunjung menanyakan keadaannya.
“Apa penyebab penyakitmu ?”
“Saya telah melihat surga di hatiku, lalu Tuhan mendidikku. Dia menegurku,dan saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.” Dia berkata sambil memandang Tuhan di dalam hatinya.

Ahmad An-Nuri seoarng shufi pengembara ketika sedang dalam perjalanannya dia mendengar suara azan, lalu menjawabnya dengan jawaban lain, “Tusukan dan racun kematian.” Selang beberapa detik dia mendengar lolongan suara anjing, lalu menjawab, “Baik, semoga engkau berbahagia”. Orang yang mendengarnya memprotes,” Sesungguhnya hal ini sama dengan meninggalkan agama karena mengatakan tusukan dan racun kematian untuk jawaban suara azan dan menyambut lolongan anjing dengan jawaban yang baik.” Dia menjawab, “Karena suaranya bagaikan kepala orang yang berzikir kepada Allah dengan hati yang lengah. Sedangkan tentang anjing itu Allah berfirman :
Dan tidak satupun makhluk melainkan bertasbih dengan memuji-Nya (QS Al-Isra 44)

Diambil dari "Risalah al Qushairiyah"

Ketika Musibah Datang

Bismillahirrohmanirohim.

Ketika 'musibah' menghampiri diri, maka katakanlah kepada jiwa kita : "Wahai jiwa, Tuhan lebih mengetahui apa yang berhak kau dapat. Kalau engkau tidak menerima dengan baik ketentuan dan takdir yang dipilih-Nya untukmu, aku takkan peduli dengan keinginan dan hasratmu. Musibah yang menimpaku ini menyimpan berbagai hikmah berupa : tebusan atas kesalahan yang mestinya diganjar dengan azab yang lebih besar, ujian untuk mengangkat derajatku sehingga lebih dekat kepada-Nya, perlindungan agar aku terhindar dari dosa, alat untuk memalingkan dari kelalaian, [dan] atau hukuman akhirat yang disegerakan agar aku tak lagi disiksa disana. Jadi, semua mengandung kebaikan."

Orang bijak tentu menyikapi musibah dengan indah. Ia akan berkata, "Ini adalah kehendak-Nya pasti lebih mulia daripada kehendakku serta lebih agung dalam hatiku daripada jiwa dan segenap anggota tubuhku."

Allahumma sholli ala Muhammad wa ali Muhammad.

Diambil dari "The Wisdom Of Al-Hakim Al-Tirmidzi. Olah Jiwa Untuk Meraih Takwa"

Kamis, 05 Mei 2011

Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan tujuh Amal Sang Hamba

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"
Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:
Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!
Labbaik, wahai penghulu para rasul....!
Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!
Wahai Mu'adz...
Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.
Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya.
Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!"
Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit
pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.
Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan
si hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!'

Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini
berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.
Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!
Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!
Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"
Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".
Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"
Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??"
"Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!"
Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.
Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.
Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...
Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...


Diambil dari Kitab "Minhajul Abidin" karya Imam Al Ghazali

Kamis, 24 Maret 2011

Wasiat

Allah wasiatkan kepadamu lima perkara :
1. Jika dianiaya jangan menganiaya,
2. bila dikhianati jangan mengkhianat,
3. jika didustakan janganlah marah
4. jika dipuji jangan berbahagia,
5. jika dicela jangan gusar.
Pikirkanlah tentang apa yang dikatakan kepadamu. Jika yang diucapkan itu benar maka jangalah engkau menolak kebenaran itu karena takut jatuh harga dirimu. Sebab jatuhnya harga dirimu di hadapan Allah karena menolak kebenaran, jauh lebih buruk dan lebih jelek dari apa yang kamu takutkan. Dan jika yang dilontarkan kepadamu tidak benar, maka itu jadi pahala bagimu tanpa harus bersusah payah beramal.(Imam Muhammad al Baqir)

Khusyu Dalam Sholat

(Copas dari catatan sahabatku : Tessa Sitorini)

Diriwayatkan bahwa amalan hamba yang pertama kali dilihat pada Hari Kiamat adalah shalat. Jika didapati sempurna, diterima darinya dan amalan-amalan yang lain. Akan tetapi, jika didapati cacat, dikembalikan shalat itu kepadanya dan juga amalan-amlaan lainnya. Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan shalat fardhu adalah seperti timbangan. Barangsiapa yang menyempurnakannya, berarti sempurnalah ia.”

Sementara itu, Yazid ar Riqasyi berkata, “Shalat Rasulullah saw itu setimbang seakan-akan benda yang ditimbang.”

Rasulullah saw bersabda, “Dua orang dari umatku mendirikan shalat. Rukuk dan sujud mereka sama. Namun, apa yang ada di antara kedua shalat mereka itu seperti apa yang ada di antara langit dan bumi.” (Beliau menunjuk pada kekhusyukkan satu atas yang lainnya).

Dalam sebuah hadis disebutkan, “Pada Hari Kiamat Allah tidak memandang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya di antara rukuk dan sujudnya.”

