Sabtu, 15 Januari 2011

Untuk Acha, Uqi dan Wibi (Juga Yang Lain)

 
oleh Anita Rini pada 04 Desember 2010 jam 23:17
Ya Bunayya,..engkau buah hati kami. Padamu tergantung masa depan kami. Dunia kami dan akhirat kami. Hilang letih dan lelah kami ketika melihat engkau beranjak dewasa tumbuh dengan akhlak mulia. Wahai anakku,… engkau hidup di penghujung zaman yang semakin banyak kerusakan dan fitnah yang menyambar setiap detik nafasmu. Jikalah tidak engkau bergantung pada Zat Yang Maha Kuat dan Kuasa pada siapa lagi engkau kan berlari.

Kami tidak perduli melihat para orang tua yang sibuk memilih dunia untuk belahan jiwa mereka. Yang berkorban dengan apa saja agar anak-anaknya berhasil meraih pangkat dan kedudukan di hati manusia. Yang bila mana kami lupa memanggil anaknya dengan nama biasa, maka mereka akan segera tergesa-gesa meralat,.. maaf anak kami adalah seorang dokter panggillah nama depannya dengan jabatannya.

Duhai penyejuk hati yang gundah,… kami menginginkan dunia hanya sebagai bekal untukmu menuju akhirat yang abadi. Karena itu kami tidak kecewa bila mendapati nilai C pada matematikamu atau fisikamu. Tetapi sungguh kami akan menangis dan berduka bila engkau lalai pada perintah Rabbmu.

Duhai penyejuk mata,…. di hari yang semakin mendekati kepunahan. Tak lelah kami mendidikmu dengan Al-Qur’an. Betapa engkau sangat kami inginkan menjadi penghafal dan pengamal Al Qur’an. Siang malam kami bersabar dan tak kecewa membetulkan bacaanmu yang yang tertatih-tatih dan terlupa dari satu ayat Al-Qur’an. Demikian pula doa senantiasa kami panjatkan untuk kalian agar Allah memberi kemudahan.

Untukmu bunayya,… bersabarlah di hari yang sulit ini. Sungguh engkau akan menikmati jerih payahmu ketika dewasa nanti.Janganlah engkau lupakan kami dalam doamu .Semoga Allah di kemudian hari, memberi kelapangan pada kubur kami yang sempit nanti.

Ya bunayya,…. engkau pasti kan bertanya, mengapa orang tua kami melakukan hal ini untuk kami? Jawabnya,… karena ia adalah suatu kebiasaan yang telah di wariskan oleh para pendahulu kita(salafus shalih). Begitu pula telah kami dapati dalam ucapan Nabimu yang mulia shalallahu alaihi wassalam diriwayatkan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu anhu ia berkata: “Pernah ketika aku sedang berada di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam maka aku pernah mendengar beliau bersabda,

“Al-Qur’an itu akan menemui ahlinya pada hari kiamat ketika kubur telah terbelah seperti seorang laki-laki yang berwajah putih berseri. Ia berkata pada laki-laki tadi,”Apakah kamu mengenaliku?” dia menjawab,”Aku tidak mengenalimu” Ia berkata,”Aku adalah temanmu, Al-Qur’an yang dulu selalu membuat kering tenggorokanmu di siang hari dan begadang di malam hari. Dan setiap pedagang tentulah mengharapkan keuntungan dari barang dagangannya, dan kamu pada hari ini mendapatkan keuntungan dari usahamu.”Kemudian di berikan untuknya kerajaan di tangan kanannya dan keabadian (surga) ditangan kirinya, di letakkan mahkota kebesaran di kepalanya, dan dikenakan bagi kedua orangtuanya dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya berkata: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu” Kemudian diperintahkan kepadanya, Bacalah (Al-Qur’an) dan naikilah tangga-tangga surga dan masuklah ke kamar-kamarnya” Maka dia terus naik (derajatnya) selama dia membacanya dengan cepat atau dengan cara tartil (perlahan-lahan)(HR. Ahmad)

Dan juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang marfu’ (sampai) kepada Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda,

“…. dan dikenakan kepada kedua orangtuanya dua pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan seisinya. Keduanya berkata, “Ya Rabb, Bagaimana kami bisa mendapatkan balasan seperti ini !! dikatakan :”Dengan mendidik Al-Qur’an kepada anak-anakmu(HR. Ath-Thabrani).

Wahai bunayya,.. betapa kami menginginkan pahala itu. Kami-pun menyadari tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Karena memang segala sesuatu harus diraih dengan kerja keras yang gigih dan kesabaran yang tak bertepi. Lelah dan letih kami akan di hargai-Nya karena Allah Yang Maha Mulia telah berfirman:

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (39) dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya (40) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (41). (An-Najm :39-41).

Sungguh kami yakin wahai bunayya,… jika sekiranya para orangtua mengetahui keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya karena mengajarkan Al-Qur’an pada buah hati mereka, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an, membimbing mereka untuk selalu membaca, menghayati maknanya dan mengamalkannya dalam kehidupan yang fana ini.
oleh Anita Rini pada 04 Desember 2010 jam 23:17
Ya Bunayya,..engkau buah hati kami. Padamu tergantung masa depan kami. Dunia kami dan akhirat kami. Hilang letih dan lelah kami ketika melihat engkau beranjak dewasa tumbuh dengan akhlak mulia. Wahai anakku,… engkau hidup di penghujung zaman yang semakin banyak kerusakan dan fitnah yang menyambar setiap detik nafasmu. Jikalah tidak engkau bergantung pada Zat Yang Maha Kuat dan Kuasa pada siapa lagi engkau kan berlari.

Kami tidak perduli melihat para orang tua yang sibuk memilih dunia untuk belahan jiwa mereka. Yang berkorban dengan apa saja agar anak-anaknya berhasil meraih pangkat dan kedudukan di hati manusia. Yang bila mana kami lupa memanggil anaknya dengan nama biasa, maka mereka akan segera tergesa-gesa meralat,.. maaf anak kami adalah seorang dokter panggillah nama depannya dengan jabatannya.

Duhai penyejuk hati yang gundah,… kami menginginkan dunia hanya sebagai bekal untukmu menuju akhirat yang abadi. Karena itu kami tidak kecewa bila mendapati nilai C pada matematikamu atau fisikamu. Tetapi sungguh kami akan menangis dan berduka bila engkau lalai pada perintah Rabbmu.

Duhai penyejuk mata,…. di hari yang semakin mendekati kepunahan. Tak lelah kami mendidikmu dengan Al-Qur’an. Betapa engkau sangat kami inginkan menjadi penghafal dan pengamal Al Qur’an. Siang malam kami bersabar dan tak kecewa membetulkan bacaanmu yang yang tertatih-tatih dan terlupa dari satu ayat Al-Qur’an. Demikian pula doa senantiasa kami panjatkan untuk kalian agar Allah memberi kemudahan.

Untukmu bunayya,… bersabarlah di hari yang sulit ini. Sungguh engkau akan menikmati jerih payahmu ketika dewasa nanti.Janganlah engkau lupakan kami dalam doamu .Semoga Allah di kemudian hari, memberi kelapangan pada kubur kami yang sempit nanti.

Ya bunayya,…. engkau pasti kan bertanya, mengapa orang tua kami melakukan hal ini untuk kami? Jawabnya,… karena ia adalah suatu kebiasaan yang telah di wariskan oleh para pendahulu kita(salafus shalih). Begitu pula telah kami dapati dalam ucapan Nabimu yang mulia shalallahu alaihi wassalam diriwayatkan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu anhu ia berkata: “Pernah ketika aku sedang berada di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam maka aku pernah mendengar beliau bersabda,

“Al-Qur’an itu akan menemui ahlinya pada hari kiamat ketika kubur telah terbelah seperti seorang laki-laki yang berwajah putih berseri. Ia berkata pada laki-laki tadi,”Apakah kamu mengenaliku?” dia menjawab,”Aku tidak mengenalimu” Ia berkata,”Aku adalah temanmu, Al-Qur’an yang dulu selalu membuat kering tenggorokanmu di siang hari dan begadang di malam hari. Dan setiap pedagang tentulah mengharapkan keuntungan dari barang dagangannya, dan kamu pada hari ini mendapatkan keuntungan dari usahamu.”Kemudian di berikan untuknya kerajaan di tangan kanannya dan keabadian (surga) ditangan kirinya, di letakkan mahkota kebesaran di kepalanya, dan dikenakan bagi kedua orangtuanya dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya berkata: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu” Kemudian diperintahkan kepadanya, Bacalah (Al-Qur’an) dan naikilah tangga-tangga surga dan masuklah ke kamar-kamarnya” Maka dia terus naik (derajatnya) selama dia membacanya dengan cepat atau dengan cara tartil (perlahan-lahan)(HR. Ahmad)

Dan juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang marfu’ (sampai) kepada Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda,

“…. dan dikenakan kepada kedua orangtuanya dua pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan seisinya. Keduanya berkata, “Ya Rabb, Bagaimana kami bisa mendapatkan balasan seperti ini !! dikatakan :”Dengan mendidik Al-Qur’an kepada anak-anakmu(HR. Ath-Thabrani).

