Minggu, 30 Januari 2011

Kisah Murid Syekh Junaid ( 2 )


Seorang murid mengira bahwa dirinya telah mencapai derajat kesempurnaan. "Oleh karena itu lebih baik aku menyendiri", ia berkata di dalam hatinya. Maka pergilah ia mengasingkan diri di suatu tempat dan untuk beberapa lamanya berdiam di sana. Setiap malam beberapa orang yang membawa seekor unta datang kepadanya dan berkata: "Kami akan mengantarmu ke surga". Maka naiklah ia ke atas punggung unta itu dan mereka pun berangkat ke suatu tempat yang indah dan nyaman, penuh dengan manusia-manusia gagah dan tampan, di mana banyak terdapat makanan-makanan lezat dan anak-anak sungai. Di tempat itu ia tinggal hingga fajar, kemudian ia jatuh tertidur dan ketika terjaga ternyata ia berada di kamarnya sendiri kembali. Karena pengalaman ini, ia menjadi bangga dan angkuh. "Setiap malam aku diantarkan ke surga", ia membanggakan dirinya. Kata-katanya ini terdengar oleh Junaid. Junaid segera bangkit dan datang ke tempat di mana ia mendapatkan muridnya itu sedang berlagak dengan sangat angkuhnya. Junaid bertanya apakah yang telah dialaminya dan si murid mengisahkan seluruh pengalamannya itu kepada syeikh. "Malam nanti apabila engkau diantarkan ke sana", Junaid berkata kepada muridnya itu, "ucapkanlah: La haula wa laa quwatta ila billahi aliyul azhim (Tiada kekuasaan dan kekuatan kecuali pada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar)"
Malam itu, seperti biasanya si murid diantarkan pula ke tempat tersebut. Dalam hatinya ia tidak yakin terhadap perkataan syeikh Junaid, tetapi ketika sampai di tempat itu, sekedar sebagai percobaan ia mengucapkan: 'La haula wa laa quwatta...." Sesaat itu pula orang-orang yang berada di tempat itu meraung-raung dan melarikan diri. Kemudian terlihatlah olehnya bahwa tempat itu hanyalah tempat pembuangan sampah sedang dihadapannya berserakan tulang-tulang binatang. Setelah menyadari kekeliruannya itu, si murid bertaubat dan bergabung dengan murid-murid Junaid yang lain. Tahulah ia bahwa menyendiri bagi seorang murid adalah bagaikan racun yang mematikan.


Referensi: Fariduddin Al-Attar, Warisan para Awliya

Kisah Murid Syekh Junaid ( 1 )

Salah seorang murid Junaid menyendiri di sebuah tempat yang terpencil di kota Bashrah. Suatu malam, sebuah pikiran buruk terlintas di dalam hatinya. Ketika ia memandang ke dalam cermin terlihatlah olehnya betapa wajahnya telah berubah hitam. la sangat terperanjat. Segala daya upaya dilakukan untuk membersihkan wajahnya tetapi sia-sia. Sedemikian malunya dia sehingga tidak berani menunjukkan mukanya kepada siapa pun. Setelah tiga hari berlalu, barulah kehitaman wajahnya kembali normal sedikit demi sedikit.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Siapakah itu", ia bertanya.
"Aku datang untuk mengantar surat dari Junaid", sebuah sahutan dari luar.
Si murid membaca surat Junaid. "Mengapa tidak engkau jaga tingkah lakumu di hadapan Yang Maha Besar. Telah tiga hari tiga malam aku bekerja sebagai seorang tukang celup untuk memutihkan kembali wajahmu yang hitam itu".

Referensi: Fariduddin Al-Attar, Warisan para Awliya

Kamis, 27 Januari 2011

8 Tanda Taubat Diterima


Nabi Muhammad SAW berkata kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah orang yang benar-benar bertaubat?” Para sahabat menjawab, “Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih mengetahui” Maka bersabdalah Nabi Muhammad SAW:
1. “Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mempelajari ilmu, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
2.  Barang siapa bertaubat sedang ia tidak bertambah tekun ibadahnya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
3.  Barang siapa bertaubat sedang ia tidak berusaha membuat musuh-musuhnya ridha, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
 4. Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mengubah pakaian dan perhiasannya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
5.  Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mengganti sahabat-sahabatnya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
6.  Barang siapa bertaubat sedang ia tidak mengubah akhlaknya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
7.  Barang siapa bertaubat sedang ia tidak melipatkan kasur dan tikarnya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
8.  Barang siapa bertaubat sedang ia tidak menyedekahkan kelebihan dari apa yang di tangannya, maka ia bukanlah orang yang bertaubat
Apabila tanda-tanda ini telah tampak nyata pada diri seorang hamba, maka ia telah benar-benar bertaubat!”
( Hadist Nabi Muhammad SAW dari Abdullah bin Mas`ud ra. )

Rabu, 26 Januari 2011

TAUBAT

 

A. Ayat-ayat tentang taubat:
Allah Ta'ala berfirma

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Az-Zumar: 53).

“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa’: 110).

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-syuura: 25).

“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-A’raf: 153).

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31).

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Maidah: 74).

“Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 104).

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8).

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beramal shaleh kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaaha: 82).

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Ali-Imran: 135-136).

Dalam hadits disebutkan:
(( مَا أَصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ وَإِنْ عَادَ فِيْ اليَوْمِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً )) رواه أبو يعلى وأبو دادود والترمذي والبزار، وحسنه ابن كثير في تفسيره جزء 1 ص 408.
“Tidaklah dianggap melanjutkan perbuatan keji orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali.” (HR. Abu Ya’la, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al Bazzar dalam musnadnya, Ibnu Katsir mengatakan: hadis hasan; tafsir Ibnu Katsir, 1/408.

B. Hadits-hadits tentang taubat:
1. Rasulullah bersabda:
(( يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ )) رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).
2. Abu Musa meriwayatkan dari Rasulullah :
(( إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ فِيْ النَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ))
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).
3. Rasulullah bersabda:
(( مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ)) رواه مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
4. Rasulullah bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ العَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ )) رواه الترمذي.
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seseorang hamba, selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.” (HR. At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).
5. Dari Ibnu Abbas , ia berkata, Rasulullah bersabda:
(( مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ )) رواه أبو داود.
“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud)(1 ).
6. Anas meriwayatkan, aku mendengar Nabi bersabda, Allah berfirman:
قَالَ الله تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً )) رواه الترمذي.
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan utukmu ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata: hadits ini hasan).