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan shalat pada waktunya, membaguskan wudhunya; serta menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukkannya, maka shalat itu naik ke langit dalam rupa putih bercahaya. Ia berkata, “Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku.”
Akan tetapi, barangsiapa yang mendirikan shalat di luar waktunya; tidak membaguskan wudhunya; serta tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya, maka shalat itu naik ke langit dalam rupa wajah hitam kelam. Ia berkata, “Semoga Allah menelantarkanmu sebagaimana engkau telah menelantarkanku.”
Dengan kehendak Allah, shalat itu dilipat sebagaimana pakaian manusia dilipat, lalu dipukulkan ke wajah orang itu.”

Ibn Mas’ud berkata, “Shalat itu adalah takaran. Barangsiapa menyempurnakannya, sempurnalah ia. Akan tetapi, barangsiapa yang menguranginya, hendaknya ia tahu firman Allah SWT: celakalah orang-orang yang mengurangi timbangan (QS Al Muthaffiffin [83]:1).”

Seorang ulama mengatakan, “Perumpamaan orang yang shalat itu seperti pedagang yang tidak memperoleh laba sebelum habis modalnya. Demikian pula shalat, tidak diterima sunnahnya, sebelum ditunaikan fardhunya.”

Abu Bakar r.a. berkata, “Jika tiba waktu shalat, berdirilah di hadapan api (murka) Tuhanmu yang kalian nyalakan. Lalu padamkanlah.”

Rasulullah saw bersabda, “Shalat itu ketenangan dan kerendahan hati.”

Rasulullah saw bersabda, “Shalat orang lalai tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.”

Rasulullah saw bersabda, “Betapa banyak orang yang berdiri untuk shalat tetapi tidak memperoleh selain letih dan lelah, dan tidak mendapatkannya selain orang yang lalai.”

Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”

Ahli makrifat berkata, “Shalat itu adalah empat hal, yaitu dimulai dengan ilmu, berdiri dengan rasa malu, ditegakkan dengan keagungan, dan keluar darinya dengan rasa takut.”

Seorang guru sufi berkata, “Barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, rusaklah shalatnya.”

Rasulullah saw bersabda, “Di surga ada sebuah sungai bernama al Afyah. Di situ terdapat bidadari-bidadari yang Allah ciptakan dari za’faran yang bermain dengan mutiara dan yakut. Mereka memuji Allah dengan tujuh puluh ribu bahasa. Suara mereka lebih indah daripada suara Daud a.s. Mereka mengatakan, “Kami adalah milik orang-orang yang mendirikan shalatnya dengan khusyu dan dengan kehadiran hati.” Allah SWT lalu berfirman, “Pasti Aku tempatkan ia di rumah-Ku dan menjadikannya berada di samping-Ku.”

Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi saw, “Katakan kepada orang-orang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku, ‘Di mana saja engkau mengingat-Ku, berzikirlah kepada-Ku, sementara kamu menghentikan anggota badanmu (dari berbuat maksiat). Ketika berzikir kepada-Ku, jadilah orang yang khusyuk dan tenang. Apabila kamu berzikir kepada-Ku, jadilah lidahmu di belakang kalbumu. Jika kamu berdiri di hadapan-Ku, berdirilah seperti berdirinya seorang hamba yang hina serta bermunajat dengan hati yang takut dan lisan yang benar.”

Dalam riwayat lain Allah SWT mewahyukan kepada Nabi saw, “Katakan kepada orang-orang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku, ‘Aku telah bersumpah kepada diri-Ku bahwa siapa saja yang mengingat-Ku, Aku akan mengingatnya. Akan tetapi, jika mereka tidak mengingat-Ku, Aku akan mengingat mereka dengan laknat.”

Ini tentang orang durhaka yang tidak lalai berzikir kepada Allah. Lantas bagaimana halnya jika berkumpul dalam dirinya kemaksiatan dan kelalaian? Seorang sahabat berkata, “Pada Hari Kiamat manusia dikumpulkan seperti keadaan mereka dalam shalat berupa ketenangan dan ketentraman, serta rasa kenikmatan dan kelezatan dalam menunaikannya.”

Nabi saw melihat seseorang yang mempermainkan janggutnya ketika shalat. Beliau lalu bersabda, “Kalau hati orang ini khusyuk, niscaya khusyuk pula anggota-anggota tubuhnya.”
Selanjutnya beliau bersabda, “Barangsiapa yang hatinya tidak khusyuk, ditolaklah shalatnya.”
Allah SWT memuji orang-orang yang khusyuk dalam shalat tidak hanya dalam satu ayat. Allah SWT berfirman, …orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya (QS Al Mu’minum [23]:2), …dan mereka selalu memelihara shalatnya(QS Al An’am [6]: 92); …mereka itu tetap mendirikan shalatnya (QS Al Ma’arij [70]: 23).

