Sabtu, 22 Januari 2011

Belajar Membaca Al Hikam ( 18 )

 AKHLAK
 
 
Alloh SWT berfirman :
وانك لعللى خلق عظيم
    Dan sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Al-Qalam 4)

    Dari Anas bin Malik diriwayatkan tentang makna "yang paling baik akhlaknya" ditanyakan kepada Nabi SAWW, "Ya rasululLoh, siapakah orang mukmin yang paling utama imannya ?"
    Jawab beliau, "yang paling baik akhlaknya".
    Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Akhlak yang baik adalah perjalanan hamba yang paling utama. Dengan akhlak yang baik maka cahaya sikap kesatrianya akan Nampak. Manusia yang tertutup (mastur) dari makhluk akan tersingkap akhlaknya".
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung". Sedangkan menurut tafsiran Muhammad Al-Washiti, ayat tersebut bermakna Tuhan mensifati Nabi Muhammad SAWW dengan akhlak yang agung karena beliau adalah manusia terbaik diantara penduduk alam dan cukup dengan pujian Alloh. Dia juga mengatakan, bahwa akhlak yang agung adalah ketiadaan orang yang membantah dan dibantah karena pengetahuannya yang begitu mendalam mengenai Alloh. Makna akhlak yang mulia menurut Husin bin Mansur adalah ketiadaan buih (kesia-siaan) bekas makhluk dalam diri seseorang setelah pencapaian penglihatan pada Al Haqq. Sedangkan menurut Ahmad bin Isa Al Kharaz adalah ketiadaan keinginan atau cita-cita selain yang ditujukan kepada Alloh.
    Fudhail bin Iyadh berkata, "Seandainya seorang hamba memperbaiki semua kebaikannya sementara dia mempunyai seekor ayam lalu memperlakukannya dengan tidak baik, maka dia bukanlah seorang yang berakhlak.
    Dikatakan bahwa Ibnu Umar RA jika melihat salah seorang budaknya yang memperbaiki salatnya maka dia memerdekakannya. Akhlaknya yang demikian itu sempat diketahui oleh budak-budak yang lain, maka mereka memperbaiki salatnya dengan menampak-nampakannya di hadapan Ibnu Umar dan Ibnu Umar memerdekakan mereka. Seseorang memprotesnya, "mereka shalat dengan ria" lalu dijawab, barang siapa menipuku didalam Alloh, hakikatnya dia sesungguhnya menipu saya karena Alloh".
    AbduLlah bin Muhammad Ar-Razi berkata, "Budi pekerti adalah sikap yang menganggap kecil pada apa yang berasal darimu, dan menganggap besar dari apa yang berasal dari selain dirimu".
    Ditanyakan pada Ahnaf bin Qais, "Dari siapa Tuan belajar akhlak ?"
    "Dari Qais bin Ashim Al-Munqiry".
    "Sampai sejauh mana akhlaknya ?"
    "Ketika kami duduk di rumahnya, tiba-tiba seorang budak wanita datang dengan membawa besi panas, sebagai alat pemanggang daging. Benda itu lepas dari tangannya dan jatuh menimpa anak laki-laki Qais sehingga menyebabkan kematian-nya. Budak itu sangat ketakutan, tetapi Qais justru menghiburnya dengan megatakan, "Jangan takut, engkau bebas karena Alloh".
Syah Al-Kirmani berkata, "Tanda akhlak yang baik diantaranya menahan penderitaan dan menangggung siksaan." RasuluLloh SAWW bersabda, "
انكم لن تسعواالناس باموالكم فسعواهم ببسط الوجه وحسن الخلق
"sesungguhnya kamu tidak akan bisa memuaskan manusia dengan hartamu, puaskanlah mereka dengan kecerahan wajah dan bagusnya budi pekerti".
Ditanyakan kepada Dzunun Al-Mishri, "Siapakah yang paling menggelisahkan manusia ?"
"Yang paling buruk akhlaknya".
Wahab mengatakan bahwa tidaklah seseorang yang menjalankan akhlak yang baik selama 40 hari melainkan Alloh SWT akan menjadikan akhlak itu sebagai karakternya.
    Ditanyakan kepada Ibrahim bin Adham,"Apakah egkau pernah bahagia di dunia ?"
    "Ya..dua kali".
    "Apa saja itu ?"
    "Pertama, ketika saya sedang duduk, datang seseorang mengencingi saya. Kedua, ketika saya duduk, datang seseorang dan langsung menampar saya".
    Adalah Uwais Al-Qarni apabila terlihat oleh anak-anak, maka mereka akan melempirnya dengan batu.
    "Anak-anak, "Sapanya lembut.
    "Jika kalian hendak melampariku dengan batu, saya mohon lemparilah dengan batu-batu yang kecil, agar lutuku tidak pecah sehingga menghalangiku dari mengerjakan shalat".
    Ada seorang lelaki bengis mencaci maki Ahnaf bin Qais. Lelaki itu terus mengikutinya sambil mengeluarkan kata-kata kotor sampai dia malu sendiri dan berhenti dari mencaci maki.
    "Wahai kawan ," Sapa Ahnaf.
    "Jika masih tersisa sesuatu di hatimu, maka muntahkanlah sekarang saja agar para ulama fikih tidak mendengarmu sehingga mereka akan mengadilimu".
    Dikisahkan bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib RA memanggil seorang budak dan budak itu tidak menyahutinya. Beliau mengulanginya sampai tiga kali dan tetap tidak mendapat respon. Khalifah melangkah mendekat dan melihat budak itu sedang berbaring enak-enakan
    "Apakah kamu tidak mendengar wahai bujang ?"
    "Mendengar," Jawabnya ringan.
    "Apa yang membuatmu tidak menyahut ?"
    "Saya merasa aman dari ancaman siksamu, karena itu saya bermalas-malasan."
    "Pergilah, engkau bebas karena Alloh". Jawab Khalifah Ali RA.
  