Kisah Ashhabul Kahfi


Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.”“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!”Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!”“Ya baik!” jawab mereka.“Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib.Mereka mulai bertanya:
“Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”“Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!”Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”Ali bin Abi Thalib menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!” Mereka bertanya lebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!”“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!”Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”Ali bin Abi Thalib menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda.”“Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan”, sahut Imam Ali.“Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?” Tanya pendeta tadi.Ali bin Ali Thalib menjawab: “Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu.”Pendeta Yahudi itu menyahut: “Aku sudah banyak mendengar tentang Qur’an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!”Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ... Lihat Selengkapnyake pinggang. Lalu ia berkata: “Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana.”Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!”Ali bin Abi Thalib menerangkan: “Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala.”Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?”“Hai saudara Yahudi,” kata Imam Ali menerangkan, “mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri.”Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: “Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!”Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai “tuhan” dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan –seorang cerdas yang bernama Tamlikha– memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: “Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.”Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: “Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?”“Teman-teman,” sahut Tamlikha, “hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.”Teman-temannya mengejar: “Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?”“Sudah lama aku memikirkan soal langit,” ujar Tamlikha menjelaskan. “Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: ’siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?’ Kemudian kupikirkan juga bumi ini: ‘Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?’ Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: ‘Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius’…”Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: “Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!”“Saudara-saudara,” jawab Tamlikha, “baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!”“Kami setuju dengan pendapatmu,” sahut teman-temannya.Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: “Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar.”Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu. Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: “Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?”“Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,” sahut penggembala itu. “Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!”“Ah…, susahnya orang ini,” jawab mereka. “Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?”“Ya,” jawab penggembala itu.Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: “Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.”Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: “Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?”“Hai saudara Yahudi,” kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, “kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu”.Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: “Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t.”Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua. Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: “Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!”Imam Ali menjelaskan: “Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!”Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.Kepada para pengikutnya ia berkata: “Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!”Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: “Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.”Dalam guha tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun. Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: “Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!”Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: “Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.”Tamlikha kemudian berkata: “Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!”Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.”Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: “Kusangka aku ini masih tidur!” Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: “Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?”“Aphesus,” sahut penjual roti itu.“Siapakah nama raja kalian?” tanya Tamlikha lagi. “Abdurrahman,” jawab penjual roti.“Kalau yang kau katakan itu benar,” kata Tamlikha, “urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!”Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!”Imam Ali menerangkan: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!”Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: “Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!”“Aku tidak menemukan harta karun,” sangkal Tamlikha. “Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!”Penjual roti itu marah. Lalu berkata: “Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?”Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: “Bagaimana cerita tentang orang ini?”“Dia menemukan harta karun,” jawab orang-orang yang membawanya.Kepada Tamlikha, raja berkata: “Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.”Tamlikha menjawab: “Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!”Raja bertanya sambil keheran-heranan: “Engkau penduduk kota ini?”“Ya. Benar,” sahut Tamlikha.“Adakah orang yang kau kenal?” tanya raja lagi.“Ya, ada,” jawab Tamlikha.“Coba sebutkan siapa namanya,” perintah raja.Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: “Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?”“Ya, tuanku,” jawab Tamlikha. “Utuslah seorang menyertai aku!”Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: “Inilah rumahku!”Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: “Kalian ada perlu apa?”Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: “Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!”Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: “Siapa namamu?”“Aku Tamlikha anak Filistin!”Orang tua itu lalu berkata: “Coba ulangi lagi!”Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: “Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka.” Kemudian diteruskannya dengan suara haru: “Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!”Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: “Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?”Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.“Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua,” demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: “Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!”Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: “Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!”Tamlikha menukas: “Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?”“Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,” jawab mereka.“Tidak!” sangkal Tamlikha. “Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!”Teman-teman Tamlikha menyahut: “Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?”“Lantas apa yang kalian inginkan?” Tamlikha balik bertanya.“Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,” jawab merekaMereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!”Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu.”Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu.”Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman:Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, “Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka.” Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, “Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid.”Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: “Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?”Pendeta Yahudi itu menjawab: “Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!”

Senin, 24 Januari 2011

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 7


Wahai anak Adam, sesungguhnya aku tidak lupa terhadap apa yang engkau perbuat,sesungguhnya engkau tidak akan mendapat apa-apa yang ada di sisiKu kecuali dengan bersabar terhadap apa yang engkau benci dalam mencari keridhoanKu. Maka bersabar dalam menjalankan ta’at kpadaKu. itu lebih mudah bagimu daripada  sabar dalam menjauhi ma’siyat kepadaKu. Tinggalkanlah perbuatan zalim di dunia karena yang demikian itu lebih ringan dari pada menanggung azab di akhirat nanti. 
Wahai anak Adam, semuanya dari kamu adalah tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk.Dan setiap kamu adalah sakit kecuali yang Aku beri kesehatan kepadanya. Dan setiap kamu adalah faqir kecuali orang yang Aku beri kekayaan kepadanya.  Dan semua dari kamu adalah mengalami kerusakan kecuali orang-orang yang Aku selamatkan.Dan setiap kamu adalah orang yang berma’siat kecuali yang Aku jaga dari mereka, maka bertaubatlah kepada Allah engkau akan dirahmatiNya.

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 6


Allah  Tabaroka Wata’ala berfirman. ” Wahai orang yang menghamba kepada dinar dan dirham Aku tidak menciptakan dinar dan dirham kecuali agar engkau mudah memakan rizki dariKu dan memakai pakaian pemberianKu , dan mensyukuri ni’matKu,  dan aku jadikan dinar dan dirham untuk menjadi penolong dalam menjalankan ta’at kepadaKu dan menjadi jalan ke arah surgaKu dan agar engkau dapat lari dari Api nerakaKu. Akan tetapi engkau mengambil dinar dan dirham sebagai alat untuk berma’siyat kepadaKu. dan engkau taruh dinar dan dirham di atas kepalamu, maka engkau menyembah kepadanya (dinar dan dirham) bukan kepadaKu. Dan engkau jadikan KitabKu di bawah telapak kakimu.  dan engkau tinggikan rumahmu, akan tetapi engkau rendahkan rumahKu. kalau demukian maka bukanlah engkau orang yang pilihan, dan bukan juga  engkau orang yang baik.. Wahai hamba dunia dan harta bendanya, sesungguhnya perumpamaanmu itu laksana seperti kuburan yang dibangun megah di luarnya akan tetapi di dalamnya sangatlah buruk (hanya tulang belulang). Engkau menipu manusia dan berpura-pura berbuat baik kepada mereka, dengan mulutmu dan lisanmu yang manis. dan engkau menghadap kepadaKu dengan hatimu yang sangat keras dan amal perbuatanmu yang buruk. Wahai anak Adam, tidak ada gunanya sebuah rumah yang diatas gentingnya terang benderang sedangkan di dalamnya gelap gulita. sama seperti itu kalam/nasihatmu mengajak kebaikan sedangkan amalmu buruk. Wahai Anak Adam ikhlaskanlah amalmu kepadaKu  janganlah engkau meminta kepadaKu karena akan aku beri  yang lebih baik dan lebih utama dari pada apa yang diminta oleh orang-orang yang meminta