Ada yang mengatakan bahwa orang yang mengerjakan shalat itu banyak, tetapi orang yang khusyuk dalam shalatnya itu sedikit. Orang yang berhaji itu banyak, tetapi yang mabrur itu sedikit. Burung itu banyak, tetapi bulbul itu sedikit. Orang berilmu itu banyak, tetapi yang beramal itu jumlahnya sedikit.

Shalat adalah tempat ketundukan hati, kepasrahan dan kekhusyukan. Ini adalah tanda diterimanya amalan. Amalan sunnah itu ada syaratnya dan penerimaan pun ada syaratnya. Syarat amalan sunnah adalah ditunaikan fardhunya, sedangkan syarat diterimanya amalan adalah kekhusyukan, sebagaimana firman Allah SWT: “Sesungguhnya beruntunglah kaum beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS Al Mu’minun [23]:1-3)” dan ketakwaan seperti firman Allah SWT “…sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Maidah [5]:27).

Tentang ini Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mendirikan shalat dua rakaat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah, ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ia dilahirkan ibunya.”

Ketahuilah, tidak ada yang membuat seseorang lalai dari shalat selain dari pikiran-pikiran yang sibuk. Jadi, hal itu harus dihilangkan. Kadang-kadang bisa dilakukan dengan shalat dalam kegelapan atau di tempat yang sunyi, jauh dari kebisingan, tidak menggunakan sajadah yang berwarna-warni, dan tidak mengenakan pakaian yang bercorak yang dapat menarik perhatiannya ketika sedang shalat.

Diriwayatkan, Nabi saw mengenakan gamis bercorak yang diberikan Abu Jahm, lalu beliau shalat. Setelah selesai shalat, beliau menanggalkannya dan berkata, “Bawalah gamis ini kepada Abu Jahm. Pakaian ini telah melalaikanku dari shalatku.”

Nabi saw pernah pula memperbarui tali sandalnya. Kemudian ketika shalat, beliau selalu memandanginya. Oleh karena itu, setelah selesai shalat, beliau memerintahkan agar tali itu dilepas dan diganti dengan tali yang lama. Selain itu, Nabi saw pernah mengenakan cincin emas pada jarinya sebelum hal itu diharamkan. Lalu, ketika duduk di atas mimbar, beliau melemparkannya dan berkata, “Ini telah menyibukkanku dengan sekali memandangnya dan sesekali memandang kalian.”

Seorang sahabat shalat di rumahnya dekat dinding, sementara pohon kurma di samping rumahnya sedang berbuah lebat. Sesekali ia memandang buah kurma itu dan merasakan ketakjubannya. Lantas ia lupa berapa rakaat telah ia kerjakan. Hal itu kemudian disampaikan kepada Utsman r.a. ‘Utsman memerintahkan agar buah kurma itu disedekahkan di jalan Allah. Orang itu segera menjualnya dengan harga lima puluh ribu.

Seorang ulama salaf berkata, “Ada empat hal dalam shalat yang merupakan kesia-siaan; berpaling, mengusap wajah, meniup debu (pada tempat sujud), dan shalat di jalan tempat lalu lalang orang lain.”

Hal ini pun ditegaskan Rasulullah saw dalam sabdanya, “Allah Azza wa Jalla menghadap kepada orang yang shalat selama ia tidak berpaling.” Oleh karena itu, jika sedang shalat, Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. berdiri seperti tiang. Sementara sahabat yang lain apabila sedang rukuk tampak tenang seperti benda mati sehingga tidak merasakan burung-burung yang hinggap di punggungnya. Semua itu merupakan sikap yang dituntut di hadapan orang besar dari penghuni dunia. Lantas, bagaimana tidak dituntut di hadapan Raja segala raja?

Di dalam Taurat termaktub, “Wahai anak Adam, jangan merasa lemah untuk berdiri di hadapan-Ku dalam keadaan shalat sambil menangis. Aku adalah Allah yang dekat kepada kalbumu dan dalam gaib engkau melihat cahaya-Ku.”

Abu al ‘Aliyyah ditanya tentang firman Allah SWT: …orang-orang yang lalai dalam shalatnya (QS al Ma’uun [107]:5). Ia menjawab, “Orang-orang yang lalai dalam shalatnya sehingga tidak mengetahui apakah ia pada rakaat genap atau pada rakaat ganjil.”

Sementara Al Hasan berkata, “Maksudnya adalah orang-orang yang lalai terhadap waktu shalat sehingga berlalu.”
Oleh karena itu Rasulullah saw berfirman, “Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku tidak selamat dari (murka)-Ku kecuali dengan menunaikan apa yang Aku wajibkan kepadanya.”[]

(Dari buku 'Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi' - Abdul Qadir Jailani)