Wahai bunayya,.. betapa kami menginginkan pahala itu. Kami-pun menyadari tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Karena memang segala sesuatu harus diraih dengan kerja keras yang gigih dan kesabaran yang tak bertepi. Lelah dan letih kami akan di hargai-Nya karena Allah Yang Maha Mulia telah berfirman:

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (39) dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya (40) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (41). (An-Najm :39-41).

Sungguh kami yakin wahai bunayya,… jika sekiranya para orangtua mengetahui keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya karena mengajarkan Al-Qur’an pada buah hati mereka, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an, membimbing mereka untuk selalu membaca, menghayati maknanya dan mengamalkannya dalam kehidupan yang fana ini.

Mulianya Kaum Anshar

Seusai perang Hunain, Rasulullah saw membagi-bagi harta rampasan kepada yang berhak secara adil dan bijaksana. Abu Sufyan bin Harb, tokoh penentang Islam sejak awal dakwah di Makah itu, telah mendapatkan bagian seratus ekor unta dan empat puluh uqiyah perak. Demikian pula Yazid dan Mu’awiyah, dua orang anak Abu Sofyan, mendapat bagian yang sama dengan bapaknya. Kepada tokoh-tokoh Quraisy yang lain beliau memberikan bagian seratus ekor unta. Adapula yang lain mendapatkan bagian lebih sedikit dari itu. Hampir seluruh kaum muallaf Makkah yang baru berIslam setelah ditaklukkan (dalam fathul Makkah) mendapatkan bagian jauh lebih besar dari para sahabat Rasulullah yang terlebih dahulu berIslam.

Melihat pembagian itu, para sahabat Anshar memandang lain. Mereka seakan-akan merasa terlupakan oleh Rasulullah saw. Tak sedikitpun dari sekian harta rampasan perang itu yang diberikan kepada mereka. Rasulullah justru memberikan bagian yang banyak kepada orang-orang yang dulunya amat gigih memerangi dakwah Islam, para orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam. Padahal kaum Anshar lah yang telah memberikan loyalitas penuh dalam berbagai perjuangan kaum muslimin. Sejak menerima dakwah Nabi SAW dengan ramah dan terbuka, menampung kaum Muhajirin dengan penuh keikhlasan, sampai kepada keterlibatan dalam berbagai perang demi membela agama Allah swt.

Akibat kebijakan Rasulullah yang dirasa kurang memuaskan, maka muncullah gejolak di kalangan sahabat Anshar, hingga seorang di antara mereka berkata, ”Mudah-mudahan Allah memberikan ampunan kepada RasulNya, karena beliau telah memberi kepada orang Quraisy dan tak memberi kepada kami, padahal pedang-pedang kami yang menitikkan darah-darah mereka.”

Adapula di antara mereka yang berkata, “Rasulullah sekarang telah menemukan kembali kaum kerabatnya.”
Melihat gejala yang berkembang itu, Sa’ad bin Ubadah r.a segera melaporkan kepada Rasulullah saw, meskipun ia dapat memahami perasaan kaumnya, akan tetapi terasa tak baik dibiarkan terus berkepanjangan. Mendengar laporan tersebut Rasulullah saw bertanya, ”Bagaimana perasaan kamu sendiri ya Sa’ad ?” Sa’ad menjawab, “Ya Rasulullah, aku adalah bagian dari kaumku.”
“Kumpulkan kaum Anshar di tempat ini,” kata Rasulullah saw.
Segera Sa’ad bin Ubadah mengumpulkan segenap kaum Anshar, menghadap Rasulullah saw. Setelah semuanya berkumpul, kemudian Rasulullah bertanya kepada mereka :
“Apakah ucapan kalian yang telah sampai kepada saya ?”
Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, para ketua kami tidaklah mengatakan sesuatu pun. Hanya kami para pemuda, yang berkata, “Semoga Allah  mengampuni RasulNya. Beliau telah memberi orang Quraisy dan meninggalkan kami, padahal pedang-pedang kamilah yang telah menitikkan darah-darah mereka.”

Rasulullah bersabda, “Hai orang-orang Anshar, bukankah aku datang kepada kalian, sedang kalian dalam kesesatan, lalu Allah memberi petunjuk kepada kalian dengan perantaraan aku ? Dan kalian dalam kepapaan, lalu Allah  memberi kemampuan kepada kalian karena aku ? Dan dulu kalian bermusuhan, lalu Allah  mempersatukan kalian karena aku ?”
Kaum  Anshar menjawab, “Benar, Allah dan RasulNya amat pemurah dan mengaruniai !”
“Tidakkah kalian menjawab aku wahai kaum Anshar ?” tanya Rasulullah kepada mereka.
“Dengan apa kami harus menjawab engkau ya Rasulullah padahal bagi Allah  dan RasulNya semua kemurahan dan keutamaan”, jawab kaum Anshar.
Rasulullah bertanya lagi, “Apakah yang menghalangi engkau menjawab kepada Rasulullah ?”

“Ya Rasulullah, engkau mendapati kami tengah dalam kegelapan, lalu Allah  mengeluarkan kami kepada cahaya lantaran engkau.
Dan engkau mendapati kami tengah di tepi jurang api neraka lalu Allah menyelamatkan kami lantaran engkau.
Dan engkau mendapati kami dalam kesesatan, lalu Allah menunjuki kami lantaran engkau. Maka dari itu kami telah ridha Allah  sebagar Tuhan kami, dan Islam sebagai dien kami, dan kepada Muhammad sebagai nabi. Maka berbuatlah sekehendakmu, karena engkau adalah kehalalan, ya Rasulullah “, jawab mereka.

Namun seakan-akan Rasulullah belum mendapatkan jawaban yang tuntas, selanjutnya beliau  bersabda kepada mereka :

“Demi Allah, sekiranya kalian mau menjawab seperti ini tentu kalian berhak dan sungguh kalian pasti dibenarkan :
Bukankah engkau (ya Rasulullah) datang kepada kami dalam keadaan  didustakan, lalu kami (Anshar) yang membenarkan engkau.
Bukankah engkau dihinakan, lalu kami menolong engkau.
Bukankah engkau datang sebagai orang yang terusir, lalu kami melindungi engkau,
dan engkau dalam kedaan miskin, lalu kami memberi kemampuan kepada engkau.
Engkau datang sebagai orang yang takut, lalu kami mengamankan engkau.
Apakah kalian inginkan sepercik dari sampah dunia itu, ; dimana aku akan menjinakan satu golongan dengan sekelumit keduniaan itu agar mereka masuk Islam, sedang aku menyerahkan kalian kepada keislaman kalian yang kokoh.
Bukankah Allah telah mengutamakan keimanan kalian melebihi mereka, keimanan yang teguh tiada tergadai, tiada pula terbeli harta dunia ?”

Mendengar rentetan pertanyaan Rasul yang menyentuh hati itu, terdiamlah semua kaum Anshar. Tiada terasa menetes air mata keharuan mengingat semua yang telah mereka lalui bersama Nabi yang mulia. Setiap kesulitan dan kesenangan senantiasa selalu mereka bagi bersama Nabi, tidak sesaat pun beliau jauh dari mereka. Segala perang dan pertempuran, setiap tetes keringat dan darah yang tercucur, selalu ada Nabi bersama mereka. Tidaklah mereka melakukan itu karena menginginkan megahnya dunia dan banyaknya harta, akan tetapi sebab kecintaan dan keikhlasan yang mendalam. Mengingat segala memori indah perjuangan itu,  tidak sedikit kaum Anshar yang basah janggutnya karena derasnya air mata mengalir.
“Benar ya Rasulullah, kami sungguh telah ridha”, jawab kaum Anshar.