    Abu Hafsh pernah ditanya mengenai akhlak lalu dijawab, "Akhlak adalah apa yang dipilihkan Alloh SWT untuk Nabi-Nya sebagaimana yang tertulis di dalam firman-Nya :
خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهاين
    "Jadilah pemaaf, dan suruhlah orang berbuat kebajikan, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". [7] :199
 
    Abu Dzar Al-Ghifari datang ke kolam hendak mengambil air untuk air minum untanya. Akan tetapi sebagian pengambil air yang lain menyerobotnya dengan kasar. Abu Dzar hanya bisa memandang , lalu duduk kemudian berbaring. Seseorang yang melihatnya heran dan bertanya, kemudian dijawab, "Sesungguhnya RasuluLloh SAWW memerintahkan kita jika seseorang marah, maka hendaknya ia duduk. Jika dengan duduk tidak juga hilang, maka hendaklah ia berbaring".

    Disebutkan di dalam kitab injil, "Hamba-Ku, ingatlah Aku ketika engkau marah, maka Aku akan mengingatmu ketika Aku marah".
  
    Yahya bin Ziad Al-Haritsi memilki seorang pelayan yang sangat buruk akhlaknya. Tetangganya heran lalu menanyakan kepadanya, "Mengapa engkau pertahankan pelayan itu,"
    "Supaya saya bisa mengajarinya sifat asih," Jawabnya.
  
    Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, "berkawan dengan orang durhaka yang berakhlak baik lebih saya sukai daripada berkawan dengan orang ahli ibadah yang berakhlak buruk". Dikatakan bahwa akhlak yang baik adalah kemampuan memikul sesuatu yang dibenci dengan menggantinya dengan kebaikan yang ia tebarkan.
    Diriwayatkan bahwa Ibrahim bin Adham keluar melewati segerombolan tentara. Seseorang dari mereka menemuinya dan berkata, "Dimana tempat hiburan ?" Ibrahim menunjuk ke arah kuburan. Wajah tentara itu memerah. Dia tersinggung dan langsung memukul kepada Ibrahim. Setelah dia pergi, seseorang memberitahukan tentara itu bahwa yang dipukulnya adalah Ibrahim bin Adham seorang ulama sufi yang zuhud yang berasal dari khurasan. Tentara itu terkejut dan ia menyesali perbuatannya dan langsung pergi menyusul Ibrahim.
    "Tuan maafkanlah saya, saya menyesal telah memukul tuan"
    "Ketika engkau memukul saya." Kata Ibrahim, "Saya memohonkan kepada Alloh surga untukmu".
    "Mengapa ?"
    "Saya tahu bahwa saya memasukkan perangkap terhadapmu. Saya tidak ingin mendapatkan bagianku yang baik darimu dan bagianmu yang buruk dariku".
    Diceritakan bahwa Said bin Ismail Al-Hirri diundang seorang laki-laki untuk jamuan makan. Ketika sampai di depan pintu rumahnya, lelaki itu berkata, "Wahai Ustaz, bukan sekarang waktunya. Saya menyesal tidak bisa mengabarimu terlebih dahulu".
    Abu Said pulang, dan sebentar kemudian kembali lagi. Ketika tiba didepan pintu, tuan rumah buru-buru keluar sambil menyapa,"Maaf Ustaz, undangan belum dimulai. Saya menyesal belum sempat mengabari ustaz. Datanglah sejam kemudian".
    Abu Said berdiri mohon pamit kemudian pergi. Pada saat yang dijanjjikan tiba, dia berangkat dan ketika sampai di depan pintu, ia memperoleh jawaban yang sama sepeti semula. Dia pulang, datang lagi dan kembali pulang sampai beberapa kali. Lelaki itu kagum menyaksikan ketabahan Abu Said. Dai menyesali sikapnya.
    "Wahai Ustaz, saya hanya ingin mengujimu," Kata lelaki itu seraya menyambutnya dengan rasa hormat.
    "Jangan kau memujiku atas dasar perilakuku yang kau temukan seperti anjing. Anjing jika dipanggil dia datang, dan jika dicegah dia pergi." Abu Said kemudian pergi seolah tidak terjadi apa-apa.
    Abu Said ketika melewati sebuah gang besar, seseorang menumpahkan abu kotor dari balkon rumahnya. Teman-temannya yang melihatnya marah. Mereka mencaci maki orang yang melempar abu yang kotor tadi.
    "Janganlah kalian mengatakan sesuatu. Barang siapa yang patut mendapat siksaan neraka, lalu menerima lemparan abu itu dengan baik, maka baginya tidak boleh marah". Katanya.
 
    Diceritakan bahwa AbduLlah seorang penjahit, menenerima jahitan dari seorang Majusi. Setelah selesai, orang majusi tersebut membayarnya dengan uang palsu dan AbduLlah menerimanya. Bertepatan dia hendak keluar karena suatu urusan, majusi tadi datang lagi untuk membayar ongkos jahitan yang kesekian kalinya. Murid AbduLlah yang menerimanya mengetahui bahwa yang diterimanya itu adalah uang palsu maka dia menolaknya. Bahka orang majusi itu diserahkan kepada seorang peneliti uang. Beberapa saat kemudian AbduLlah datang dan bertanya kepada muridnya, "Mana baju majusi itu ?"
    Murid itu menceritakan kepada sang guru apa yang telah terjadi. Tentang kebohongannya, kepalsuannya, penolakannya, dan tindakannya kepada majusi itu.
    "Buruk sekali apa yang telah engkau lakukan !. sudah berapa kali dia memperlakukan saya seperti itu, dan saya sabar menerimanya. Uang palsu itu saya lemparkan ke sumur agar tidak menumbulkan bahaya kepada orang lain." Tegur AbduLlah.
    Akhlak yang buruk menyempitkan hati pemiliknya karena tidak memperluaskan tempat selain yang dikehendaknya sebagaimana tempat yang sempit yang tidak tidak memberi keleluasaan selain pemiliknya. Akhlak yang baik tidak akan menjadikan engkau berubah sebab karena seseorang yang berdiri di shaf di sampingmu. Sedangkan keburukan akhlak terdapat pada kejatuhan pandanganmu pada keburukan akhalak terhadap selainmu. RasuluLloh SAWW pernah ditanya tentang kesialan lalu dijawab," Keburukan akhlak".
    Abu Hurairah RA menceritakan, "Seorang sahabat bertanya"
    "Ya RasuluLloh, mohonkanlah kepada Alloh agar kita dapat menghancurkan orang-orang musyrik." Beliau menjawab, "Saya diutus untuk menebarkan kasih sayang, bukan siksaan".