Suhuf Musa 33

Allah Tabaraka Wata’ala berfirman , “Wahai anak Adam janganlah engkau berbangga dengan kekayaanmu karena engkau tiadalah akan abadi di dunia ini.
Dan bersabarlah dalam menjalankan ta’at kepada Allah karena sesungguhnya Allah akan menolongmu dalam setiap kesulitan.
Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah karena sesungguhnya Allah Maha pemberi ampun. Dan maha penyayang.
Dan tinggalkanlah dosa karena sesungguhnya dosa itu akan menambahi orang yang melakukannya kekekalan di dalam neraka.
Dan janganlah engkau bersenang-senang dengan kekayaan karena sesungguhnya kekayaan itu adalah mulia di dunia akan tetapi hina di akhiraat.
Dan sesungguhnya fakir itu adalah kehinaan di dunia dan mulia di akhirat. Dan sesungguhnya kemuliaan akhirat itu sangatlah dekat dan abadi.
Dan ketahuilah sesungguhnya permintaan maaf itu darimu dan pemberian maaf itu adalah dari-Ku. . Darimulah permintaan taubat dan Akulah yang menerima. Dan darimulah rasa syukur dan dari sisi-Kulah pemberian tambahan akan keni’matan.
Dan darimulah usaha kesabaran dan dari sisi-Kulah pertolongan.
Maka carilah ilmu maka engkau akan mendapatlkan petunjuk jalan ke surga.
Wahai Musa bin Imran, Apabila hati hamba sibuk dengan urusan dunia, maka akan Aku sibukkan ia dengan kefakiraan. Dan akan Aku lalaikan ia akan kematian. Dan akan Aku uji mereka (dengan bala’) yaitu dengan kegemaran mengumpulkan harta benda akan tetapi lupa akan hari akhir.
Dan apabila yang dominant dalam hati hamba-Ku adalah sibuk dengan perkara akhirat maka akan Aku jadikan kesusahannya sebagai ibadah kepada-Ku, dan akan Aku kirimkan pembantu dari hamba-Ku dan malaikat-Ku dan akan Aku penuhi hatinya dengan mencintai-Ku.

Keutamaan Malam Jum'at

Sedang berusaha mencari berkah di malam Jum'at ini:

Rasulullah SAW mengatakan : “Allah swt memerintahkan kepada
Malaikat agar menyeru pada setiap malam Jum’at dari bawah Arasy dari
awal malam hingga akhir malam: Tidak ada seorang pun hamba mukmin yang
berdoa kepada-Ku untuk keperluan akhirat dan dunianya sebelum terbit
fajar kecuali Aku mengijabahnya, tidak ada seorang pun mukmin yang
bertaubat kepada-Ku dari dosa-dosanya sebelum terbit fajar kecuali Aku
menerima taubatnya, tidak seorang pun mukmin yang sedikit rizkinya
lalu ia memohon kepada-Ku tambahan rizkinya sebelum terbit fajar
kecuali Aku menambah dan meluaskan rizkinya, tidak ada seorang pun
hamba mukmin yang sedang sakit lalu ia memohon kepada-Ku untuk
kesembuhannya sebelum terbit fajar kecuali Aku memberikan kesembuhan,
tidak seorang hamba mukmin yang sedang kesulitan dan men derita lalu
ia memohon kepada-Ku agar dihilangkan kesulitannya sebelum terbit
fajar kecuali Aku menghi-langkannya dan menampakkan jalannya, tidak
ada seorang pun hamba yang dizalimi lalu ia memohon kepada-Ku agar Aku
mengambil kezalimannya sebelum terbit fajar kecuali Aku menolongnya
dan mengambil kezalimannya; Malaikat terus-menerus berseru hingga
terbit fajar.”

“Sesungguhnya orang mukmin yang memohon hajatnya kepada Allah, Dia menunda hajat yang
dimohonnya hingga hari Jum’at agar ia memperoleh keutamaan yang
istimewa (dilipatgandakan karena keutamaan hari Jum’at).”

Dari Aus bin Aus radhiyallohu anhu berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari yang afdhal bagi kalian adalah hari Jumat; padanya Adam diciptakan dan diwafatkan, pada hari Jumat juga sangkakala (pertanda kiamat) ditiup dan padanya juga mereka dibangkitkan, karena itu perbanyaklah bershalawat kepadaku karena shalawat kalian akan diperhadapkan kepadaku” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat yang kami ucapkan untukmu bisa diperhadapkan padamu sedangkan jasadmu telah hancur ?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bagi tanah untuk memakan jasad para nabi” (HR. Abu Daud, Nasaai, Ibnu Majah dan Ahmad dengan sanad yang shohih)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Sesungguhnya Allah swt memilih
Jum’at, lalu menjadikan harinya sebagai hari raya, dan memilih
malamnya menjadi malam hari raya. Di antara keutamaannya adalah,
orang yang momohon hajatnya kepada Allah Azza wa Jalla pada hari
Jum’at Allah mengijabahnya, suatu bangsa yang pantas menerima azab
lalu mereka memohon pada malam dan hari Jum’at Allah menyelamatkan
mereka darinya, tidak ada sesuatu pun yang Allah tentukan dan utamakan
kecuali Ia menentukannya pada malam Jum’at. Karena itu, malam Jum’at
adalah malam yang paling utama, dan harinya adalah hari yang paling
utama.”

Dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu bahwa Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda tentang hari Jumat, “Pada hari Jumat ada waktu yang mana seorang hamba muslim yang tepat beribadah dan berdoa pada waktu tersebut meminta sesuatu melainkan niscaya Allah akan memberikan permintaannya”. Beliau mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan bahwa waktu tersebut sangat sedikit. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu dari Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam, beliau bersabda : “Jangan kalian mengkhususkan malam Jumat dari malam-malam lainnya untuk shalat lail dan jangan kalian mengkhususkan hari Jumat dari hari-hari lainnya untuk berpuasa kecuali jika bertepatan dengan waktu yang seseorang yang biasa berpuasa padanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shalllallohu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat maka dia berada dalam keadaan suci hingga Jumat berikutnya” (HR. Thabrani, Abu Ya’la, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim. )

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika kalian memasuki hari Jum’at, maka janganlah kalian disibukkan oleh sesuatu selain ibadah, karena hari itu adalah hari pengampunan bagi hanba-hamba Allah; pada hari Jum’at dan malam Jum’at Allah menurunkan kepada mereka rahmat dan karunia lebih banyak daripada mengambilnya dalam waktu yang singkat.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“ Jauhilah maksiat pada malam Jum’at, karena pada malam itu keburukan dilipatgandakan dan kebaikan dilipatgandakan. Baransiapa yang meninggalkan maksiat kepada Allah pada malam Jum’at Allah mengampuni semua dosa yang lalu, dan barangsiapa yang menampakkan kemaksiatan kepada Allah pada malam Jum’at Allah menyiksanya dengan semua amal yang ia lakukan sepanjang umurnya dan melipatgandakan siksa padanya akibat maksiat itu.”



Permata, Malam Jum'at, 24 Mart 2011

Kebaktian Kepada Orang Tua

Allahumma sholli ala Muhammad..
Ya Allah, ampuni kebodohanku dimasa lalu, ampuni kedua orang tuaku............
Mudahkan aku menemani anak-anakku agar mereka tidak mengulangi kesalahan dan dosaku, dan jagalah hatiku agar selalu lapang menerima segala tingkah anak-anakku....

“Rendahkan dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang, dan ucapkan: “Duhai Tuhanku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil.” (Al-Isra’: 24).
“Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).

Rasulullah saw bersabda:
“Berbaktilah kamu pada orang tuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti padamu. Jagalah kesucian isteri orang lain, niscaya kesucian isterimu akan terjaga.”

Berbakti kepada orang tua tidak cukup pada saat hidupnya
Rasulullah saw pernah ditanyai: “Siapakah yang paling besar haknya terhadap seseorang?” Beliau menjawab: “Kedua orang tuanya.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka hidup, jika ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat, maka ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka hidup, tapi sesudah mereka wafat ia memperbanyak istighfar untuk mereka, sehingga ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka.”

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
 “Sungguh ada seorang hamba yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka hidup, tetapi setelah mereka wafat ia tidak menunaikan hutangnya, tidak memohonkan ampunan untuk mereka, maka  Allah mencatat ia sebagai anak yang durhaka. Sungguh ada seorang hamba yang durhaka kepada orang tuanya, tetapi setelah mereka wafat ia menunaikan hutangnya dan memohonkan ampunan untuk mereka, maka Allah mencatat ia sebagai anak yang berbakti kepada mereka.” 

Dalam hadis qudsi Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri­dhainya.  Barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.”

Imam Ja’far Ash-Shaqiq (sa) berkata:
“Takutlah kamu kepada Allah, dan janganlah durhaka kepada kedua orang tuamu, karena ridha mereka  adalah ridha Allah dan murka mereka adalah murka Allah.”

Rasulullah saw bersabda:  
“Barangsiapa yang percaya kepadaku tentang berbakti kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim, maka aku akan menjaminnya dalam hal penambahan harta, penambahan umur, dan sakinah dalam rumah tangganya.”
 “Barangsiapa yang ingin memperoleh kemudahan saat sakaratul maut, maka hendaknya ia menjalin silarurrahim dengan karabatnya, dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:  
“Berbakti kepada orang tua dan menjalin silaturrahim akan dimudahkan hisab amalnya…”

Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: "Apa ukuran durhaka kepada orang tua?"
 Rasulullah saw menjawab: "Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.”

Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
“Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.”
“Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua...”
“Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.”

Imam Ja’far  Ash-Shadiq (sa) berkata:
“…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” 

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa):  
“Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”

Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman:
“Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.”

Rasulullah saw bersabda:
“Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama­ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”
“Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.”
“Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” 

Permata, Malam Jum'at, 24 Maret 2011
Mempersembahkan ini untuk kebaktian kepada Ibunda Dewi Insasi binti Achmad, juga untuk Ayah Moch. Darwis.Semoga selalu terlimpah rahmat dan ampunan untuk keduanya.

Minggu, 13 Maret 2011

Nasehat Sang Syech

Mengikuti Pengajian Syeikh Abdul Qodir al-Jilany
Hari Jum’at Pertengahan Syawal Tahun 545 H, di Madrasahnya

Jangan Jual Agama Dengan Debu
Qalbu orang-orang beriman senantiasa bersih, suci dan melupakan makhluk, terus menerus mengingat Allah Azza wa-Jalla, melupakan dunia, mengingat akhirat, melupakan apa yang ada padamu, dan mengingat apa yang ada di sisi Allah Ta’ala.

