Kamis, 24 Maret 2011

Wasiat

Allah wasiatkan kepadamu lima perkara :
1. Jika dianiaya jangan menganiaya,
2. bila dikhianati jangan mengkhianat,
3. jika didustakan janganlah marah
4. jika dipuji jangan berbahagia,
5. jika dicela jangan gusar.
Pikirkanlah tentang apa yang dikatakan kepadamu. Jika yang diucapkan itu benar maka jangalah engkau menolak kebenaran itu karena takut jatuh harga dirimu. Sebab jatuhnya harga dirimu di hadapan Allah karena menolak kebenaran, jauh lebih buruk dan lebih jelek dari apa yang kamu takutkan. Dan jika yang dilontarkan kepadamu tidak benar, maka itu jadi pahala bagimu tanpa harus bersusah payah beramal.(Imam Muhammad al Baqir)

Khusyu Dalam Sholat

(Copas dari catatan sahabatku : Tessa Sitorini)

Diriwayatkan bahwa amalan hamba yang pertama kali dilihat pada Hari Kiamat adalah shalat. Jika didapati sempurna, diterima darinya dan amalan-amalan yang lain. Akan tetapi, jika didapati cacat, dikembalikan shalat itu kepadanya dan juga amalan-amlaan lainnya. Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan shalat fardhu adalah seperti timbangan. Barangsiapa yang menyempurnakannya, berarti sempurnalah ia.”

Sementara itu, Yazid ar Riqasyi berkata, “Shalat Rasulullah saw itu setimbang seakan-akan benda yang ditimbang.”

Rasulullah saw bersabda, “Dua orang dari umatku mendirikan shalat. Rukuk dan sujud mereka sama. Namun, apa yang ada di antara kedua shalat mereka itu seperti apa yang ada di antara langit dan bumi.” (Beliau menunjuk pada kekhusyukkan satu atas yang lainnya).

Dalam sebuah hadis disebutkan, “Pada Hari Kiamat Allah tidak memandang hamba yang tidak meluruskan tulang punggungnya di antara rukuk dan sujudnya.”

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan shalat pada waktunya, membaguskan wudhunya; serta menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukkannya, maka shalat itu naik ke langit dalam rupa putih bercahaya. Ia berkata, “Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku.”
Akan tetapi, barangsiapa yang mendirikan shalat di luar waktunya; tidak membaguskan wudhunya; serta tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya, maka shalat itu naik ke langit dalam rupa wajah hitam kelam. Ia berkata, “Semoga Allah menelantarkanmu sebagaimana engkau telah menelantarkanku.”
Dengan kehendak Allah, shalat itu dilipat sebagaimana pakaian manusia dilipat, lalu dipukulkan ke wajah orang itu.”

Ibn Mas’ud berkata, “Shalat itu adalah takaran. Barangsiapa menyempurnakannya, sempurnalah ia. Akan tetapi, barangsiapa yang menguranginya, hendaknya ia tahu firman Allah SWT: celakalah orang-orang yang mengurangi timbangan (QS Al Muthaffiffin [83]:1).”

Seorang ulama mengatakan, “Perumpamaan orang yang shalat itu seperti pedagang yang tidak memperoleh laba sebelum habis modalnya. Demikian pula shalat, tidak diterima sunnahnya, sebelum ditunaikan fardhunya.”

Abu Bakar r.a. berkata, “Jika tiba waktu shalat, berdirilah di hadapan api (murka) Tuhanmu yang kalian nyalakan. Lalu padamkanlah.”

Rasulullah saw bersabda, “Shalat itu ketenangan dan kerendahan hati.”

Rasulullah saw bersabda, “Shalat orang lalai tidak dapat mencegah perbuatan keji dan munkar.”

Rasulullah saw bersabda, “Betapa banyak orang yang berdiri untuk shalat tetapi tidak memperoleh selain letih dan lelah, dan tidak mendapatkannya selain orang yang lalai.”

Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”

Ahli makrifat berkata, “Shalat itu adalah empat hal, yaitu dimulai dengan ilmu, berdiri dengan rasa malu, ditegakkan dengan keagungan, dan keluar darinya dengan rasa takut.”

Seorang guru sufi berkata, “Barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, rusaklah shalatnya.”

Rasulullah saw bersabda, “Di surga ada sebuah sungai bernama al Afyah. Di situ terdapat bidadari-bidadari yang Allah ciptakan dari za’faran yang bermain dengan mutiara dan yakut. Mereka memuji Allah dengan tujuh puluh ribu bahasa. Suara mereka lebih indah daripada suara Daud a.s. Mereka mengatakan, “Kami adalah milik orang-orang yang mendirikan shalatnya dengan khusyu dan dengan kehadiran hati.” Allah SWT lalu berfirman, “Pasti Aku tempatkan ia di rumah-Ku dan menjadikannya berada di samping-Ku.”

Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi saw, “Katakan kepada orang-orang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku, ‘Di mana saja engkau mengingat-Ku, berzikirlah kepada-Ku, sementara kamu menghentikan anggota badanmu (dari berbuat maksiat). Ketika berzikir kepada-Ku, jadilah orang yang khusyuk dan tenang. Apabila kamu berzikir kepada-Ku, jadilah lidahmu di belakang kalbumu. Jika kamu berdiri di hadapan-Ku, berdirilah seperti berdirinya seorang hamba yang hina serta bermunajat dengan hati yang takut dan lisan yang benar.”

Dalam riwayat lain Allah SWT mewahyukan kepada Nabi saw, “Katakan kepada orang-orang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku, ‘Aku telah bersumpah kepada diri-Ku bahwa siapa saja yang mengingat-Ku, Aku akan mengingatnya. Akan tetapi, jika mereka tidak mengingat-Ku, Aku akan mengingat mereka dengan laknat.”

Ini tentang orang durhaka yang tidak lalai berzikir kepada Allah. Lantas bagaimana halnya jika berkumpul dalam dirinya kemaksiatan dan kelalaian? Seorang sahabat berkata, “Pada Hari Kiamat manusia dikumpulkan seperti keadaan mereka dalam shalat berupa ketenangan dan ketentraman, serta rasa kenikmatan dan kelezatan dalam menunaikannya.”

Nabi saw melihat seseorang yang mempermainkan janggutnya ketika shalat. Beliau lalu bersabda, “Kalau hati orang ini khusyuk, niscaya khusyuk pula anggota-anggota tubuhnya.”
Selanjutnya beliau bersabda, “Barangsiapa yang hatinya tidak khusyuk, ditolaklah shalatnya.”
Allah SWT memuji orang-orang yang khusyuk dalam shalat tidak hanya dalam satu ayat. Allah SWT berfirman, …orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya (QS Al Mu’minum [23]:2), …dan mereka selalu memelihara shalatnya(QS Al An’am [6]: 92); …mereka itu tetap mendirikan shalatnya (QS Al Ma’arij [70]: 23).

Ada yang mengatakan bahwa orang yang mengerjakan shalat itu banyak, tetapi orang yang khusyuk dalam shalatnya itu sedikit. Orang yang berhaji itu banyak, tetapi yang mabrur itu sedikit. Burung itu banyak, tetapi bulbul itu sedikit. Orang berilmu itu banyak, tetapi yang beramal itu jumlahnya sedikit.

Shalat adalah tempat ketundukan hati, kepasrahan dan kekhusyukan. Ini adalah tanda diterimanya amalan. Amalan sunnah itu ada syaratnya dan penerimaan pun ada syaratnya. Syarat amalan sunnah adalah ditunaikan fardhunya, sedangkan syarat diterimanya amalan adalah kekhusyukan, sebagaimana firman Allah SWT: “Sesungguhnya beruntunglah kaum beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (QS Al Mu’minun [23]:1-3)” dan ketakwaan seperti firman Allah SWT “…sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Maidah [5]:27).

Tentang ini Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mendirikan shalat dua rakaat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah, ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ia dilahirkan ibunya.”