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 5


Allah Azza Wajalla berfirman. “Wahai anak Adam bukanlah Aku menciptakan kamu untuk memperbanyak ciptaanKu semata. dan bukanlah untuk membantuKu (dengan kamu) dari kesendirianKu dalam mengurusi segala urusan, atau agar aku mendapatkan manfaat darimu, atau untuk menolak bahaya yang datang kepadaKu. Akan tetapi Aku menciptakan kamu agar kamu beribadah / menyembahKu sepanjang waktu dan banyak bersyukur kepadaKu, dan agar engkau bertasbih kepadaKu sepanjang pagi dan sore. 
Seandainya semua manusia dan Jin diantara kamu sekalian mulai dari awal sampai akhir, baik yang hidup maupun yang mati, yang kecil maupun yang besar, yang merdeka ataupun yang budak  semua berkumpul untuk Ta’at kepadaKu , maka yang demikian itu tidak akan menambah kerajaanKu walau seberat biji. Seandainya semua manusia dan Jin diantara kamu sekalian mulai dari awal sampai akhir, baik yang hidup maupun yang mati, yang kecil maupun yang besar, yang merdeka atuapun yang budak  semua berkumpul untuk berma’siyat kepadaKu , maka yang demikian itu tidak akan mengurangi kerajaanKu walau seberat biji.  
Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka kesungguhannya itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah Maha kaya dari pada seluruh alam. Dan mereka semua membutuhkanNya, sedang Allah Maha kaya lagi terpuji. 
Wahai anak Adam, sebagaimana orang yang berhutang harus membayar, demikian pula sebagaimana orang yang menanam pasti akan menuai.

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 4


Allah SWT Berfirman ” Wahai Anak Adam Janganlah engkau mennginginkan Taubat akan tetapi selalu menunda waktu untuk bertaubat. Dan janganlah engkau menginginkan Akhirat akan tetapi engkau meninggalkan amal kebajikan. Engkau mengucapkan kata-kata ahli Ibadah akan tetapi engkau mengamalkan amalan orang munafik.
Jika engkau diberi engkau tidak Qona’ah. Jika di uji engkau tidak mau bersabar. Dan engkau selalu mengajak kepada kebaikan akan tetapi engkau sendiri tidak mengamalkannya. Dan engkau mencegah orang dari berbuat munkar akan tetapi engkau sendiri melakukannya. 
Engkau mencintai orang-orang sholeh akan tetapi engkau sendiri bukan bagian dari mereka. Engkau membenci orang munafik akan tetapi engkau merupakan bagian dari mereka. 
Engkau mengucapkan apa yang tidak engkau amalkan dan engkau melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. 
Setiap datang hari yang baru maka Bumi akan berkata kepadamu Wahai Anak Adam, engkau berjalan di punggungku akan tetapi akhir perjalananmu di dalam perutku. dan Kuburan memangilmu ‘ Wahai Anak Adam Aku adalah Tempat banyak pertanyaan, tempat untuk berkesendirian, maka bangunlah aku jangan engkau rubuhkan aku.

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 3


Allah Subhanahu Wata’ala berfirman”Barang siapa di pagi hari hatinya serakah kepada dunia, maka ia tidak akan mendapat apa – apa kecuali bertambah jauh dari Allah. Dan terhadap dunia akan bertambah payah. dan terhadap akhirat akan bertambah berat. 
Wahai anak adam jika engkau tidak berqona’ah terhadap rizkimu, maka Allah akan menempatkan dalam hatimu angan-angan yang tidak akan putus selamanya, dan Allah akan memberi kerepotan yang tidak ada kelonggaran selamanya, .
Wahai anak Adam setiap hari mata hari terbit dari tempatnya dan mengurangi umurmu, dan engkau tidak menyadari. Dan disempurnakan setiap hari akan rizkimu akan tetapi engkau tidak memuji Allah, dan bagaimana engkau tidak Qona’ah dengan sesuatu yang sedikit, dan dengan yang banyak engkau tidak pernah kenyang. 
Wahai anak adam, tidak ada seharipun kecuali akan datang kepadamu Rizki dariku, dan tidak ada suatu malampun kecuali datang kepadaKu Malaikat yang mulia dengan membawa amalmu yang buruk. Engkau memakan rizki dariku dan engkau berma’siyat kepadaKu. Dan engkau berdo’a kepadaKu dan aku kabulkan do’amu. KebaikanKu selalu turun kepadamu, dan keburukanmu selalu naik kepadaKu. Maka sebaik-baik Tuan adalah AKU (ALLAH) dan seburuk buruk hamba adalah engkau. Aku malu kepada engkau dan engkau tidak malu kepadaKu. Engkau melupakanKu dan malah ingat selainKu. Engkau takut kepada manusia, dan engkau merasa aman dari siksaKu.

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 2


Allah Subhanahu Wata’ala berfirman “Wahai anak adam, barang siapa yang Qona’ah, maka hatinya akan kaya. Barang siapa yang meninggalkan hasud, maka hatinya akan lapang. Barang siapa meninggalkan Ghibah, maka akan terlihatlah kasih sayangnya, dan terlihatlah kebagusannya. 
Barang siapa menyepi dari manusia maka akan selamat dari mereka. Barang siapa yang sedikit bicaranya maka sempurnalah akalnya. 
Barang siapa ridho dengan sesuatu yang sedikit dari rizki, maka mantaplah ia dengan jaminan Allah. Wahai anak adam mengapa engkau tidak mengamalkan apa ilmumu ? Bagaimana engkau menginginkan sesuatu sedang engkau tidak berbuat ? Engkau menghabiskan umurmu untuk mencari dunia, maka dengan apa engkau mencari surga? Beramallah seakan engkau akan mati esok pagi, dan janganlah menumpuk harta seakan engkau akan kekal di dunia. Sesungguhnya Allah berfirman kepada dunia, “perbudaklah orang yang serakah kepadamu, dan layanilah orang yang melayaniKu”.