Kalian bisa terhijab oleh mereka dan seluruh apa yang ada pada para makhluk itu, disebabkan kesibukanmu dengan dunia dan melalaikan akhirat. Kalian meninggalkan rasa malu di hadapan Allah Azza wa-Jalla, sehingga kalian tersungkur di sana. Karena itu terimalah nasehat kawan anda yang mukmin dan anda jangan kontra. Karena dia yang tahu apa yang ada pada dirimu, hal-hal yang anda tidak tahu tentang dirimu. Karena itu Rasulullah SAW bersabda:
“Orang mukmin adalah cermin bagi sesama mukmin.”
Mukmin yang benar dalam nasehatnya bagi sesama mukmin, akan menampakkan kejelasan apa yang tersembunyi pada saudaranya, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ia mengenalkan mana yang menjadi kebaikan dan mana yang berdampak keburukan. Maha Suci Allah yang telah memberikan anugerah di hatiku untuk menasehati makhluk dan hal demikian telah dijadikan sebagai hasrat besarku.

Saya menasehati dan saya sama sekali tidak menginginkan imbalan. Sebab akhiratku telah menjadi bagian sukses bagi diriku di sisi Tuhanku Azza wa-Jalla. Aku tidak mencari dunia, karena aku bukan budak dunia, juga bukan hamba akhirat, bahkan bukan hamba selain Allah azza wa-Jalla.
Aku tidak menyembah kecuali hanya kepada Sang Pencipta, Yang Esa, Yang Maha Esa nan Qadim. Kepuasanku ada pada kebahagian kalian, dan kedukaanku jika kalian hancur celaka. Jika aku melihat murid yang benar dan benar-benar telah meraih kemenangan melalui diriku, aku merasakan kepuasan dan kelegaan, bahkan kegembiraan, karena bagaimana hal itu terjadi melalui diriku?

Anak-anak muridku….
Hasratku adalah anda, bukan diriku. Jika anda bisa berubah, itu demi anda, bukan demi diriku. Aku hanya menggambarkan pelajaran, dan sesungguhnya yang membuat aku senang, semata karena ini semua hanya untuk dirimu.

Wahai para kaum Sufi
Tinggalkan takabur di hadapan Allah Azza wa-Jalla dan takabur di hadapan sesama makhluk. Lihatlah kadar diri-diri anda, dan rendah hatilah dirimu.
Awalmu hanya setets air hina, dan akhirmu hanyalah bangkai yang terbuang. Karena itu kamu semua jangan tergolong orang yang tamak dan dikendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu yang mendorong anda untuk memasuki pintu-pintu penguasa untuk mencari sesuatu dari mereka, untuk mendapatkan bagian atau pemberian mereka, padahal bagian yang diberikan itu begitu hinadina.
Kanjeng Nabi SAW, bersabda:
“Siksa paling dahsyat dari Allah Azza wajalla pada hambaNya, adalah ambisinya si hamba untuk meraih apa yang tidak dibagikan padanya.”
Betapa celakanya, wahai orang bodoh terhadap takdir dan bagian dari Allah. Apakah kalian menyangka bahwa generasi dunia ini mampu memberikan bagian pada kalian, hal-hal yang bukan bagianmu? Tetapi anda perlu ingat, bahwa waswas (godaan) syetan yang terus menggoda kealam dan hati anda, sampai anda tidak lagi menjadi hamba Allah Azza wa-Jalla, dan menjadi hamba diri anda sendiri, menjadi budak nafsu dan syetan anda. Menjadi budak naluri, harta dan uang anda. Hati-hatilah mana tempat kemenangan dan kebahagiaan sampai anda mampu menempuh jalan ubudiyah anda.

Diantara para Ulama sufi mengatakan, “Siapa yang tidak mengenal tempat kebahagiaan hakiki, pasti tidak pernah bahagia.” Anda mengetahua tempatnya, tetapi anda hanya mengenal melalui kedua mata kepala anda, bukan dengan matahati dan rahasia batin anda. Iman anda hanya melintas belaka, sampai anda hanya melihat tidak dengan penglihatan hakiki.
Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah matahati yang ada di dalam dada.”

Si tamak yang memburu dunia dari tangan makhluk telah menjual agama dengan debu, menjual apa yang abadi dengan yang fana, lalu dia tak mendapatkan kedua-duanya. Sepanjang iman anda kurang, anda merasa kurang dengan dunia dan kehidupan anda hanya untuk merebut sesama, sampai agama anda tergadaikan dan anda merasa bisa makan dari mereka.
Namun sepanjang iman anda sempurna, anda akan senantiasa mampu bertawakkal jiwa anda kepada Allah azza wa-Jalla dan keluar dari sebab akibat duniawi, memutuskan hati pada budak dunia menuju kepada Allah Ta’ala, lalu hati anda pergi menjauh dari seluruh makhluk.