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 4 )

Ibnu Umar berkata, "Nabi Yahya bin Zakariya AS masuk ke Baitul Maqdis dan ia pada saat itu berumu 8 kali haji (8 tahun). Lalu ia melihat kepada orang-orang yang beribadah di antara mereka ada yang memakai baju dengan lengan sempit dari bulu dan wol. Ia melihat orang-orang yang ahli berijtihad dari mereka telah mengoyakkan baju yang besar lehernya. Dan ia perbuat dengan baju itu seperti tali rantai dan mereka mengikatkan dirinya ke tepi Baitul Maqdis. Maka yang demikian itu mendahsyatkan perasaan Yahya bin Zakariya AS lalu ia pulang kepada ibu bapaknya. Ia melintasi anak-anak kecil yang sedang bermain-main, mereka mengatakan kepadanya,"hai Yahya, marilah kita bermain-main !"
Yahya AS menjawab, "Aku tidak dijadikan untuk bermain-main".
Ibnu Umar meneruskan riwayatnya, : Maka datanglah Yahya menemui Ibu bapaknya. Ia meminta kepada ibu bapaknya supaya ia diberi pakaian bulu, lalu ibu bapaknya berbuat demikian. Maka Yahya AS kembali ke Baitul Maqdis. Ia melayani di Baitul Maqdis pada siang hari dan ia bermalam sampai pagi di dalamnya sampai ia berumur 15 tahun. Lalu ia keluar dan selalu tinggal di bukit-bukit dan lembah-lembah diantara bukit-bukit itu.
Maka pergilah orang tua nabi Yahya AS mencarinya kesana kemari lalu keduanya mengetahui bahwa nabi yahya AS berada di danau Al-Ardun, merendamkan kedua kakinya ke dalam air sehingga hampirlah kehausan membunuhnya. Nabi Yahya AS berdoa, "Demi kemuliaan Engkau dan demi keagungan Engkau aku itdak akan merasakan dinginnya minuman sebelum aku tahu dimana tempatku daripada Engkau".
Maka ibu bapaknya meminta supaya ia memakan roti sya'ir yang ada pada keduanya dan meminum dari air itu. Lalu nabi Yahya AS berbuat yang demikian dan memberikan kafarat dari sumpahnya itu. Maka ia dipuji sebagai orang yang berbakti dan ia dibawa pulang oleh ibu bapaknya ke Baitul Maqdis. Dan adalah Yahya AS apabila ia bangun mengerjakan shalat niscaya ia menangis sehingga menangislah bersamanya kayu dan tanah. Dan nabi Zakaria AS (ayah nabi Yahya AS) itu juga menangis, dan karena menangisnya Yahya AS maka dia pingsan.
Terus meneruslah Yahya AS menangis sehingga air matanya mengoyakkan daging kedua pipnya dan tampaklah gigi geraham bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu ibunya berkata kepadanya, "Hai anakku, kalau engkau izinkan kepadaku aku perbuat sesuatu yang dapat menutupkan gerahammu dari orang-orang yang memandangnya".
Maka Yahya AS mengizinkan yang demikian kepada ibunya, lalu ibunya mengambil dua potong kain bulu maka diletakkannya di kedua pipi nabi Yahya AS.
Dan nabi Yahya AS apabila bangun mengerjakan shalat niscaya ia menangis. Apabila air matanya tergenang pada kain bulu itu niscaya datanglah ibunya kepadanya lalu memeras kedua kain bulu itu. Apabila nabi Yahya AS melihat air matanya mengalir di lengan ibunya lalu ia berdoa, "Wahai Allah Tuhanku, inilah air mataku, inilah ibuku dan aku hamba-Mu dan Engkau Yang Sangat Pengasih dari yang penyasih"
Pada suatu hari nabi Zakaria AS berkata kepada nabi Yahya AS, "Aku bermohon kepada Tuhanku kiranya Ia memberikan engkau bagiku supaya tetaplah kedua mataku dengan engkau"
Lalu Yahya AS menjawab, "Hai ayahku, bahwa Jibril AS memberi kabar kepadaku bahwa diantara surga dan neraka itu padang pasir yang tidak dapat dilalui selain oleh setiap orang yang menangis".
Maka nabi Zakaria menyahut, "Hai anakku, menangislah".