“Hai kaum Anshar ! Tidaklah kalian rela, bahwa orang-orang pergi dengan membawa kambing dan unta, sedangkan kalian kembali dengan membawa Rasulullah ke tempat tinggal kalian
Demi Dzat yang diri Muhammad berada dalam genggamanNya, jika bukan karena hijrah, tentu aku menjadi golongan Anshar !
Jika sekiranya orang-orang menempuh lembah dan tepi gunung, sedang orang Anshar menempuh lembah atau tepi gunung yang lain, niscaya aku menempuh jalan yag dilalui orang-orang Anshar !’ lanjut Rasulullah.

Maka makin dalamlah keharuan perasaan mereka karena Rasulullah. Betapa beliau sangat mencintai dan melebihkan mereka dalam derajat dan keutamaan iman dibanding kaum Quraisy.
Tanpa terasa sebagaian besar kaum Anshar yang tengah berhadapan dengan Rasulullah itu mencucurkan air mata. Tangis yang amat mendalam disebabkan karena kecintaan mereka terhadap Rasulullah, hingga janggut-janggut mereka basah oleh air mata. Akhirnya, mereka serentak menjawab :
“Tentu kami rela ya Rasulullah, jika orang-orang pulang membawa harta dan ternak yang banyak, maka kami kembali ke Madinah bersama Engkau ya Rasulullah. Mereka mendapatkan dunia, maka kami mendapatkan Engkau bersama kami baik di dunia maupun di Akhirat "

Demikianlah mengapa Nabi yang mulia lebih memilih Madinah sebagai kediamannya hingga akhir hayat, meskipun beliau telah menaklukkan kampung halamannya Makkah.
Madinah adalah kota Nabi, Madinah adalah kota Ilmu dan Iman, Madinah adalah kota bukti kebesaran jiwa dan kelapangan hati.  Itulah kemuliaan hati kaum Anshar, itulah ketulusan iman kaum Anshar, siapakah yang mampu menandinginya hingga hari ini ?

"Ya Allah muliakanlah kaum Anshar, angkatlah derajat mereka, senangkan hati mereka dan jadikanlah kami mangikut jejak teladan mereka"


Rahasia Iblis, Manfaat Bagi Umat Muhammad SAW

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a., ia berkata : " Kami bersama Rasululah SAW berada di rumah seorang sahabat dari golongan Anshar dalam sebuah jamaah. Tiba-tiba, ada yang memanggil dari luar : " Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, karena kalian membutuhkanku ". Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :" Apakah kalian tahu siapa yang menyeru itu ?". Para sahabat menjawab , " Tentu Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ". Rasulullah berkata : " Dia adalah Iblis yang terkutuk ? semoga Allah senantiasa melaknatnya". Umar bin Khattab r.a. berkata :" Ya, Rasulullah, apakah engkau mengijinkanku untuk membunuhnya?". Nabi SAW berkata pelan :" Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa dia termasuk mereka yang tertunda kematiannya sampai waktu yang ditentukan [hari kiyamat]?. Sekarang silakan bukakan pintu untuknya, karena ia sedang diperintahkan Allah SWT. Fahamilah apa yang dia ucapkan dan dengarkan apa yang akan dia sampaikan kepada kalian "

Ibnu Abbas berkata : " Maka dibukalah pintu, kemudian Iblis masuk ke tengah-tengah kami. Ternyata dia adalah seorang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Dagunya berjanggut sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda, kedua kelopak matanya [masyquqatani] memanjang [terbelah ke-atas, tidak kesamping], kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang keluar seperti taring babi, kedua bibirnya seperti bibir macan / kerbau [tsur]. Dia berkata, " Assalamu 'alaika ya Muhammad, assalamu 'alaikum ya jamaa'atal-muslimin [salam untuk kalian semua wahai golongan muslimin]". Nabi SAW menjawab :" Assamu lillah ya la'iin [Keselamatan hanya milik Allah SWT, wahai makhluq yang terlaknat. Aku telah mengetahui, engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluanmu wahai Iblis". Iblis berkata :" Wahai Muhammad, aku datang bukan karena keinginanku sendiri, tetapi aku datang karena terpaksa [diperintah]."