Disinilah hatimu bisa keluar dari negerimu, keluar dari keluargamu, keluar dari took dan popularitasmu.
Lalu anda menyerahkan semua itu pada mereka, seakan-akan Malakat Maut hendak menjemput anda, anda seperti sedang disambar oleh kamatian, seakan-akan bumi hendak menelan anda, dan gelombang takdir telah meraih anda memasukkan ke dalam lautan ilmu dan menenggelamkan anda di sana. Siapa yang mampu di tahap ini, segala penderitaan dunia tidak berpengaruh baginya, sebab dunia hanya pada lahirnya, bukan masuk dalam batinnya. Bahkan dunia untuk yang lain bukan untuk hatinya.

Wahai para kaum….
Jika anda semua mampu melakukan apa yang saya sebutkan itu, mampu mengeluarkan sebab akibat dunia dan ketergantungan padanya dari hatimu, anda akan meraih kemenangan dari segala segi. Jika anda tidak mampu meraih semua itu, paling tidak sebagian ajaran itu anda dapatkan.
Nabi kita SAW bersabda:
“Kosongkan dirimu dari problema duniawi semampu (semaksimalmu).”

Anak-anak muridku…
Jika kamu sekalian mampu mengosongkan hatimu dari dunia, lakukanlah. Jika tidak, maka cepatlah larikan hatimu menuju kepada Allah Azza-wa-Jalla. Gantungkan hatimu pada Rahmat Allah Ta’ala, sampai problema dunia keluar dari hatimu, karena Allah azza wa-Jalla Maha Kuasa atas segalanya dan Maha mengetahui. Pada KuasaNyalah segalanya tergenggam. Kokohlah di pintuNya, mohonlah agar hatimu disucikan dari selain DiriNya, lalu dipenuhi iman dan ma’rifat padaNya, mengenalNya dan cukup denganNya, jauh bergantung pada makhlukNya. Mohonlah agar dianugerahi Yaqin, dan kemesraan qalbu bersamaNya, kesibukan fisik untuk taat padaNya. Mohonlah semuanya dariNya bukan dari selain Dia. Jangan sampai anda menyerahkan pada sesama makhluk, tetapi serahkan padaNya, bukan lainNya. Engkau bermuamalah denganNya dan bagiNya, bukan bagi yang lain.

Anak muridku….
Kefahaman teoritis dan ucapan, tetapi tidak disertai amal qalbu, membuat anda tidak bisa melangkah kepada Allah Ta’ala, walau pun selangkah. Perjalanan adalah perjalanan Qalbu. Kedekatan adalah kedekatan rahasia qalbu. Amal sesungguhnya adalah amal hakiki disertai disiplin pada aturan syar’y dalam gerak fisik badan kita, dan Tawadlu (rendah hati) kepada Allah azza wa-Jalla dan kepada para hambaNya.
Siapa yang mengukur dirinya dengan hasrat diri sendiri, maka tidak akan dapatkan ukuran benar. Siapa yang memamerkan amalnya pada makhluk, bukanlah disebut amal. Amal sesungguhnya justru tersembunyi, kecuali hal-hal yang fardlu, yang harus ditampakkan. Dan anda telah sembrono dalam melangkahkan jejak asas jiwa anda. Tentu tidak ada manfaatnya manfaatnya anda membangun sesuatu di atasnya, karena bangunan akan roboh.
Fondasi amal adalah Tauhid dan Ikhlas. Siapa yang tidak berpijak pada Tauhid dan Ikhlas, tidak akan meraih amal. Kokohkan asas fondasi amal anda dengan Tauhid dan Ikhlas, lalu bangunlah amal itu dengan Daya Allah Azza wa-Jalla, bukan dengan kekuatan dan dayamu. Tangan Tauhid adalah penegak, bukan tangan syirik dan kemunafikan. Orang yang bertauhid adalah yang mampu meninggikan derajat amalnya, bukan pada orang munafik.
Ya Allah jauhkan diri kami dari kemunafikan dalam seluruh tingkah kami. Dan berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.


http://hidangan-ilahi.blogspot.com/2009/12/fathur-robbany-14.html

Selasa, 22 Februari 2011

Ketika Menghadapi Ujian dari - Nya

"Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga." (Riwayat Bukhori dan Muslim)


Dari kata-kata suci Baginda Rasulullah Saw diatas, kita menyadari bahwa dalam perjalanan kehidupan kita ini tidak lepas dari sebuah perjalanan yang sudah tertulis dengan jelas dan pasti dalam ketetapan kita masing-masing. Tidak ada satu makhlukpun yang bisa memilih atau menghendaki sesuatu bisa terjadi atas dirinya tanpa ijin dan ketetapan dari Sang Pencipta kita.