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 3 )

Abdul aziz bin Umar berkata, "tatkala nabi Dawud memperoleh kesalahan, maka berkuranglah merdu suaranya. Lalu ia berdoa," Wahai Tuhanku, perbolehkanlah suaraku dalam kebersihan suara orang-orang shidiq".
Diriwayatkan bahwa nabi Dawud AS manakala telah lama tangisannya dan tidak bermanfaat yang demikian, lalu sempitlah baju besinya dan bersangatan gundahnya. Maka beliau berdoa, "Wahai Tuhanku tidakkah Engkau mengasihani tangisanku ?"
Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya, "Wahai Dawud, engkau lupa akan dosa engkau dan engkau ingat akan tangisan engkau".
Nabi Dawud AS berdoa, "Wahai Tuhanku dan Penghuluku, bagaimana aku lupa akan dosaku. Dan aku apabila membaca kitab Zabur niscaya ia mencegah air yang mengalir dari mengalirnya, menenangkan hembusan angin dan burung menaungi di atas kepalaku. Dan aku menjinakkan binatang-binatang liar ke tempat shalat (mihrab) ku. Wahai tuhanku dan Penghuluku maka apakah keliaran ini yang ada di antara aku dan Engkau".
Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Dawud AS "Hai Dawud, itu adalah kejinakan tha'at dan ini keliaran maksiyat. Hai Dawud, Adam itu makhluk dari ciptaan-Ku. Aku ciptakan ia dengan Tangan (kekuasaan) Ku, Aku hembuskan kepadanya dari Ruh-Ku. Aku suruh sujud kepadanya para malaikat-Ku. Aku pakaiakan kepadanya kain kemuliaan-Ku, Aku letakkan mahkota kepadanya dengan mahkota kemuliaan-Ku. Ia mengadu kepada-Ku akan kesendirian maka aku kawinkan ia dengan Hawa hamba wanita-Ku. Aku tempatkan dia di surga-Ku. Maka ia berbuat maksiyat kepada-Ku. Lalu Aku usir dia dari tetanngga-Ku dengan tanpa pakaian dan hina. Hai Dawud, dengarlah dari Aku. Yang benar Aku firmankan : Engkau ta'at kepada Kami maka Kami baik kepada engkau. Engkau minta kepada Kami maka Kami beri engkau. Engkau berbuak maksiyat kepada Kami maka Kami perlahan-lahankan kepada engkau. Dan kalau engkau kembali kepada Kami atas apa yang ada dari engkau niscaya engkau Kami terima."
Yahya bin Abi katsir berkata, "Telah sampai kepada kami riwayat bahwa nabi Dawud AS apabila ia bermaksud meratap niscaya ia berhenti sebelum itu selama seminggu, tidak makan makanan, tidak meminum minuman dan tidak mendekati wanita. Apabila ia sehari sebelum itu, maka dikeluarkan mimar baginya di tanah lapang. Maka ia suruh Sulaiman supaya mengumumkan dengan suara yang meminta kedatangan para tamu dari negeri itu dan sekelilingnya yaitu dari semak-semak, bukit-bukit, gunung, padang sahara, candi-candi dan biara-biara maka diserukan kepada mereka 'Ketahuilah siapa yang ingin mendengarkan ratapan Dawud maka datanglah !"'