Nabi SAW berkata :" Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini, wahai terlaknat?". Iblis berkata," Aku didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan Yang Maha Agung, ia berkata kepada-ku 'Sesungguhnya Allah SWT menyuruhmu untuk datang kepada Muhammad SAW dalam keadaan hina dan bersahaja. Engkau harus memberitahu kepadanya bagaimana tipu muslihat, godaanmu dan rekayasamu terhadap Bani Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Engkau harus menjawab dengan jujur apa saja yang ditanyakan kepa-damu'. Allah SWT bersabda," Demi kemulia-an dan keagungan-Ku, jika engkau berbohong sekali saja dan tidak berkata benar, niscaya Aku jadikan kamu debu yang dihempas oleh angin dan Aku puaskan musuhmu karena bencana yang menimpamu". Wahai Muhammad, sekarang aku datang kepadamu sebagaimana aku diperintah.
Tanyakanlah kepadaku apa yang kau inginkan. Jika aku tidak memuaskanmu tentang apa yang kamu tanyakan kepadaku, niscaya musuhku akan puas atas musibah yang terjadi padaku. Tiada beban yang lebih berat bagiku daripada leganya musuh-musuhku yang menimpa diriku".
Rasulullah kemudian mulai bertanya :" Jika kamu jujur, beritahukanlah kepada-ku, siapakah orang yang paling kamu benci?".
Iblis menjawab :" Engkau, wahai Muhammad, engkau adalah makhluq Allah yang paling aku benci, dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu".
Rasulullah SAW :" Siapa lagi yang kamu benci?".Iblis :" Anak muda yang taqwa, yang menyerahkan jiwanya kepada Allah SWT".Rasulullah :" Lalu siapa lagi ?".
Iblis :" Orang Alim dan Wara [menjaga diri dari syubhat] yang saya tahu, lagi penyabar".
Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".
Iblis :" Orang yang terus menerus menjaga diri dalam keadaan suci dari kotoran".
Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".
Iblis :" Orang miskin [fakir] yang sabar, yang tidak menceritakankefakirannya kepadaorang lain dan tidak mengadukan keluh-kesahnya ".
Rasulullah :" Bagaimana kamu tahu bahwa ia itu penyabar ?".
Iblis :" Wahai Muhammad,jika ia mengadukan keluh kesahnya kepada makhluq sesamanya selama tiga hari, Tuhan tidak memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang yang sabar ".
Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".
Iblis :" Orang kaya yang bersyukur ".
Rasulullah bertanya :" Bagaimana kamu tahu bahwa ia bersyukur ?".
Iblis :" Jika aku melihatnya mengambil dari dan meletakkannya pada tempat yang halal".
Rassulullah :"Bagaimana keadaanmu jika umatku mengerjakan shalat ?".
Iblis :"Aku merasa panas dan gemetar".
Rasulullah :"Kenapa, wahai terlaknat?".
Iblis :" Sesungguhnya, jika seorang hamba bersujud kepada Allah sekali sujud saja, maka Allah mengangkat derajatnya satu tingkat".
Rassulullah :"Jika mereka shaum ?".
Iblis : " Saya terbelenggu sampai mereka berbuka puasa".
Rasulullah :" Jika mereka menunaikan haji ?".
Iblis :" Saya menjadi gila".
Rasulullah :"Jika mereka membaca Al Qur'an ?'.
Iblis :' Aku meleleh seperti timah meleleh di atas api".
Rasulullah :" Jika mereka berzakat ?".
Iblis :" Seakan-akan orang yang berzakat itu mengambil gergaji / kapak dan memotongkumenjadi dua".
Rasulullah :" Mengapa begitu, wahai Abu Murrah ?".
Iblis :" Sesungguhnya ada empat manfaat dalam zakat itu. Pertama, Tuhan menurunkan berkah atas hartanya. Kedua, menjadikan orang yang bezakat disenangi makhluq-Nya yang lain. Ketiga, menjadikan zakatnya sebagai penghalang antara dirinya dengan api neraka. Ke-empat, dengan zakat, Tuhan mencegah bencana dan malapetaka agar tidak menimpanya".
Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Abu Bakar?".
Iblis :" Wahai Muhammad, pada zaman jahiliyah, dia tidak taat kepadaku, bagaimana mungkin dia akan mentaatiku pada masa Islam".
Rasulullah :" Apa pendapatmu tentang Umar ?".
Iblis :" Demi Tuhan, tiada aku ketemu dengannya kecuali aku lari darinya".
Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Utsman ?".
Iblis :" Aku malu dengan orang yang para malaikat saja malu kepadanya".
Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib ?".
Iblis :" Andai saja aku dapat selamat darinya dan tidak pernah bertemudengannya [menukar darinya kepala dengan kepala], dan kemudian ia meninggalkanku dan aku meninggalkannya, tetapi dia sama sekali tidak pernah melakukan hal itu".
Rasulullah :" Segala puji hanya bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu sampai hari kiamat".
Iblis yang terlaknat berkata kepada Muhammad :" Hay-hata hay-hata [tidak mungkin- tidak mungkin]. Mana bisa umatmu bahagia sementara aku hidup dan tidak mati sampai hari kiamat. Bagaimana kamu senang dengan umatmu sementara aku masuk ke dalam diri mereka melalui alirtan darah, daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan yang menciptakanku dan membuatku menunggu sampai hari mereka dibangkitkan. Akan aku sesatkan mereka semua, baik yang bodoh maupun yang pandai, yang buta-huruf dan yang melek-huruf. Yang kafir dan yang suka beribadah, kecuali hamba yangmukhlis [ikhlas]".
Rasulullah :"Siapa yang mukhlis itu menurutmu ?".
Iblis dengan panjang-lebar menjawab :" Apakah engkau tidak tahu, wahai Muhammad. Barangsiapa cinta dirham dan dinar, dia tidak termasuk orang ikhlas untuk Allah. Jika aku melihat orang tidak suka dirham dan dinar, tidak suka puji dan pujaan, aku tahu bahwa dia itu ikhlas karena Allah, maka aku tinggalkan ia. Sesungguhnya hamba yang mencintai harta, pujiandan hatinya tergantung pada nafsu [syahwat] dunia, dia lebih rakus dari orang yang saya jelaskan kepadamu. Tak tahukah engkau, bahwa cinta harta termasuk salah satu dosa besar. Wahai Muhammad, tak tahukan engkau bahwa cinta kedudukan [riyasah] termasuk dosa besar. Dan bahwa sombong, juga termasuk dosa besar. Wahai Muhammad, tidak tahukan engkau, bahwaaku punya tujuh puluh ribu anak. Setiap anak dari mereka, punya tujuh puluh ribu syaithan. Diantara mereka telah aku tugaskan untuk menggoda golongan ulama, dan sebagian lagi menggoda anak muda, sebagian lagi menggoda orang-orang tua, dan sebagian lagi menggoda orang-orang lemah. Adapun anak-anak muda, tidak ada perbedaan di antara kami dan mereka, sementara anak-anak kecilnya, mereka bermain apa saja yang mereka kehendaki bersamanya. Sebagian lagi telah aku tugaskan untuk menggoda orang-orang yang rajin beribadah, sebagian lagi untuk kaum yang menjauhi dunia [zuhud]. Setan masuk ke dalam dan keluar dari diri mereka, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, dari satu pintu ke pintu yang lain, sampai mereka mempengaruhi manusia dengan satu sebab dari sebab-sebab yang banyak. Lalu syaithan mengambil keikhlasan dari mereka. Menjadikan mereka menyembah Allah tanpa rasa ikhlas, tetapi mereka tidak merasa. Apakah engkau tidak tahu, tentang Barshisha, sang pendeta yang beribadah secara ikhlas selama tujuh puluh tahun, hingga setiap orang yang sakit menjadi sehat berkat da'wahnya. Aku tidak meninggalkannya sampai dia dia berzina, membunuh, dan kafir [ingkar]. Dialah yang disebut oleh Allah dalam Qur'an dengan firmannya [dalam Surah Al Hasyr] :" (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika mereka berkatapada manusia:"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata:"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam". (QS. 59:16).

Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu berasal dariku. Akulah orang yang pertama kali berbohong. Barangsiapa berbohong, dia adalah temanku, dan barangsiapa berbohong kepada Allah, dia adalah kekasihku. Apakah engkau tidak tahu, bahwaaku bersumpah kepada Adam dan Hawa, " Demi Allah aku adalah penasihat kamu berdua". Maka, sumpah palsu merupakan kesenangan hatiku, ghibah, membicarakan kejelekan orang lain, dan namimah, meng-adu domba adalah buah kesukaanku, melihat yang jelek-jelek adalah kesukaan dan kesenanganku. Barangsiapa thalaq, bersumpah untuk cerai, dia mendekati perbuatan dosa, meskipun hanya sekali, dan meskipun ia benar. Barangsiapa membiasakan lisannya dengan ucapan cerai, istrinya menjadi haram baginya. Jika mereka masih memiliki keturunan sampai hari kiyamat, maka anak mereka semuanya adalah anak-anak hasil zina. Mereka masuk neraka hanya karena satu kata saja.
Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara umatmu ada yang meng-akhirkan shalat barang satu dua jam. Setiap kali mau shalat, aku temani dia dan aku goda dia. Kemudian aku katakan kepadanya:" Masih ada waktu, sementara engkau sibuk". Sehingga dia mengakhirkan shalatnya dan mengerjakannya tidak pada waktunya, maka Tuhan memukul wajahnya. Jika ia menang atasku, maka aku kirim satu syaithan yang membuatnya lupa waktu shalat. Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,' Lihatlah kiri-kanan', lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan kepadanya,' Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya'. Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.
Jika ia menang atasku dalam hal shalat, ketika shalat sendirian, aku perintahkan dia untuk tergesa-gesa. Maka ia 'mencucuk' shalat seperti ayam mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa. Jika ia menang atasku, maka ketika shalat berjamaah aku cambuk dia dengan 'lijam' [cambuk] lalu aku angkat kepalanya sebelum imam mengangkat kepalanya. Aku letakkan ia hingga mendahului imam. Kamu tahu bahwa siapa yang melakukan itu, batal-lah shalatnya dan Allah akan mengganti kepalanya dengan kepala keledai pada hari kiyamat nanti.
Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan jari-jarinya ketika shalat sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat. Jika ia masih menang, aku tiup hidungnya sampai dia menguap. Jika ia tidak menaruh tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya dan dengan begitu ia bertambah rakus di dunia dan cinta dunia. Dia menjadi pendengar kami yang setia.Bagaimana umatmu bahagia sementara aku menyuruh orang miskin untuk meninggalkan shalat. Aku katakan kepadanya,' Shalat tidak wajib atasmu. Shalat hanya diwajibkan atas orang-orang yang mendapatkan ni'mat dari Allah'. Aku katakan kepada orang yang sakit :" Tinggalkanlah shalat, sebab ia tidak wajib atasmu. Shalat hanya wajib atas orang yang sehat, karena Allah berkata :" Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, ??? Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (QS. 24:61) Tidak ada dosa bagi orang yang sakit. Jika kamu sembuh, kamu harus shalat yang diwajibkan". Sampai dia mati dalam keadaan kafir. Jika dia mati dan meninggalkan shalat ketika sakit, dia bertemu Tuhan dan Tuhan marah kepadanya. Wahai Muhammad, jika aku bohong dan ngawur, maka mintalah kepada Tuhan untuk membuatku jadi pasir. Wahai Muhammad, bagaimana engkau bahagia melihat umatmu, sementara aku mengeluarkan seper-enam umatmu dari Islam.
Nabi berkata :" Wahai terlaknat, siapa teman dudukmu ?".
Iblis :" Pemakan riba".
Nabi :" Siapa teman kepercayaanmu [shadiq] ?".
Iblis :" Pe-zina".
Nabi :" Siapa teman tidurmu ?".
Iblis :" Orang yang mabuk".
Nabi :" Siapa tamumu ?".
Iblis :" Pencuri".
Nabi:" Siapa utusanmu ?".
Iblis :"Tukang Sihir".
Nabi :" Apa kesukaanmu ?".
Iblis :" Orang yang bersumpah cerai".
Nabi :"Siapa kekasihmu ?".
Iblis :"Orang yang meninggalkan shalat Jum'at".
Nabi :"Wahai terlaknat, siapa yang memotong punggungmu ?".
Iblis :"Ringkikan kuda untuk berperang di jalan Allah".
Nabi :" Apa yang melelehkan badanmu ?".
Iblis:"Tobatnya orang yang bertaubat".
Nabi:"Apa yang menggosongkan [membuat panas] hatimu ?".
Iblis:" Istighfar yang banyak kepada Allah siang-malam.
Nabi:" Apa yang memuramkan wajahmu (membuat merasa malu dan hina)?".
Iblis:" Zakat secara sembunyi-sembunyi".
Nabi:" Apa yang membutakan matamu ?".
Iblis :" Shalat diwaktu sahur [menjelang shubuh]".
Nabi:" Apa yang memukul kepalamu ?".
Iblis:" Memperbanyak shalat berjamaah".
Nabi:" Siapa yang paling bisa membahagiakanmu ?".
Iblis :" Orang yang sengaja meninggalkan shalat".
Nabi:" siapa manusia yang paling sengsara [celaka] menurutmu?".
Iblis:"Orang kikir / pelit".
Nabi:" Siapa yang paling menyita pekerjaanmu [menyibukkanmu] ?".
Iblis:" Majlis-majlis ulama".
Nabi:" Bagaimana kamu makan ?".
Iblis:"Dengan tangan kiriku dan dengan jari-jariku".
Nabi:"Dimana kamu lindungkan anak-anakmu ketika panas ?".
Iblis:" Dibalik kuku-kuku manusia".
Nabi:" Berapa keperluanmu yang kau mintakan kepada Allah ?".
Iblis:" Sepuluh perkara".
Nabi:" Apa itu wahai terlaknat ?".
Iblis :" Aku minta kepada-Nya untuk agar saya dapat berserikat dalam diri Bani Adam, dalam harta dan anak-anak mereka. Dia mengijinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allah : Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (QS. 17:64) Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan ketika bersetubuih dengan istrinya maka syaithan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan taat kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allah :" ??. , dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki ?? (QS. 17:64) . Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar-mandi. Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku. Aku memohon agar saya punya al-Qur'an, maka syair adalah al-Qur'anku. Saya memohon agar punya adzan, maka terompet adalah panggilan adzanku. Saya memohon agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku. Saya memohon agar sayapunya teman-teman yang menolongku, maka maka kelompok al-Qadariyyahmenjadi teman-teman yang membantuku. Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfaq-kan harta kekayaannya untuk kemaksiyatan adalah teman dekat-ku. Ia kemudian membaca ayat : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya. (QS. 17:27)
Rasulullah berkata :" Andaikata tidak setiap apa yang engkau ucapkan didukung oleh ayat-ayat dari Kitabullah tentu aku tidak akan membenarkanmu".
Lalu Iblis meneruskan :" Wahai Muhammad, saya memohon kepada Allah agar saya bisa melihat anak-cucu Adam sementara mereka tidak dapat melihatku. Kemudian Allah menjadikan aku dapat mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku dapat berjalan kemanapun sesuai dengan kemauanku dan dengan cara bagaimanapun. Kalau saya mau, dalam sesaatpun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku :" Engkau dapat melakukan apa saja yang kau minta". Akhirnya saya merasa senang dan bangga sampai hari kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak daripada yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari kiamat.
Saya memiliki anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat Isya. Andaikata tidak karenanya tentu ia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum menjalankan shalat. Saya juga punya anak yang saya beri nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan ibadah dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamer-kan ditengah-tengah manusia sehingga semua manusia tahu. Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh sembilan dari seratus pahala-Nya sehingga yang tersisa hanya satu pahala, sebab, setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala. Saya punya anak lagi yang bernama Kuhyal. Ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang ada di majlis pengajian dan ketika khatib sedang memberikan khutbah, sehingga, mereka terkantuk dan akhirnya tidur, tidak dapat mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama. Bagi mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk selamanya.
Setiap kali ada perempuan keluar pasti ada syaithan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Dimana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua syaithan itu kemudian berkata kepadanya,' keluarkan tanganmu'. Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya.
Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak dapat menyesatkan sedikitpun, akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikata saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak akan membiarkan segelintir manusia-pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan " Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya", dan tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak memberikan hidayat sedikitpun kepada siapa saja, akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanah dari Tuhan. Andaikata engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang-pun kafir di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai hujjah [argumentasi] Tuhan terhadap makhluq-Nya. Sementara saya adalah hanyalah menjadi sebab celakanya orang yangsebelumnya sudah dicap oleh Allah menjadi orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya.
Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman dalam QS Hud : Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, (QS. 11:118) kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguh-nya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. 11:119) dilanjutkan dengan : Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku, (QS. 33:38)".
Kemudian Rasulullah berkata lagi kepada Iblis : " Wahai Abu Murrah [Iblis], apakah engkau masih mungkin bertaubat dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjamin-mu masuk surga".
Iblis menjawab :" Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan dan Qalam-pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka Maha Suci Tuhan, yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khatib para penduduk surga. Dia, telah memilih dan meng-khususkan dirimu. Sementara Dia telah menjadikan saya sebagai tuan orang-orang yang celaka dan khatib para penduduk neraka. Saya adalah makhluq celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepadamu dan saya mengatakan yang sejujurnya".
Segala puji hanya milik Allah SWT , Tuhan Semesta Alam, awal dan akhir, dzahir dan bathin. Semoga shalawat dan salam sejahtera tetap selalu diberikan kepada seorang Nabi yang Ummi dan kepada para keluarga dan sahabatnya serta para Utusan dan Para Nabi.

DIALOG ALLAH TA'ALA DENGAN DAUD AS

" Sesungguhnya mereka yang rindu kepada KU adalah orang orang yang ku bersihkan dari setiap kekeruhan hati, KU peringatkan mereka untuk berhati- hati menjaga diri, KU robek hati mereka satu koyakan sehingga mereka bisa melihat KU, Sesungguhnya hati mereka berada di dalam kekuasaan KU. Maka KU letakkan di atas langit KU, Kemudian KU panggil para malaikat KU yang cerdik, jika mereka berkumpul pasti bersujud kepada KU, Lalu AKU berfirman kepada para malaikat : "Sesungguhnya KU panggil kalian tidak untuk menyembah KU, Namun AKU tunjukkan kepada kalian semua hati orang orang yang rindu kepada KU. AKU bangga kepada kalian dan AKU bangga kepada orang orang yang rindu kepada KU. Hati mereka bercahaya di langit KU dan menimpa para malaikat KU seperti hal nya cahaya matahari menerangi bumi." " Wahai Dawud....! Sesungguhnya AKU telah menciptakan hati bagi mereka yang rindu kepada Keridhoan KU, AKU curahkan nikmat kepada nya dengan NUR wajah KU, KU ambil mereka agar mendekati KU, KU jadikan tubuh mereka menjadi tempat penglihatan KU ke bumi, KU tempuh hati mereka dengan jalan dimana dengan jalan itu dia dapat memandang KU, Sehingga bertambah terus setiap hari kerinduan nya kepada KU."

" Katakan lah kepada mereka wahai Dawud...., AKU telah mendengar ucapan mereka dan AKU mengabulkan terhadap apa yang mereka cintai, Hendak nya setiap orang dari mereka berpisah dengan teman nya hendaknya masing masing mencari jalan. Sesungguhnya AKU membuka hijab yan membatasi antara mereka dengan AKU. Sehingga mereka bisa memandang "NUR KU" dan Keagungan KU....! Dawud bertanya kepada ALLAH SWT: Wahai Tuhan KU..., Apakah yang menyebabkan mereka mendapat Anugerah MU.....? ALLAH berfirman : Dengan berbaik sangka dan mencegah dari duniawi serta isi nya. Bersunyi sepi dengan KU dan mereka bermunajah kepada KU, Sesungguhnya hal itu merupakan kedudukan yang hanya dapat di capai oleh orang orang yang membuang duniawi.sehingga hanya selalu ingat kepada KU. Kedudukan itu untuk orang yang mengosongkan hatinya dan hanya di isi oleh mengingat KU."