Ketahuilah, tidak ada yang membuat seseorang lalai dari shalat selain dari pikiran-pikiran yang sibuk. Jadi, hal itu harus dihilangkan. Kadang-kadang bisa dilakukan dengan shalat dalam kegelapan atau di tempat yang sunyi, jauh dari kebisingan, tidak menggunakan sajadah yang berwarna-warni, dan tidak mengenakan pakaian yang bercorak yang dapat menarik perhatiannya ketika sedang shalat.

Diriwayatkan, Nabi saw mengenakan gamis bercorak yang diberikan Abu Jahm, lalu beliau shalat. Setelah selesai shalat, beliau menanggalkannya dan berkata, “Bawalah gamis ini kepada Abu Jahm. Pakaian ini telah melalaikanku dari shalatku.”

Nabi saw pernah pula memperbarui tali sandalnya. Kemudian ketika shalat, beliau selalu memandanginya. Oleh karena itu, setelah selesai shalat, beliau memerintahkan agar tali itu dilepas dan diganti dengan tali yang lama. Selain itu, Nabi saw pernah mengenakan cincin emas pada jarinya sebelum hal itu diharamkan. Lalu, ketika duduk di atas mimbar, beliau melemparkannya dan berkata, “Ini telah menyibukkanku dengan sekali memandangnya dan sesekali memandang kalian.”

Seorang sahabat shalat di rumahnya dekat dinding, sementara pohon kurma di samping rumahnya sedang berbuah lebat. Sesekali ia memandang buah kurma itu dan merasakan ketakjubannya. Lantas ia lupa berapa rakaat telah ia kerjakan. Hal itu kemudian disampaikan kepada Utsman r.a. ‘Utsman memerintahkan agar buah kurma itu disedekahkan di jalan Allah. Orang itu segera menjualnya dengan harga lima puluh ribu.

Seorang ulama salaf berkata, “Ada empat hal dalam shalat yang merupakan kesia-siaan; berpaling, mengusap wajah, meniup debu (pada tempat sujud), dan shalat di jalan tempat lalu lalang orang lain.”

Hal ini pun ditegaskan Rasulullah saw dalam sabdanya, “Allah Azza wa Jalla menghadap kepada orang yang shalat selama ia tidak berpaling.” Oleh karena itu, jika sedang shalat, Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. berdiri seperti tiang. Sementara sahabat yang lain apabila sedang rukuk tampak tenang seperti benda mati sehingga tidak merasakan burung-burung yang hinggap di punggungnya. Semua itu merupakan sikap yang dituntut di hadapan orang besar dari penghuni dunia. Lantas, bagaimana tidak dituntut di hadapan Raja segala raja?

Di dalam Taurat termaktub, “Wahai anak Adam, jangan merasa lemah untuk berdiri di hadapan-Ku dalam keadaan shalat sambil menangis. Aku adalah Allah yang dekat kepada kalbumu dan dalam gaib engkau melihat cahaya-Ku.”

Abu al ‘Aliyyah ditanya tentang firman Allah SWT: …orang-orang yang lalai dalam shalatnya (QS al Ma’uun [107]:5). Ia menjawab, “Orang-orang yang lalai dalam shalatnya sehingga tidak mengetahui apakah ia pada rakaat genap atau pada rakaat ganjil.”

Sementara Al Hasan berkata, “Maksudnya adalah orang-orang yang lalai terhadap waktu shalat sehingga berlalu.”
Oleh karena itu Rasulullah saw berfirman, “Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku tidak selamat dari (murka)-Ku kecuali dengan menunaikan apa yang Aku wajibkan kepadanya.”[]

(Dari buku 'Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi' - Abdul Qadir Jailani)