Yahya bin Abi Katsir meneruskan ceritanya. "Maka datanglah binatang-binatang liar dari padang sahara dan bukit-bukit dan datanglah binatang buas dari semak-semak dan datanglah binatang yang melata dari gunung-gunung dan datanglah burung-burung dari sarangnya. Dan datanglah anak - anak gadis dari pingitannya dan berkumpulah manusia pada hari itu. Kemuidan datanglah nabi Dawud naik lalu naik mimbar sedangkan ia dikelilingi Bani Israil (kaum Yahudi). Setiap bahagian mengelilingi nabi Dawud AS pada batasnya dan nabi Sulaiman berdiri setentang kepalanya. Lalu nabi Dawud AS memuji Tuhannya maka gemparlah mereka itu dengan tangisan dan pekikan. Kemudian nabi Dawud memnyebut surga dan neraka maka matilah binatang-binatang yang menjalar dan segolongan dari binatang liar, binatang buas dan manusia. Kemudian nabi Dawud AS menerangkan tentang huru hara hari kiyamat dan pada meratapi dirinya. Maka matilah dari setiap macam mereka itu satu golongan. Maka tatkala nabi Sulaiman AS melihat banyaknya yang mati lalu berkata, "Wahai ayahku, ayah telah merobek-robekkan para pendengar itu dengan setiap robekan. Dan telah mati beberapa golongan dari Bani Israil dan dari binatang-binatang liar dan binatang-binatang yang menjalar"'.
Maka nabi Dawud AS berdoa. Dalam keadaan dia yang demikian, tiba-tiba ia dipanggil oleh sebagian budak-budak bani Israil "Hai Dawud, engkau terlalu cepat meminta balasan dari Tuhan engkau".
Yahya bin Abi Katsir meneruskan riwayatnya, "Maka Nabi Dawud AS jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Maka tatkala nabi Sulaiman AS melihat apa yang menimpa ayahnya lalu ia mendatangkan tempat tidur dan diletakkannya nabi Dawud AS di atasnya. Kemudian nabi Sulaiman AS menyuruh orang yang menyeru sebagai berikut, 'Ketahuilah barang siapa yang berteman dengan nabi Dawud AS maka hendaklah mendatangkan tempat tidur, maka hendaklah membawanya ke tempat tidur itu. Sesungguhnya orang-orag yang berada bersama nabi Dawud AS mereka itu telah terbunuh / mati oleh karena menyebutkan surga dan neraka'".
Adalah seorang wanita mendatangkan tempat tidur dan dibawanya familinya dengan tempat tidur itu seraya mengatakan,"Wahai orang yang terbunuh dengan menyebutkan neraka ! Wahai orang yang terbunuh karena ketakutan kepada Allah SWT.
Kemudian tatkala nabi Dawud AS telah siuman dari pingsannya lalu bangun berdiri dan meletakkan tangnnya di atas kepalanya. Ia masuk ke tempat ibadahnya dan mengunci pintunya dan berdoa, "Wahai Tuhan Dawud, adakah Engkau marah kepada Dawud ?". dan senantiasalah ia bermunajah kepada Tuhannya.
Maka datanglah Sulaiman dan duduk di pintu dan meminta izin masuk, dengan membawa roti sya'ir lalu ia berkata, "Hai ayahku, kuatkan dirimu dengan ini, menurut kehendak ayah". Lalu nabi Dawud AS memakan roti tersebut kemudian keluar menemui Bani Israil dan berada diantara mereka.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata : Pada suatu hari nabi Dawud AS keluar menemui orang banyak. Beliau memberikan pengajaran kepada mereka dan memberi berita takut. Lalu Beliau keluar pada manusia yang berjumlah 40.000 orang, maka matilah 30.000 orang diantara mereka. Dan Beliau pulang bersama orang dalam jumlah 10.000.