Jarak di Hati.

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya;
“Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan  marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?”
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab;
“Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak.”
“Tapi…” sang guru balik bertanya, “lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?”

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.

Sang guru lalu berkata; “Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat.
Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara ke duanyapun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.”

Sang guru masih melanjutkan; “Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil.
Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?” Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.
“Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan.”

Sang guru masih melanjutkan; “Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, tak mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang bijaksana. Karena waktu akan membantu anda.

7 Pintu Neraka

Yazid Ar raqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Rosulullah pada waktu yang ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh Rosululah saw: “Mengapa aku melihat kau berubah muka?” Jawabnya: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka- suka sebelum ia merasa aman daripadanya”.

Lalu Rosullulah saw bersabda:
“Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam”. Jawabnya: “Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama 1000 tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan 1000 tahun sehingga putih, kemudian 1000 tahun sehingga hitam, lalu menjadi hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar semua penduduk dunia karena panasnya. Demi Allah, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi karena panas dan basinya.
Demi Allah, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut dalam Al-Quran itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke 7. Demi Allah, andaikan seorang di ujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur karena sangat panasnya. Jahannam itu sangat dalam, perhiasannya besi dan minumannya air panas bercampur nanah, dan pakaiannya adalah potongan- potongan api. Api neraka itu ada 7 pintu, jarak antar pintu sejauh 70 tahun, dan tiap pintu panasnya 70 kali dari pintu yg lain”. MasyaAllah…
Dikatakan dalam Hadith Qudsi: ‘Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahariKu. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu: mempunyai 7 tingkat.
Setiap tingkat mempunyai 70.000 daerah.
Setiap daerah mempunyai 70.000 kampung.
Setiap kampung mempunyai 70.000 rumah.
Setiap rumah mempunyai 70.000 bilik.
Setiap bilik mempunyai 70.000 kotak.
Setiap kotak mempunyai 70.000 batang pokok zaqqum.
Di bawah setiap pokok zaqqum mempunyai 70.000 ekor ular.
Di dalam mulut setiap ular yang panjangnya 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat. Dan di bawah setiap pokok zaqqum terdapat 70.000 rantai. Setiap rantai diseret oleh 70.000 malaikat’.
‘Api yang ada sekarang ini, yang digunakan bani Adam untuk membakar hanyalah 1/70 dari api neraka jahannam’ (HR. Bukhari-Muslim). "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka akan mendengar kegeraman dan suara nyalanya". (QS. Al-Furqan: 11).
"Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah lantaran marah". (QS. Al-Mulk: 7). Air di jahannam adalah hamim (air panas yang menggelegak), anginnya adalah samum (angin yang amat panas), sedang naungannya adalah yahmum (naungan berupa potongan-potongan asap hitam yang sangat panas). (Lihat QS. Al-Waqi'ah: 41-44).
Rasulullah SAW meminta Jibril untuk menjelaskan satu per satu mengenai pintu-pintu neraka tersebut.
"Pintu pertama dinamakan Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kafir.
Pintu ke 2 dinamakan Jahim, yang diperuntukkan bagi kaum musyrikin.
Pintu ke 3 dinamakan Saqar, yang diperuntukkan bagi kaum shobiin atau penyembah api.
Pintu ke 4 dinamakan Ladha, diperuntukkan bagi iblis dan para pengikutnya.
Pintu ke 5 dinamakan Huthomah (artinya: menghancurkan hingga berkeping-keping), diperuntukkan bagi kaum Yahudi.
Pintu ke 6 dinamakan Sa'ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), diperuntukkan bagi kaum kafir.
Rasulullah bertanya: "Bagaimana dengan pintu ke 7.?" Sejenak Malaikat Jibril seperti ragu untuk menyampaikan siapa yang akan menghuni pintu ketujuh. Akan tetapi Rasulullah SAW mendesaknya sehingga akhirnya Malaikat Jibril mengatakan, "Pintu ke 7 diperuntukkan bagi umatmu yang berdosa besar dan meninggal sebelum mereka mengucapkan kata taubat".
Mendengar penjelasan yang mengagetkan itu, Rasulullah SAW pun langsung pingsan, Jibril lalu meletakkan kepala Rosulullah saw di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar beliau bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauan dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari umat ku yang akan masuk ke dalam neraka?” Jawabnya: “Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari umatmu.”
Nabi Muhammad lalu menangis, Jibrail pun ikut menangis. Kemudian nabi saw langsung masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan siapapun selama beberapa hari, dan ketika sholat beliau pun menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Karena tangisannya ini, semua sahabat ikut menangis, kemudian mereka bertanya: “Mengapa beliau begitu berduka?” Namun beliau tidak menjawab.
Sayyidah Fathimah az-Zahra melihat beliau karena tangisan yang tiada henti. Wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang diceritakan oleh Kasyfi, bahwa Bumi tempat beliau duduk telah basah dengan air mata. Sayyidah Fathimah as berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?”
Nabi saw menjawab: “Ya Fathimah, mengapa aku tidak boleh menangis.? Karena sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaku sebuah ayat yang menggambarkan kondisi neraka. Neraka itu mempunyai 7 pintu, dan pintu- pintunya mempunyai 70.000 celah api. Pada setiap celah ada 70.000 peti mati dari api, dan setiap peti berisi 70.000 jenis azab”.
Setelah mendengar ucapan tsb, para sahabat Nabi menangis dan meratap, “Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit”. Sementara sebagian lagi menangis dan meratap, “Seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini”. Ammar bin Yasir berkata, “Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab- sebab duka cita itu. Salman menjawab: “Celakalah engkau dan aku, Sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka).

MasyaAllah.. Sungguh dialog yang sangat mengerikan. Para sahabat meratap dan menangis, bahkan Nabi dan malaikat Jibril pun menangis saat mengetahui tentang dasyatnya siksa di neraka.
Bagaimana dengan kita..?