Peringatan Ilahi Dalam Hadist Qudsi 1

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman “Aku bersaksi untuk DiriKu sendiri sesungguhnya tidak ada Sesembahan selain Aku yang Esa, tidak ada sekutu bagiku, Muhammad adalah hambaku dan utusanKu. 
Barang siapa yang tidak Ridho dengan kepastianKu, dan tidak sabar terhadap ujianKu, dan tidak bersyukur akan ni’matKu, dan tidak Qona’ah dengan pemberianKu, maka hendaklah ia mencari sesembahan selainKu. 
Barang siapa yang pada pagi hari hatinya bersedih karena dunia, maka seakan-akan ia pagi-pagi marah kepadaku.
Dan barang siapa mengadukan akan musibah yang Aku turunkan kepadanya, maka seakan-akan ia mengadukanKu. Barangsiapa yang merendah terhadap orang kaya karena kekayaannya, maka hilanglah 2/3 agamanya. 
Barang siapa memukul wajahnya karena kesedihan ditinggal mati seseorang, maka seakan-akan ia merobohkan ka’bahKu dengan tangannya, dan seakan ia ia mengambil anak panah hendak memerangiKu. 
Dan barang siapa yang tidak peduli dari barang apa ia makan, maka Aku juga tidak peduli dari pintu mana Aku akan memasukkannya ke dalam neraka. 
Barang siapa setiap hari tidak ada tambahan dalam urusan agamanya, maka ia termasuk orang yang merugi. Dan barang siapa yang merugi, maka mati adalah lebih baik baginya. Barang siapa yang mengamalkan apa yang menjadi ilmunya, maka Allah akan mewariskan ia akan ilmu-ilmu yang belum ia ketahui.
Barang siapa yang panjang angan-angannya maka tidak akan bagus agamanya.

Sabtu, 22 Januari 2011

Belajar Membaca Al Hikam ( 18 )

 AKHLAK
 
 
Alloh SWT berfirman :
وانك لعللى خلق عظيم
    Dan sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Al-Qalam 4)

    Dari Anas bin Malik diriwayatkan tentang makna "yang paling baik akhlaknya" ditanyakan kepada Nabi SAWW, "Ya rasululLoh, siapakah orang mukmin yang paling utama imannya ?"
    Jawab beliau, "yang paling baik akhlaknya".
    Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq berkata, "Akhlak yang baik adalah perjalanan hamba yang paling utama. Dengan akhlak yang baik maka cahaya sikap kesatrianya akan Nampak. Manusia yang tertutup (mastur) dari makhluk akan tersingkap akhlaknya".
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung". Sedangkan menurut tafsiran Muhammad Al-Washiti, ayat tersebut bermakna Tuhan mensifati Nabi Muhammad SAWW dengan akhlak yang agung karena beliau adalah manusia terbaik diantara penduduk alam dan cukup dengan pujian Alloh. Dia juga mengatakan, bahwa akhlak yang agung adalah ketiadaan orang yang membantah dan dibantah karena pengetahuannya yang begitu mendalam mengenai Alloh. Makna akhlak yang mulia menurut Husin bin Mansur adalah ketiadaan buih (kesia-siaan) bekas makhluk dalam diri seseorang setelah pencapaian penglihatan pada Al Haqq. Sedangkan menurut Ahmad bin Isa Al Kharaz adalah ketiadaan keinginan atau cita-cita selain yang ditujukan kepada Alloh.
    Fudhail bin Iyadh berkata, "Seandainya seorang hamba memperbaiki semua kebaikannya sementara dia mempunyai seekor ayam lalu memperlakukannya dengan tidak baik, maka dia bukanlah seorang yang berakhlak.
    Dikatakan bahwa Ibnu Umar RA jika melihat salah seorang budaknya yang memperbaiki salatnya maka dia memerdekakannya. Akhlaknya yang demikian itu sempat diketahui oleh budak-budak yang lain, maka mereka memperbaiki salatnya dengan menampak-nampakannya di hadapan Ibnu Umar dan Ibnu Umar memerdekakan mereka. Seseorang memprotesnya, "mereka shalat dengan ria" lalu dijawab, barang siapa menipuku didalam Alloh, hakikatnya dia sesungguhnya menipu saya karena Alloh".
    AbduLlah bin Muhammad Ar-Razi berkata, "Budi pekerti adalah sikap yang menganggap kecil pada apa yang berasal darimu, dan menganggap besar dari apa yang berasal dari selain dirimu".
    Ditanyakan pada Ahnaf bin Qais, "Dari siapa Tuan belajar akhlak ?"
    "Dari Qais bin Ashim Al-Munqiry".
    "Sampai sejauh mana akhlaknya ?"
    "Ketika kami duduk di rumahnya, tiba-tiba seorang budak wanita datang dengan membawa besi panas, sebagai alat pemanggang daging. Benda itu lepas dari tangannya dan jatuh menimpa anak laki-laki Qais sehingga menyebabkan kematian-nya. Budak itu sangat ketakutan, tetapi Qais justru menghiburnya dengan megatakan, "Jangan takut, engkau bebas karena Alloh".
Syah Al-Kirmani berkata, "Tanda akhlak yang baik diantaranya menahan penderitaan dan menangggung siksaan." RasuluLloh SAWW bersabda, "
انكم لن تسعواالناس باموالكم فسعواهم ببسط الوجه وحسن الخلق
"sesungguhnya kamu tidak akan bisa memuaskan manusia dengan hartamu, puaskanlah mereka dengan kecerahan wajah dan bagusnya budi pekerti".
Ditanyakan kepada Dzunun Al-Mishri, "Siapakah yang paling menggelisahkan manusia ?"
"Yang paling buruk akhlaknya".
Wahab mengatakan bahwa tidaklah seseorang yang menjalankan akhlak yang baik selama 40 hari melainkan Alloh SWT akan menjadikan akhlak itu sebagai karakternya.
    Ditanyakan kepada Ibrahim bin Adham,"Apakah egkau pernah bahagia di dunia ?"
    "Ya..dua kali".
    "Apa saja itu ?"
    "Pertama, ketika saya sedang duduk, datang seseorang mengencingi saya. Kedua, ketika saya duduk, datang seseorang dan langsung menampar saya".
    Adalah Uwais Al-Qarni apabila terlihat oleh anak-anak, maka mereka akan melempirnya dengan batu.
    "Anak-anak, "Sapanya lembut.
    "Jika kalian hendak melampariku dengan batu, saya mohon lemparilah dengan batu-batu yang kecil, agar lutuku tidak pecah sehingga menghalangiku dari mengerjakan shalat".
    Ada seorang lelaki bengis mencaci maki Ahnaf bin Qais. Lelaki itu terus mengikutinya sambil mengeluarkan kata-kata kotor sampai dia malu sendiri dan berhenti dari mencaci maki.
    "Wahai kawan ," Sapa Ahnaf.
    "Jika masih tersisa sesuatu di hatimu, maka muntahkanlah sekarang saja agar para ulama fikih tidak mendengarmu sehingga mereka akan mengadilimu".
    Dikisahkan bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib RA memanggil seorang budak dan budak itu tidak menyahutinya. Beliau mengulanginya sampai tiga kali dan tetap tidak mendapat respon. Khalifah melangkah mendekat dan melihat budak itu sedang berbaring enak-enakan
    "Apakah kamu tidak mendengar wahai bujang ?"
    "Mendengar," Jawabnya ringan.
    "Apa yang membuatmu tidak menyahut ?"
    "Saya merasa aman dari ancaman siksamu, karena itu saya bermalas-malasan."
    "Pergilah, engkau bebas karena Alloh". Jawab Khalifah Ali RA.
  