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 2 )

Mujahid berkata, "Nabi Dawud menangis 40 hari dalam bersujud tiada mengangkat kepalanya. Lalu ia dipanggil "Hai Dawud, adakah engkau lapar hingga engkau diberi makan ? atau engkau haus hingga engkau diberi minum? Atau engkau tiada berpakaian hingga engkau diberi pakaian ?" Lalu Nabi Dawud AS memekik keras dengan suatu pekikan yang mengeringkan kayu maka kayu itu terbakar dari kepanasan takutnya. Kemudian Allah SWT menurunkan taubat kepadanya dan ampunan. Maka ia berdo'a, "Wahai Tuhan jadikanlah kesalahanku dalam telapak tanganku". Maka jadilah kesalahannya tertulis di telapak tangannya. Maka tidaklah ia membuka telapak tangannya untuk makan, minum dan lainnya melainkan ia melihat kesalahannya yang membawanya kepada menangis.
Mujahid meneruskan riwayatnya "dan dibawa kepada Nabi Dawud AS gelas yang berisi dua pertiganya. Maka apabila ia memegangnya lalu ia melihat kesalahnnya. Maka tidaklah diletakkannya gelas itu pada bibirnya sampai penuh gelas itu dengan air matanya".
Diriwayatkan dari nabi Dawud AS bahwa ia tidak pernah mengangkat kepalanya ke langit sampai ia wafat karena malu kepada Allah SWT. Ia mengucapkan dalam munajahnya, "Wahai Tuhanku apabila aku ingat kesalahanku, niscaya sempitlah bumi bagiku dalam kelapangannya. Dan apabila aku ingat akan rahmat-Mu niscaya kembalilah nyawaku kepadaku. Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Engkau datangkan tabib-tabib hamba Engkau untuk mengobati kesalahanku, maka mereka semua menunjukkan aku kepada Engkau. Maka sialah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Engkau".
Al Fudhail berkata, "Bahwa sampai kepadaku, pada suatu hari nabi Dawud AS mengingati dosanya. Maka ia melompat dengan memekik dan meletakkan tangannya ke atas kepalanya sehingga ia sampai di perbukitan lalu berkumpulah binatang buas kepadanya. Maka nabi Dawud AS berkata, "Pulanglah, aku tiada berkehendak kepadamu. Sesungguhnya yang aku kehendaki adalah setiap orang yang menangis di atas kesalahannya. Maka mereka tiada menghadap kepadaku selain dengan tangisan. Dan siapa yang tiada memiliki kesalahan maka tidak diperbuatnya akan kesalahan dengan Dawud".
Adalah nabi Dawud As mencela tentang banyaknya tangisan . beliau berkata, "Tinggalkanlah aku menangis sebelum keluar hari tangisan, sebelum perobekan tulang belulang dan nyala terbakarnya perut, dan sebelum disuruh kepadaku malaikat yang bersikap kasar dan keras. Mereka itu tiada mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan mereka melakukan apa yang disuruhkan".

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 1 )


Diriwayatkan 'Aisyah RA, bahwa RasuluLlah SAW apabila terjadi perubahan udara dan berhembus angin keras maka wajah Beliau berubah. Beliau bolak balik dalam kamar. Beliau masuk dan keluar, semua itu karena takut pada azab Allah SWT.
RasuluLlah SAW membaca satu ayat dalam surat Al Waqi'ah lalu Beliau jatuh pingsan. Dan Allah SWT berfirman :
وخر موسى صعيقا
Dan Musa jatuh pingsan. (Al-A'raf 143).
RasuluLlah SAW melihat bentuk malaikat Jibril dengan meniarap, lalu Beliau jatuh pingsan.
Diriwayatkan bahwasanya RasuluLlah SAW apabila Beliau masuk pada shalat maka terdengar suara gemuruh pada dada Beliau seperti gemuruhnya periuk tembaga.
Nabi SAW bersabda :
ما جاء نى جبريل قط الا وهو يرعد فرقا من الجبار
Tiada sekalipun Jibril datang kepadaku melainkan dia itu gemuruh bunyinya karena takut kepada Yang Maha Perkasa.
Ada yang mengatakan bahwa tatkala tampak atas iblis apa yang telah tampak, maka Jibril dan Mikail senantiasa menangis. Lalu Allah SWT menurunkan wahyu kepada keduanya "Apakah kiranya yang menyebabkan kalian berdua menangis sebagaimana tangisan ini ?"
Keduanya menjawab :" Wahai Tuhan kami tidak merasa aman dari rencana Engkau".
Maka Allah SWT berfirman, "Begitulah kiranya kamu berdua ! Kamu tidak merasa aman dari rencana-Ku".
Dari Muhammad bin Al-Munkadir bercerita," Tatkala diciptakan neraka, maka berterbanglah jantung para malaikat dari tempatnya. Maka tatkala diciptakan anak-anak Adam, lalu jantung itu kembali".
Dari Sahabat Anas RA, sesungguhnya RasuluLlah SAW bertanya kepada Jibril AS
ما لى لا أرى ميكائيل يضحك
"Mengapakah aku tidak melihat malaikat Mikail tertawa ?"
Maka Jibril menjawab, "Mikail tidak tertawa semenjak diciptakan neraka".
Dikatakan bahwa Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang tiada seorang pun dari mereka itu tertawa semenjak diciptakan neraka. Karena takut bahwa Allah SWT marah kepada mereka lalu Ia mengazabkan mereka dengan neraka itu.