Pada sebuah "musibah" yang Dia turunkan sebetulnya ada "kebaikan" buat pertumbuhan diri/nafs kita. Bisa jadi, hanya dengan media "musibah" itulah kita "dikembalikan" kepada ketepan kita yang sebenarnya.. Maka Rasulullah mengatakan sebagai berikut: “Sungguh menakjubkan bagi seorang mukmin! Tidak ada satu takdir Allah tentang sesuatu melainkan selalu baik baginya.Bila dia ditimpa oleh suatu kemudaratan, dia pun bersabar dan perkara tersebut baik baginya.Dan apabila dia dianugerahkan suatu kesenangan, dia pun bersyukur dan perkara tersebut baik baginya.Dan,perkara itu tidak diperuntukkan kepada seorang pun melainkan hanya bagi orang mukmin”. (HR.Bukhari-Muslim)

Kata-kata Beliau Saw ini hendak menggambarkan bahwa seorang mukmin sejati itu tidak memandang atau menilai sesuatu yang Dia turunkan menurut kehendak dirinya sendiri,, tapi seorang Mukmin hanya akan melihat Siapa yang menurunkan sesuatu itu terhadap dirinya. Seorang Mukmin, pandangan matanya hanya tertuju kepada Allah Ta'ala semata, bukan kepada ciptaan/ makhluk-Nya.
“Tidak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yang lebih berat darinya melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu menggugurkan daun-daunnya. (HR.Muttafaq allaih)
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman kepada para malaikat, “Jika Aku menguji salah seorang hamba-Ku yang beriman, lalu ia memuji-Ku atas ujian itu, maka berilah dia pahala sebagaimana pahala yang biasa kalian berikan kepadanya".
“Siapa saja yang dikehendaki menjadi orang yang baik oleh Allah, Dia akan memberinya cobaan”. (HR.Bukhari)
“Terus menerus cobaan dan malapetaka memimpa mukmin dan mukminah, pada hartanya, pada dirinya, pada kehormatannya, di terus mendapat cobaan, hingga dia berjalan di muka bumi tanpa menyandang satu dosapun.”
Dari semua hadist - hadist tersebut diatas, betapa sangat membanggakan dan sepatutnya kita bersyukur dengan   "upaya" Allah Ta'ala memuliakan seorang hamba-Nya dengan "ujian" tersebut. Dia sangat menginginkan hamba-Nya itu bersih seperti ketika Dia menciptakan dan pertama kali menurunkan ke muka bumi ini.
Dengan keadaan diri dan  hati yang bersih, Dia menginginkan kita bisa memancarkan atau "mengabarkan" tentang Diri dan Sifat-Nya kepada alam semesta ini. Kita akan bisa menjadi wakil-Nya, yaitu merahmati alam semesta kita, seperti halnya Rasulullah Saw. Bukankah kita ini diciptakan sebagai sarana bagi Dia untuk memperkenalkan dirinya. “Aku adalah khazanah tersembunyi. Kemudian Aku cinta untuk dikenal maka Aku ciptakan semesta dan segala isinya supaya Aku dikenal.” (Hadist Qudsi)
Mengapa Allah menurunkan "musibah"? Dalam perjalanan kita di dunia ini, karena kebodohan dan ketidak tahuan kita maka kita banyak melakukan kesalahan dan berjalan menjauh dari apa-apa yang Dia inginkan atas diri kita. Semakin tenggelam kita dalam pemenuhan keinginan diri kita sendiri, semakin kita menjauhdari  keinginan Tuhan. Maka, untuk mengembalikan kita kepada suatu jalan yang Dia sudah tetapkan atas diri kita, maka dibuatlah "musibah" tersebut agar kita kembali kepada-Nya. Dengan menjerit dan memohon pertolongan pada-Nya.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS.Assura :30).

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) darimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (Annisa :79).
“Dan apabila kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa.” (Arrum :36)


Didalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda :”Akan datang suatu zaman atas manusia. Perut mereka menjadi tuhan-tuhan mereka. Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar menjadi agama mereka. Kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka. Ketika itu, tidak tersisa iman sedikit pun kecuali namanya saja. Tidak tersisa islam sedikitpun kecuali namanya saja. Tidak tersisa al Quran kecuali pelajarannya saja. Masjid-masjid mereka makmur dan damai. Akan tetapi hati mereka kosong dari petunjuk. Ulama-ulama mereka menjadi makhluk-makhluk Allah yang paling buruk dipermukaan bumi. Kalau terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dan menimpakan kepada mereka berbagai bencana kekejaman penguasa, kekeringan dan kekejaman para pejabat serta para pengambil keputusan. Maka takjublah para sahabat. “Ya Rasulullah, apakah mereka penyembah berhala ? Nabi menjawab, “Ya, bagi mereka setiap serpihan dan kepingan uang menjadi berhala.
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya : “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah 214)

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru kami, kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari kami ia berkata : “Sesungguhnya Aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Azzumar :39)

“ Jika Kubebankan kemalangan untuk salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya, dan anaknya, kemudian dia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amal baginya. (Hadits Qudsy Riwayat Attirmidzi, Addailami dan Al-Qudhai)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS.Assura :30)