    Abu Hafsh pernah ditanya mengenai akhlak lalu dijawab, "Akhlak adalah apa yang dipilihkan Alloh SWT untuk Nabi-Nya sebagaimana yang tertulis di dalam firman-Nya :
خذ العفو وأمر بالعرف وأعرض عن الجاهاين
    "Jadilah pemaaf, dan suruhlah orang berbuat kebajikan, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". [7] :199
 
    Abu Dzar Al-Ghifari datang ke kolam hendak mengambil air untuk air minum untanya. Akan tetapi sebagian pengambil air yang lain menyerobotnya dengan kasar. Abu Dzar hanya bisa memandang , lalu duduk kemudian berbaring. Seseorang yang melihatnya heran dan bertanya, kemudian dijawab, "Sesungguhnya RasuluLloh SAWW memerintahkan kita jika seseorang marah, maka hendaknya ia duduk. Jika dengan duduk tidak juga hilang, maka hendaklah ia berbaring".

    Disebutkan di dalam kitab injil, "Hamba-Ku, ingatlah Aku ketika engkau marah, maka Aku akan mengingatmu ketika Aku marah".
  
    Yahya bin Ziad Al-Haritsi memilki seorang pelayan yang sangat buruk akhlaknya. Tetangganya heran lalu menanyakan kepadanya, "Mengapa engkau pertahankan pelayan itu,"
    "Supaya saya bisa mengajarinya sifat asih," Jawabnya.
  
    Al Fudhail bin Iyadh mengatakan, "berkawan dengan orang durhaka yang berakhlak baik lebih saya sukai daripada berkawan dengan orang ahli ibadah yang berakhlak buruk". Dikatakan bahwa akhlak yang baik adalah kemampuan memikul sesuatu yang dibenci dengan menggantinya dengan kebaikan yang ia tebarkan.
    Diriwayatkan bahwa Ibrahim bin Adham keluar melewati segerombolan tentara. Seseorang dari mereka menemuinya dan berkata, "Dimana tempat hiburan ?" Ibrahim menunjuk ke arah kuburan. Wajah tentara itu memerah. Dia tersinggung dan langsung memukul kepada Ibrahim. Setelah dia pergi, seseorang memberitahukan tentara itu bahwa yang dipukulnya adalah Ibrahim bin Adham seorang ulama sufi yang zuhud yang berasal dari khurasan. Tentara itu terkejut dan ia menyesali perbuatannya dan langsung pergi menyusul Ibrahim.
    "Tuan maafkanlah saya, saya menyesal telah memukul tuan"
    "Ketika engkau memukul saya." Kata Ibrahim, "Saya memohonkan kepada Alloh surga untukmu".
    "Mengapa ?"
    "Saya tahu bahwa saya memasukkan perangkap terhadapmu. Saya tidak ingin mendapatkan bagianku yang baik darimu dan bagianmu yang buruk dariku".
    Diceritakan bahwa Said bin Ismail Al-Hirri diundang seorang laki-laki untuk jamuan makan. Ketika sampai di depan pintu rumahnya, lelaki itu berkata, "Wahai Ustaz, bukan sekarang waktunya. Saya menyesal tidak bisa mengabarimu terlebih dahulu".
    Abu Said pulang, dan sebentar kemudian kembali lagi. Ketika tiba didepan pintu, tuan rumah buru-buru keluar sambil menyapa,"Maaf Ustaz, undangan belum dimulai. Saya menyesal belum sempat mengabari ustaz. Datanglah sejam kemudian".
    Abu Said berdiri mohon pamit kemudian pergi. Pada saat yang dijanjjikan tiba, dia berangkat dan ketika sampai di depan pintu, ia memperoleh jawaban yang sama sepeti semula. Dia pulang, datang lagi dan kembali pulang sampai beberapa kali. Lelaki itu kagum menyaksikan ketabahan Abu Said. Dai menyesali sikapnya.
    "Wahai Ustaz, saya hanya ingin mengujimu," Kata lelaki itu seraya menyambutnya dengan rasa hormat.
    "Jangan kau memujiku atas dasar perilakuku yang kau temukan seperti anjing. Anjing jika dipanggil dia datang, dan jika dicegah dia pergi." Abu Said kemudian pergi seolah tidak terjadi apa-apa.
    Abu Said ketika melewati sebuah gang besar, seseorang menumpahkan abu kotor dari balkon rumahnya. Teman-temannya yang melihatnya marah. Mereka mencaci maki orang yang melempar abu yang kotor tadi.
    "Janganlah kalian mengatakan sesuatu. Barang siapa yang patut mendapat siksaan neraka, lalu menerima lemparan abu itu dengan baik, maka baginya tidak boleh marah". Katanya.
 