Diam Sejenak

      Sesaat setelah aku mengurus jenazah, terlihat sesosok tubuh berselimut kain kafan putih dan terbujur kaku. Ku lihat disekelilingnya terlihat sanak saudara saling berangkulan, dan sesekali terdengar sesenggukkan diiringi tetesan air mata kepiluan, keheningan dan kesedihan yang teramat dalam. Sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci Al Qur'an dari beberapa orang yang hadir menambah kepiluan mereka yang ditinggalkan. Hari ini, satu lagi saudara kita menghadap Rabb-nya, tidak peduli ia siap atau tidak. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.
     Saudaraku, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surge maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”(Ali Imran:185). Dan kehidupan di dunia ini (ibaratnya) hanyalah sebuah mimpi, dimana bangunnya adalah ketika kita mati. Maka, untuk menyakini hal tersebut, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menyambut maut dan bekal perjalanan yang panjang dan sudah  pasti akan kita temui kesulitan demi kesulitan, yang waktu kedatangannya tidak diketahui namun pasti. “Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS: Qaaf: 19) Maka, Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah olehmu mengingat kematian, si penghancur segala kesenangan duniawi.'' (HR Ahmad).
Dari Al-Hasan, dia berkata, "Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa salam bertanya kepada para sahabat, "Apakah setiap orang di antara kalian ingin masuk surga?" Mereka menjawab, "Benar wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Pendekkanlah angan-angan, buatlah ajal kalian ada di depan mata kalian dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu." (Diriwayatkan Ibnu Abid-Dunya). Ketika kita berani menengok ke dalam hati kita, ada berapa banyakkah angan-angan di dalamnya? Ada berapa banyakkah keinginan yang belum terpenuhi disana? Dan berbagai keinginan- keinginan yang semakin membuat kita terlena dalam kehidupan yang hanya sekejab  ini.
     Saat seorang saudara kita mendapatkan gilirannya untuk melakukan perjalanan panjang untuk menghadap Sang Khaliq, saat kita melihat tubuhnya membujur kaku, saat tubuh itu tak berdaya, saat tubuh tanpa nyawa itu diusung untuk dibawa ketempat tujuan awal perjalanan abadi setelah kehidupan dunia ini dan adalah tempat peradilan utama atas setiap amal kita, dan saat kita bersama-sama menanamkan jasadnya ke dalam tanah merah serta menimbunkan tanah diatas tubuhnya, sadarkah kita bahwa giliran kita juga suatu saat akan tiba, dan kenyataan bahwa waktu kita semakin mendekati kita. Abu Darda' berkata, "Jika engkau mengingat orang-orang yang sudah meninggal, maka jadikanlah dirimu termasuk mereka yang sudah meninggal."
     Saudaraku, pernahkah membayangkan betapa dahsyatnya maut menjemput, kita harus meregang nyawa saat malaikat pencabut nyawa  diperintahkan Allah menarik nyawa manusia perlahan-lahan atau bahkan dengan sentakan yang dahsyat, hanya untuk memisahkan ruh dari jasadnya yang sudah terlanjur melekat erat pada unsure kebumian kita Kata Rasulullah saw, " Sesungguhnya semudah-mudahnya kematian adalah seperti duri yang menancap pada bulu kulit domba. Tidaklah duri itu tercerabut melainkan ikut pula tercerabut bulu tersebut". (HR. Ibn Abi ad-Dunya)
Maka Sang Rasul suci itu pernah berkata lewat Watsilah ibn al-Asqa’ : “Datangilah orang2 yang sedang dalam sakaratul maut diantara kalian;bimbinglah mereka dengan kalimat ‘la Ilaha illa Allah’; dan gembirakanlah mereka dengan berita surga. Sesungguhnya orang yang sabar, baik laki2 maupun perempuan, akan merasa bingung saat keadaan genting tersebut.Saat itu, setan sangat dekat dengan anak cucu Adam. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya pencabutan nyawa oleh malaikat maut itu lebih menyakitkan daripada tebasan pedang. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah nyawa seorang hamba keluar dari dunia, melainkan setiap keringatnya merasakan sakit.” Dengan berita tersebut, cukup beranikah kita mengatakan bahwa kita termasuk orang yang sabar yang pantas dijanjikan berita surga? Atau malah kita sebaliknya, yang ditampakkan neraka?
      Ketahuilah, Rasulullah manusia kecintaan Allah dan para malaikat-pun merasakan pedihnya sakaratul maut. At- Turmudzi meriwayatkan bahwa A’isyah r.a pernah mengatakan, “Aku tidak menginginkan kemudahan kematian bagi seseorang setelah aku melihat betapa sulitnya kematian pada Rasulullah Saw”. Juga Ibn Abi ad Dun-ya meriwayatkan bahwa Muhammad ibn Ka'ab al Qurzhi pernah mengatkan, "Pernah sampai kepadaku bahwa yang paling akhir mati adalah Malaikat Maut. Dikatakan kepadanya, 'Malaikat maut, matilah!!' Saat itu, dia akan berteriak keras. Seandainya suaranya di dengar oleh penghuni bumi ini, niscaya mereka akan mati ketakutan. Setelah itu , ia mati." 
     Atau Ibn Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya nyawa seorang seorang mukmin akan keluar disertai cucuran keringat, sedangkan nyawa orang kafir keluar mengalirnya seperti nafas keledai. Sesungguhnya orang Mukmin pasti melakukan kesalahan. Oleh karena itu, dia akan merasakan kesulitan ketika menghadapi kematian sebagai tebusan bagi kesalahannya. Sedangkan orang kafir pasti memiliki kebaikan, sehingga dimudahkan dalam kematiannya sebagai tebusan atas kebaikannya.” (HR. Ath Tabrani) Dari berita ini, manakah yang hendak kita pilih, kemudahan dalam sakaratul maut, yg bisa jadi itu sebagai awal kesulitan kita di alam selanjutnya karena “kekafiran” hati kita, atau kita mengalamai kesulitan karena Allah hendak menyempurnakan kemudahan untuk perjalananan kita selanjutnya??Tentu saat ini kita tidak bisa memilih mana yang terbaik buat kita, tapi amal kitalah yang akan menentukan kita golongan yang mana.
    Saudaraku, bayangkan jika saudara yang baru saja kita saksikan prosesi pemakamannya itu adalah diri kita sendiri.  Bayangkan juga jika yang terbujur kaku terbungkus kain putih itu adalah diri kita yang saat ini tengah menikmati indahnya dunia. Sudah yakinkah kita bahwa kita akan dapat menolong diri   kita sendiri dari peradilan Allah? Akan adakah pertolongan dari orang tua, pasangan kita, anak2 kita, saudara2 kita, sahabat2 kita? Atau, bahkan musuh kita yang akan semakin memberatkan pengadilan kita nanti?Kita hanya diam dan membisu dan membiarkan seluruh tubuh kita bersaksi didepan Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya atas waktu dan kesempatan yang diberikan, dan kita hanya bisa menunggu keputusan yang akan diberikan Allah.
     Saudaraku, saat itu kita harus rela menerima keputusan dan menjalankan balasan atas segala perbuatan. Tentu tidak ada tawar-menawar, negosiasi, permohonan maaf, belas kasihan, bahkan air mata pun tidak berlaku dan tidak membuat Allah membatalkan keputusan-Nya. Karena kesempatan untuk semua itu sudah diberikan saat kita hidup didunia, hanya saja sudahkah kita mengambil dan memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada untuk kita tunduk, takut, menangis berharap akan ampunan-Nya dan menuruti perintah-nya sesuai dengan petunjuk pada Kitab-Nya?Sudahkan jalan hidup kita, akhlak kita sesuai dengan manusia panduan kita Rasulullah Muhammad saw?? Jika saat itu tiba , persaksian apakah dari  seluruh anggota tubuh kita? atau tulisan apakah yang ada dalam kitab diri kita?? Atau apakah kita termasuk golongan yang berhak mendapat syafaat Rasulullah Saw?
Allah Ta’ala berfirman :''Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'' (Al-Jum'ah: 8).
    Saudaraku, saat tubuh kita terusung diatas kepala para sanak dan kerabat yang menghantarkan kita ke tanah peradilan, tahukah kita bahwa saat itu kita berada dipaling atas dari semua yang hadir dan berjalan, tubuh dan wajah kita menghadap kelangit, itu semata untuk memberitahukan bahwa kita semakin dekat untuk memenui Allah. Tentu kita harus berterima kasih, karena masih ada orang-orang yang mau mengangkat tubuh kita dan mau bersusah-susah menghantarkan, mengubur bahkan membiayai prosesi pemakaman kita. Bayangkan jika kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan dibuka semua aib- aib kita oleh Allah Ta’ala Yang Maha Melihat itu, sudah pasti semua orang memalingkan mukanya dari muka penuh kotor dan nista kita. Saat itu, tentu tak satupun dari orang-orang yang masih hidup menangisi kepergian kita bahkan mereka bersyukur. Atau mungkin mereka membuang atau membiarkan jasad kita membusuk teronggok seperti bangkai hewan biasa?Na'udzubillaahi min dzaalik. Ya Allah…tolonglah kami …..
     Saudaraku, kita tentu juga mesti bersyukur saat Allah mengizinkan tanah- tanah merah yang juga makhluk Allah itu menerima jasad kita. Jika karena dosa dan kesalahan kita, ketidak berseraha diri kita, tanah-tanah itu bias jadi -atas izin Allah- ia akan menolak jasad kita karena kesombongan kita berjalan dimuka bumi. Jika ia mau, ia tentu berkata, "Wahai manusia sombong, ketahuilah bahwa tanah ini disediakan hanya untuk orang-orang yang tunduk". Ia juga bisa mengadukan keberatannya kepada Tuhannya untuk tidak mau menerima jasad manusia-manusia yang  tidak berserah diri (muslim) dan serakah menikmati kecintaan akan harta dan dunia. Tanah-tanah itu juga tentu bisa berteriak, "Enyahlah kau wahai jasad penuh dosa, tanah ini begitu suci dan hanya disediakan untuk orang-orang yang tunduk beriman" Tapi, atas kehendak Allah jualah mereka tidak melakukan itu semua.
            Sesaat setelah jenazah dimasukkan ke dalam liang kubur, yang akan terjadi adalah seperti yang dikatakan oleh Abu al Qasim as-Sa’di , “Tidak ada seorangpun, baik yang salih maupun yang jahat, yang bisa selamat dari himpitan kubur. Namun, ada perbedaan antara himpitan terhadap orang Muslim dengan orang kafir. Bagi orang kafir himpitan itu berlaku selamanya. Sementara bagi orang Muslim himpitan itu terjadi pada awal dia diletakkan di dalam kubur. Setelah itu, kuburnya kembali lapang untuknya.”
            Dengan berita ini, kita termasuk golongan yang mana. Lisan kita sering mengatakan bahwa kita seorang Muslim, tapi apakah pencerminan akhlak kita sudah sesuai dengan Muslim yang sesungguhnya, yang berserah diri pada kehendak Allah Ta’ala. Sedangkan Rasulullah saw pernah juga mengataka, “Aku tidak takut syirik di umatku karena mereka menyembah patung dan berhala, tapi cukuplah dikatakan syirik kecil bila dalam hatinya ada riya’” Dalam surat al Maa’uun Allah mengatakan : “…Maka celakalah orang yang sholat, yaitu yang lalai dalam  sholatnya, orang2 yang berbuat riya’…” Dengan hadist Rasul dan ayat tersebut, dimana posisi kita saat ini?
            Bisa kita bayangkan, orang yang sudah sholat saja bisa termasuk dalam kategori celaka, bila masih lalai, dimana sholatnya tidak mencegahnya dari perbuatan mungkar.Juga orang yang di dalam hatinya masih ada penyakit riya’. Sementara halusnya penyakit ini sangat tidak kita sadari muncul atau hilangnya. Subhanallah. Maka, sudah cukup bersihkan amal-amal kita dari rasa riya’?sombong? takabur? Sudah cukup ikhlaskah amal kita semata hanya untuk mengenal-Nya dan mencari ridho-Nya semata? Sudah lapangkah shadr kita ketika tiba-tiba orang terdekat kita memfitnah kita atau mencaci maki dan mencela semua perbuatan kita?
      Saudaraku, saat sekarang Allah masih memberikan waktu dan kesempatan, saat sekarang kita tengah menunggu giliran untuk menghadap-Nya, ingatlah selalu bahwa setiap yang hidup pasti merasakan mati. Saat kita mengantar setiap saudara yang mati, jangan tergesa-gesa untuk kembali ke rumah, tataplah sejenak sekeliling kita, disana terhampar luas bakal tempat kita kelak, ya, tanah-tanah merah itu sedang menunggu jasad kita. Tapi, sudahkah semua bekal kita kantongi dalam tas bekal kita yang saat ini masih terlihat kosong itu?
 "Wahai Tuhan Kami, Kami telah menzalimi diri kami sendiri, seandainya saja Engkau tidak mengampuni kami dan memberikan rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk kaum yang merugi."
Wallahu a'lam bishshowaab


