Minggu, 30 Januari 2011

Kisah Murid Syekh Junaid ( 2 )


Seorang murid mengira bahwa dirinya telah mencapai derajat kesempurnaan. "Oleh karena itu lebih baik aku menyendiri", ia berkata di dalam hatinya. Maka pergilah ia mengasingkan diri di suatu tempat dan untuk beberapa lamanya berdiam di sana. Setiap malam beberapa orang yang membawa seekor unta datang kepadanya dan berkata: "Kami akan mengantarmu ke surga". Maka naiklah ia ke atas punggung unta itu dan mereka pun berangkat ke suatu tempat yang indah dan nyaman, penuh dengan manusia-manusia gagah dan tampan, di mana banyak terdapat makanan-makanan lezat dan anak-anak sungai. Di tempat itu ia tinggal hingga fajar, kemudian ia jatuh tertidur dan ketika terjaga ternyata ia berada di kamarnya sendiri kembali. Karena pengalaman ini, ia menjadi bangga dan angkuh. "Setiap malam aku diantarkan ke surga", ia membanggakan dirinya. Kata-katanya ini terdengar oleh Junaid. Junaid segera bangkit dan datang ke tempat di mana ia mendapatkan muridnya itu sedang berlagak dengan sangat angkuhnya. Junaid bertanya apakah yang telah dialaminya dan si murid mengisahkan seluruh pengalamannya itu kepada syeikh. "Malam nanti apabila engkau diantarkan ke sana", Junaid berkata kepada muridnya itu, "ucapkanlah: La haula wa laa quwatta ila billahi aliyul azhim (Tiada kekuasaan dan kekuatan kecuali pada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar)"
Malam itu, seperti biasanya si murid diantarkan pula ke tempat tersebut. Dalam hatinya ia tidak yakin terhadap perkataan syeikh Junaid, tetapi ketika sampai di tempat itu, sekedar sebagai percobaan ia mengucapkan: 'La haula wa laa quwatta...." Sesaat itu pula orang-orang yang berada di tempat itu meraung-raung dan melarikan diri. Kemudian terlihatlah olehnya bahwa tempat itu hanyalah tempat pembuangan sampah sedang dihadapannya berserakan tulang-tulang binatang. Setelah menyadari kekeliruannya itu, si murid bertaubat dan bergabung dengan murid-murid Junaid yang lain. Tahulah ia bahwa menyendiri bagi seorang murid adalah bagaikan racun yang mematikan.


Referensi: Fariduddin Al-Attar, Warisan para Awliya

Kisah Murid Syekh Junaid ( 1 )

Salah seorang murid Junaid menyendiri di sebuah tempat yang terpencil di kota Bashrah. Suatu malam, sebuah pikiran buruk terlintas di dalam hatinya. Ketika ia memandang ke dalam cermin terlihatlah olehnya betapa wajahnya telah berubah hitam. la sangat terperanjat. Segala daya upaya dilakukan untuk membersihkan wajahnya tetapi sia-sia. Sedemikian malunya dia sehingga tidak berani menunjukkan mukanya kepada siapa pun. Setelah tiga hari berlalu, barulah kehitaman wajahnya kembali normal sedikit demi sedikit.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Siapakah itu", ia bertanya.
"Aku datang untuk mengantar surat dari Junaid", sebuah sahutan dari luar.
Si murid membaca surat Junaid. "Mengapa tidak engkau jaga tingkah lakumu di hadapan Yang Maha Besar. Telah tiga hari tiga malam aku bekerja sebagai seorang tukang celup untuk memutihkan kembali wajahmu yang hitam itu".

Referensi: Fariduddin Al-Attar, Warisan para Awliya