    Diceritakan bahwa AbduLlah seorang penjahit, menenerima jahitan dari seorang Majusi. Setelah selesai, orang majusi tersebut membayarnya dengan uang palsu dan AbduLlah menerimanya. Bertepatan dia hendak keluar karena suatu urusan, majusi tadi datang lagi untuk membayar ongkos jahitan yang kesekian kalinya. Murid AbduLlah yang menerimanya mengetahui bahwa yang diterimanya itu adalah uang palsu maka dia menolaknya. Bahka orang majusi itu diserahkan kepada seorang peneliti uang. Beberapa saat kemudian AbduLlah datang dan bertanya kepada muridnya, "Mana baju majusi itu ?"
    Murid itu menceritakan kepada sang guru apa yang telah terjadi. Tentang kebohongannya, kepalsuannya, penolakannya, dan tindakannya kepada majusi itu.
    "Buruk sekali apa yang telah engkau lakukan !. sudah berapa kali dia memperlakukan saya seperti itu, dan saya sabar menerimanya. Uang palsu itu saya lemparkan ke sumur agar tidak menumbulkan bahaya kepada orang lain." Tegur AbduLlah.
    Akhlak yang buruk menyempitkan hati pemiliknya karena tidak memperluaskan tempat selain yang dikehendaknya sebagaimana tempat yang sempit yang tidak tidak memberi keleluasaan selain pemiliknya. Akhlak yang baik tidak akan menjadikan engkau berubah sebab karena seseorang yang berdiri di shaf di sampingmu. Sedangkan keburukan akhlak terdapat pada kejatuhan pandanganmu pada keburukan akhalak terhadap selainmu. RasuluLloh SAWW pernah ditanya tentang kesialan lalu dijawab," Keburukan akhlak".
    Abu Hurairah RA menceritakan, "Seorang sahabat bertanya"
    "Ya RasuluLloh, mohonkanlah kepada Alloh agar kita dapat menghancurkan orang-orang musyrik." Beliau menjawab, "Saya diutus untuk menebarkan kasih sayang, bukan siksaan".

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 4 )

Ibnu Umar berkata, "Nabi Yahya bin Zakariya AS masuk ke Baitul Maqdis dan ia pada saat itu berumu 8 kali haji (8 tahun). Lalu ia melihat kepada orang-orang yang beribadah di antara mereka ada yang memakai baju dengan lengan sempit dari bulu dan wol. Ia melihat orang-orang yang ahli berijtihad dari mereka telah mengoyakkan baju yang besar lehernya. Dan ia perbuat dengan baju itu seperti tali rantai dan mereka mengikatkan dirinya ke tepi Baitul Maqdis. Maka yang demikian itu mendahsyatkan perasaan Yahya bin Zakariya AS lalu ia pulang kepada ibu bapaknya. Ia melintasi anak-anak kecil yang sedang bermain-main, mereka mengatakan kepadanya,"hai Yahya, marilah kita bermain-main !"
Yahya AS menjawab, "Aku tidak dijadikan untuk bermain-main".
Ibnu Umar meneruskan riwayatnya, : Maka datanglah Yahya menemui Ibu bapaknya. Ia meminta kepada ibu bapaknya supaya ia diberi pakaian bulu, lalu ibu bapaknya berbuat demikian. Maka Yahya AS kembali ke Baitul Maqdis. Ia melayani di Baitul Maqdis pada siang hari dan ia bermalam sampai pagi di dalamnya sampai ia berumur 15 tahun. Lalu ia keluar dan selalu tinggal di bukit-bukit dan lembah-lembah diantara bukit-bukit itu.
Maka pergilah orang tua nabi Yahya AS mencarinya kesana kemari lalu keduanya mengetahui bahwa nabi yahya AS berada di danau Al-Ardun, merendamkan kedua kakinya ke dalam air sehingga hampirlah kehausan membunuhnya. Nabi Yahya AS berdoa, "Demi kemuliaan Engkau dan demi keagungan Engkau aku itdak akan merasakan dinginnya minuman sebelum aku tahu dimana tempatku daripada Engkau".
Maka ibu bapaknya meminta supaya ia memakan roti sya'ir yang ada pada keduanya dan meminum dari air itu. Lalu nabi Yahya AS berbuat yang demikian dan memberikan kafarat dari sumpahnya itu. Maka ia dipuji sebagai orang yang berbakti dan ia dibawa pulang oleh ibu bapaknya ke Baitul Maqdis. Dan adalah Yahya AS apabila ia bangun mengerjakan shalat niscaya ia menangis sehingga menangislah bersamanya kayu dan tanah. Dan nabi Zakaria AS (ayah nabi Yahya AS) itu juga menangis, dan karena menangisnya Yahya AS maka dia pingsan.
Terus meneruslah Yahya AS menangis sehingga air matanya mengoyakkan daging kedua pipnya dan tampaklah gigi geraham bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu ibunya berkata kepadanya, "Hai anakku, kalau engkau izinkan kepadaku aku perbuat sesuatu yang dapat menutupkan gerahammu dari orang-orang yang memandangnya".
Maka Yahya AS mengizinkan yang demikian kepada ibunya, lalu ibunya mengambil dua potong kain bulu maka diletakkannya di kedua pipi nabi Yahya AS.
Dan nabi Yahya AS apabila bangun mengerjakan shalat niscaya ia menangis. Apabila air matanya tergenang pada kain bulu itu niscaya datanglah ibunya kepadanya lalu memeras kedua kain bulu itu. Apabila nabi Yahya AS melihat air matanya mengalir di lengan ibunya lalu ia berdoa, "Wahai Allah Tuhanku, inilah air mataku, inilah ibuku dan aku hamba-Mu dan Engkau Yang Sangat Pengasih dari yang penyasih"
Pada suatu hari nabi Zakaria AS berkata kepada nabi Yahya AS, "Aku bermohon kepada Tuhanku kiranya Ia memberikan engkau bagiku supaya tetaplah kedua mataku dengan engkau"
Lalu Yahya AS menjawab, "Hai ayahku, bahwa Jibril AS memberi kabar kepadaku bahwa diantara surga dan neraka itu padang pasir yang tidak dapat dilalui selain oleh setiap orang yang menangis".
Maka nabi Zakaria menyahut, "Hai anakku, menangislah".