Sumber :-
- Al Qur’an Depag
- Ziarah ke Alam Barzah oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi
- beberapa dari blog tetangga
Permata, Hari Ibu, 22 Dec 2010
Mengenang bunda....

Sebuah Pilihan

Sayyidina Ali k.w. pernah meriwatkan bahwa begitu seseorang meninggal dunia, jenazahnya terbujur, diadakan "upacara perpisahan" di alam ruh.  Pertama-tama ruh dihadapkan kepada seluruh kekayaannya yang dia miliki.
Kemudian terjadi dialog antara keduanya.
Mayit itu mengatakan kepada seluruh kekayaannya,"Dahulu aku bekerja keras untuk mengumpulkan kamu itu sehingga aku lupa untuk mengabdi kepada Allah Swt.,
sampai aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Sekarang, apa yang akan kamu berikan sebagai bekal dalam perjalananku ini."
Lalu harta kekayaan itu berkata, "Ambillah dariku itu kain kafanmu."
Jadi tinggal kain kafanlah yang dibawa untuk bekal perjalanan selanjutnya.      Sesudah itu si mayit dihadapkan kepada seluruh keluarganya,anak-anaknya,suami atau istrinya -
kemudian si mayit berkata, " Dahulu aku mencintaikamu, menjaga dan merawat kamu.
Begitu susah payah aku mengurus dirimu, sampai aku lupa mengurus diriku sendiri.
Sekarang apa yang mau kalian bekalkan kepadaku pada perjalananku selanjutnya ?"
Kemudian keluarganya mengatakan, "Aku antarkan kamu sampai ke kuburan."     Setelah perpisahan itu, si mayit akan dijemput oleh makhluk jelmaan amalnya.
Kalau orang yang meninggal ini adalah orang yang shalih, maka dia akan dijemput oleh makluk yang berwajah ceria,
yang memandangnya menimbulkan kenikmatan, dan memancarkan aroma semerbak.
 Makhluk jelmaan itu kemudian mengajak si mayit pergi.
Kemudian mayit itu berkata : "Siapakah Anda ini sebenarnya ? Saya tidak kenal dengan Anda."
Makhluk itu kemudian menjawab: "Akulah amal saleh kamu dan aku akan mengantarkan  kamu sampai hari perhitungan (hisab) nanti."    
Tetapi amal jelek juga akan berwujud.
Dia akan berwujud wajah yang menakutkan, dengan bau yang menyengat seperti bangkai,
dan ia akan terus menemani kita sampai hari hisab nanti.
Kemudian ketika amal buruk itu ditanya, "Siapakah Anda ini sebenarnya ?"
Maka dia menjawab, "Saya adalah amal kamu yang jelek.
Dan aku akan menemani kamu sejak alam barzakh sampaikebangkitan nanti.

Sebuah Pilihan

Sayyidina Ali k.w. pernah meriwatkan bahwa begitu seseorang meninggal dunia, jenazahnya terbujur, diadakan "upacara perpisahan" di alam ruh.  Pertama-tama ruh dihadapkan kepada seluruh kekayaannya yang dia miliki.
Kemudian terjadi dialog antara keduanya.
Mayit itu mengatakan kepada seluruh kekayaannya,"Dahulu aku bekerja keras untuk mengumpulkan kamu itu sehingga aku lupa untuk mengabdi kepada Allah Swt.,
sampai aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah.
Sekarang, apa yang akan kamu berikan sebagai bekal dalam perjalananku ini."
Lalu harta kekayaan itu berkata, "Ambillah dariku itu kain kafanmu."
Jadi tinggal kain kafanlah yang dibawa untuk bekal perjalanan selanjutnya.      Sesudah itu si mayit dihadapkan kepada seluruh keluarganya,anak-anaknya,suami atau istrinya -
kemudian si mayit berkata, " Dahulu aku mencintaikamu, menjaga dan merawat kamu.
Begitu susah payah aku mengurus dirimu, sampai aku lupa mengurus diriku sendiri.
Sekarang apa yang mau kalian bekalkan kepadaku pada perjalananku selanjutnya ?"
Kemudian keluarganya mengatakan, "Aku antarkan kamu sampai ke kuburan."     Setelah perpisahan itu, si mayit akan dijemput oleh makhluk jelmaan amalnya.
Kalau orang yang meninggal ini adalah orang yang shalih, maka dia akan dijemput oleh makluk yang berwajah ceria,
yang memandangnya menimbulkan kenikmatan, dan memancarkan aroma semerbak.
 Makhluk jelmaan itu kemudian mengajak si mayit pergi.
Kemudian mayit itu berkata : "Siapakah Anda ini sebenarnya ? Saya tidak kenal dengan Anda."
Makhluk itu kemudian menjawab: "Akulah amal saleh kamu dan aku akan mengantarkan  kamu sampai hari perhitungan (hisab) nanti."     
Tetapi amal jelek juga akan berwujud.
Dia akan berwujud wajah yang menakutkan, dengan bau yang menyengat seperti bangkai,
dan ia akan terus menemani kita sampai hari hisab nanti.
Kemudian ketika amal buruk itu ditanya, "Siapakah Anda ini sebenarnya ?"
Maka dia menjawab, "Saya adalah amal kamu yang jelek.
Dan aku akan menemani kamu sejak alam barzakh sampaikebangkitan nanti.