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 3 )

Abdul aziz bin Umar berkata, "tatkala nabi Dawud memperoleh kesalahan, maka berkuranglah merdu suaranya. Lalu ia berdoa," Wahai Tuhanku, perbolehkanlah suaraku dalam kebersihan suara orang-orang shidiq".
Diriwayatkan bahwa nabi Dawud AS manakala telah lama tangisannya dan tidak bermanfaat yang demikian, lalu sempitlah baju besinya dan bersangatan gundahnya. Maka beliau berdoa, "Wahai Tuhanku tidakkah Engkau mengasihani tangisanku ?"
Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya, "Wahai Dawud, engkau lupa akan dosa engkau dan engkau ingat akan tangisan engkau".
Nabi Dawud AS berdoa, "Wahai Tuhanku dan Penghuluku, bagaimana aku lupa akan dosaku. Dan aku apabila membaca kitab Zabur niscaya ia mencegah air yang mengalir dari mengalirnya, menenangkan hembusan angin dan burung menaungi di atas kepalaku. Dan aku menjinakkan binatang-binatang liar ke tempat shalat (mihrab) ku. Wahai tuhanku dan Penghuluku maka apakah keliaran ini yang ada di antara aku dan Engkau".
Maka Allah SWT menurunkan wahyu kepada nabi Dawud AS "Hai Dawud, itu adalah kejinakan tha'at dan ini keliaran maksiyat. Hai Dawud, Adam itu makhluk dari ciptaan-Ku. Aku ciptakan ia dengan Tangan (kekuasaan) Ku, Aku hembuskan kepadanya dari Ruh-Ku. Aku suruh sujud kepadanya para malaikat-Ku. Aku pakaiakan kepadanya kain kemuliaan-Ku, Aku letakkan mahkota kepadanya dengan mahkota kemuliaan-Ku. Ia mengadu kepada-Ku akan kesendirian maka aku kawinkan ia dengan Hawa hamba wanita-Ku. Aku tempatkan dia di surga-Ku. Maka ia berbuat maksiyat kepada-Ku. Lalu Aku usir dia dari tetanngga-Ku dengan tanpa pakaian dan hina. Hai Dawud, dengarlah dari Aku. Yang benar Aku firmankan : Engkau ta'at kepada Kami maka Kami baik kepada engkau. Engkau minta kepada Kami maka Kami beri engkau. Engkau berbuak maksiyat kepada Kami maka Kami perlahan-lahankan kepada engkau. Dan kalau engkau kembali kepada Kami atas apa yang ada dari engkau niscaya engkau Kami terima."
Yahya bin Abi katsir berkata, "Telah sampai kepada kami riwayat bahwa nabi Dawud AS apabila ia bermaksud meratap niscaya ia berhenti sebelum itu selama seminggu, tidak makan makanan, tidak meminum minuman dan tidak mendekati wanita. Apabila ia sehari sebelum itu, maka dikeluarkan mimar baginya di tanah lapang. Maka ia suruh Sulaiman supaya mengumumkan dengan suara yang meminta kedatangan para tamu dari negeri itu dan sekelilingnya yaitu dari semak-semak, bukit-bukit, gunung, padang sahara, candi-candi dan biara-biara maka diserukan kepada mereka 'Ketahuilah siapa yang ingin mendengarkan ratapan Dawud maka datanglah !"'
Yahya bin Abi Katsir meneruskan ceritanya. "Maka datanglah binatang-binatang liar dari padang sahara dan bukit-bukit dan datanglah binatang buas dari semak-semak dan datanglah binatang yang melata dari gunung-gunung dan datanglah burung-burung dari sarangnya. Dan datanglah anak - anak gadis dari pingitannya dan berkumpulah manusia pada hari itu. Kemuidan datanglah nabi Dawud naik lalu naik mimbar sedangkan ia dikelilingi Bani Israil (kaum Yahudi). Setiap bahagian mengelilingi nabi Dawud AS pada batasnya dan nabi Sulaiman berdiri setentang kepalanya. Lalu nabi Dawud AS memuji Tuhannya maka gemparlah mereka itu dengan tangisan dan pekikan. Kemudian nabi Dawud memnyebut surga dan neraka maka matilah binatang-binatang yang menjalar dan segolongan dari binatang liar, binatang buas dan manusia. Kemudian nabi Dawud AS menerangkan tentang huru hara hari kiyamat dan pada meratapi dirinya. Maka matilah dari setiap macam mereka itu satu golongan. Maka tatkala nabi Sulaiman AS melihat banyaknya yang mati lalu berkata, "Wahai ayahku, ayah telah merobek-robekkan para pendengar itu dengan setiap robekan. Dan telah mati beberapa golongan dari Bani Israil dan dari binatang-binatang liar dan binatang-binatang yang menjalar"'.
Maka nabi Dawud AS berdoa. Dalam keadaan dia yang demikian, tiba-tiba ia dipanggil oleh sebagian budak-budak bani Israil "Hai Dawud, engkau terlalu cepat meminta balasan dari Tuhan engkau".
Yahya bin Abi Katsir meneruskan riwayatnya, "Maka Nabi Dawud AS jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Maka tatkala nabi Sulaiman AS melihat apa yang menimpa ayahnya lalu ia mendatangkan tempat tidur dan diletakkannya nabi Dawud AS di atasnya. Kemudian nabi Sulaiman AS menyuruh orang yang menyeru sebagai berikut, 'Ketahuilah barang siapa yang berteman dengan nabi Dawud AS maka hendaklah mendatangkan tempat tidur, maka hendaklah membawanya ke tempat tidur itu. Sesungguhnya orang-orag yang berada bersama nabi Dawud AS mereka itu telah terbunuh / mati oleh karena menyebutkan surga dan neraka'".
Adalah seorang wanita mendatangkan tempat tidur dan dibawanya familinya dengan tempat tidur itu seraya mengatakan,"Wahai orang yang terbunuh dengan menyebutkan neraka ! Wahai orang yang terbunuh karena ketakutan kepada Allah SWT.
Kemudian tatkala nabi Dawud AS telah siuman dari pingsannya lalu bangun berdiri dan meletakkan tangnnya di atas kepalanya. Ia masuk ke tempat ibadahnya dan mengunci pintunya dan berdoa, "Wahai Tuhan Dawud, adakah Engkau marah kepada Dawud ?". dan senantiasalah ia bermunajah kepada Tuhannya.
Maka datanglah Sulaiman dan duduk di pintu dan meminta izin masuk, dengan membawa roti sya'ir lalu ia berkata, "Hai ayahku, kuatkan dirimu dengan ini, menurut kehendak ayah". Lalu nabi Dawud AS memakan roti tersebut kemudian keluar menemui Bani Israil dan berada diantara mereka.
Yazid Ar-Raqqasyi berkata : Pada suatu hari nabi Dawud AS keluar menemui orang banyak. Beliau memberikan pengajaran kepada mereka dan memberi berita takut. Lalu Beliau keluar pada manusia yang berjumlah 40.000 orang, maka matilah 30.000 orang diantara mereka. Dan Beliau pulang bersama orang dalam jumlah 10.000.

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 2 )

Mujahid berkata, "Nabi Dawud menangis 40 hari dalam bersujud tiada mengangkat kepalanya. Lalu ia dipanggil "Hai Dawud, adakah engkau lapar hingga engkau diberi makan ? atau engkau haus hingga engkau diberi minum? Atau engkau tiada berpakaian hingga engkau diberi pakaian ?" Lalu Nabi Dawud AS memekik keras dengan suatu pekikan yang mengeringkan kayu maka kayu itu terbakar dari kepanasan takutnya. Kemudian Allah SWT menurunkan taubat kepadanya dan ampunan. Maka ia berdo'a, "Wahai Tuhan jadikanlah kesalahanku dalam telapak tanganku". Maka jadilah kesalahannya tertulis di telapak tangannya. Maka tidaklah ia membuka telapak tangannya untuk makan, minum dan lainnya melainkan ia melihat kesalahannya yang membawanya kepada menangis.
Mujahid meneruskan riwayatnya "dan dibawa kepada Nabi Dawud AS gelas yang berisi dua pertiganya. Maka apabila ia memegangnya lalu ia melihat kesalahnnya. Maka tidaklah diletakkannya gelas itu pada bibirnya sampai penuh gelas itu dengan air matanya".
Diriwayatkan dari nabi Dawud AS bahwa ia tidak pernah mengangkat kepalanya ke langit sampai ia wafat karena malu kepada Allah SWT. Ia mengucapkan dalam munajahnya, "Wahai Tuhanku apabila aku ingat kesalahanku, niscaya sempitlah bumi bagiku dalam kelapangannya. Dan apabila aku ingat akan rahmat-Mu niscaya kembalilah nyawaku kepadaku. Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Engkau datangkan tabib-tabib hamba Engkau untuk mengobati kesalahanku, maka mereka semua menunjukkan aku kepada Engkau. Maka sialah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Engkau".
Al Fudhail berkata, "Bahwa sampai kepadaku, pada suatu hari nabi Dawud AS mengingati dosanya. Maka ia melompat dengan memekik dan meletakkan tangannya ke atas kepalanya sehingga ia sampai di perbukitan lalu berkumpulah binatang buas kepadanya. Maka nabi Dawud AS berkata, "Pulanglah, aku tiada berkehendak kepadamu. Sesungguhnya yang aku kehendaki adalah setiap orang yang menangis di atas kesalahannya. Maka mereka tiada menghadap kepadaku selain dengan tangisan. Dan siapa yang tiada memiliki kesalahan maka tidak diperbuatnya akan kesalahan dengan Dawud".
Adalah nabi Dawud As mencela tentang banyaknya tangisan . beliau berkata, "Tinggalkanlah aku menangis sebelum keluar hari tangisan, sebelum perobekan tulang belulang dan nyala terbakarnya perut, dan sebelum disuruh kepadaku malaikat yang bersikap kasar dan keras. Mereka itu tiada mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan mereka melakukan apa yang disuruhkan".

Takutnya Para Nabi dan Malaikat ( 1 )


Diriwayatkan 'Aisyah RA, bahwa RasuluLlah SAW apabila terjadi perubahan udara dan berhembus angin keras maka wajah Beliau berubah. Beliau bolak balik dalam kamar. Beliau masuk dan keluar, semua itu karena takut pada azab Allah SWT.
RasuluLlah SAW membaca satu ayat dalam surat Al Waqi'ah lalu Beliau jatuh pingsan. Dan Allah SWT berfirman :
وخر موسى صعيقا
Dan Musa jatuh pingsan. (Al-A'raf 143).
RasuluLlah SAW melihat bentuk malaikat Jibril dengan meniarap, lalu Beliau jatuh pingsan.
Diriwayatkan bahwasanya RasuluLlah SAW apabila Beliau masuk pada shalat maka terdengar suara gemuruh pada dada Beliau seperti gemuruhnya periuk tembaga.
Nabi SAW bersabda :
ما جاء نى جبريل قط الا وهو يرعد فرقا من الجبار
Tiada sekalipun Jibril datang kepadaku melainkan dia itu gemuruh bunyinya karena takut kepada Yang Maha Perkasa.
Ada yang mengatakan bahwa tatkala tampak atas iblis apa yang telah tampak, maka Jibril dan Mikail senantiasa menangis. Lalu Allah SWT menurunkan wahyu kepada keduanya "Apakah kiranya yang menyebabkan kalian berdua menangis sebagaimana tangisan ini ?"
Keduanya menjawab :" Wahai Tuhan kami tidak merasa aman dari rencana Engkau".
Maka Allah SWT berfirman, "Begitulah kiranya kamu berdua ! Kamu tidak merasa aman dari rencana-Ku".
Dari Muhammad bin Al-Munkadir bercerita," Tatkala diciptakan neraka, maka berterbanglah jantung para malaikat dari tempatnya. Maka tatkala diciptakan anak-anak Adam, lalu jantung itu kembali".
Dari Sahabat Anas RA, sesungguhnya RasuluLlah SAW bertanya kepada Jibril AS
ما لى لا أرى ميكائيل يضحك
"Mengapakah aku tidak melihat malaikat Mikail tertawa ?"
Maka Jibril menjawab, "Mikail tidak tertawa semenjak diciptakan neraka".
Dikatakan bahwa Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang tiada seorang pun dari mereka itu tertawa semenjak diciptakan neraka. Karena takut bahwa Allah SWT marah kepada mereka lalu Ia mengazabkan mereka dengan neraka itu.