Suhuf Musa 33

Allah Tabaraka Wata’ala berfirman , “Wahai anak Adam janganlah engkau berbangga dengan kekayaanmu karena engkau tiadalah akan abadi di dunia ini.
Dan bersabarlah dalam menjalankan ta’at kepada Allah karena sesungguhnya Allah akan menolongmu dalam setiap kesulitan.
Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah karena sesungguhnya Allah Maha pemberi ampun. Dan maha penyayang.
Dan tinggalkanlah dosa karena sesungguhnya dosa itu akan menambahi orang yang melakukannya kekekalan di dalam neraka.
Dan janganlah engkau bersenang-senang dengan kekayaan karena sesungguhnya kekayaan itu adalah mulia di dunia akan tetapi hina di akhiraat.
Dan sesungguhnya fakir itu adalah kehinaan di dunia dan mulia di akhirat. Dan sesungguhnya kemuliaan akhirat itu sangatlah dekat dan abadi.
Dan ketahuilah sesungguhnya permintaan maaf itu darimu dan pemberian maaf itu adalah dari-Ku. . Darimulah permintaan taubat dan Akulah yang menerima. Dan darimulah rasa syukur dan dari sisi-Kulah pemberian tambahan akan keni’matan.
Dan darimulah usaha kesabaran dan dari sisi-Kulah pertolongan.
Maka carilah ilmu maka engkau akan mendapatlkan petunjuk jalan ke surga.
Wahai Musa bin Imran, Apabila hati hamba sibuk dengan urusan dunia, maka akan Aku sibukkan ia dengan kefakiraan. Dan akan Aku lalaikan ia akan kematian. Dan akan Aku uji mereka (dengan bala’) yaitu dengan kegemaran mengumpulkan harta benda akan tetapi lupa akan hari akhir.
Dan apabila yang dominant dalam hati hamba-Ku adalah sibuk dengan perkara akhirat maka akan Aku jadikan kesusahannya sebagai ibadah kepada-Ku, dan akan Aku kirimkan pembantu dari hamba-Ku dan malaikat-Ku dan akan Aku penuhi hatinya dengan mencintai-Ku.

Keutamaan Malam Jum'at

Sedang berusaha mencari berkah di malam Jum'at ini:

Rasulullah SAW mengatakan : “Allah swt memerintahkan kepada
Malaikat agar menyeru pada setiap malam Jum’at dari bawah Arasy dari
awal malam hingga akhir malam: Tidak ada seorang pun hamba mukmin yang
berdoa kepada-Ku untuk keperluan akhirat dan dunianya sebelum terbit
fajar kecuali Aku mengijabahnya, tidak ada seorang pun mukmin yang
bertaubat kepada-Ku dari dosa-dosanya sebelum terbit fajar kecuali Aku
menerima taubatnya, tidak seorang pun mukmin yang sedikit rizkinya
lalu ia memohon kepada-Ku tambahan rizkinya sebelum terbit fajar
kecuali Aku menambah dan meluaskan rizkinya, tidak ada seorang pun
hamba mukmin yang sedang sakit lalu ia memohon kepada-Ku untuk
kesembuhannya sebelum terbit fajar kecuali Aku memberikan kesembuhan,
tidak seorang hamba mukmin yang sedang kesulitan dan men derita lalu
ia memohon kepada-Ku agar dihilangkan kesulitannya sebelum terbit
fajar kecuali Aku menghi-langkannya dan menampakkan jalannya, tidak
ada seorang pun hamba yang dizalimi lalu ia memohon kepada-Ku agar Aku
mengambil kezalimannya sebelum terbit fajar kecuali Aku menolongnya
dan mengambil kezalimannya; Malaikat terus-menerus berseru hingga
terbit fajar.”

“Sesungguhnya orang mukmin yang memohon hajatnya kepada Allah, Dia menunda hajat yang
dimohonnya hingga hari Jum’at agar ia memperoleh keutamaan yang
istimewa (dilipatgandakan karena keutamaan hari Jum’at).”

Dari Aus bin Aus radhiyallohu anhu berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari yang afdhal bagi kalian adalah hari Jumat; padanya Adam diciptakan dan diwafatkan, pada hari Jumat juga sangkakala (pertanda kiamat) ditiup dan padanya juga mereka dibangkitkan, karena itu perbanyaklah bershalawat kepadaku karena shalawat kalian akan diperhadapkan kepadaku” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat yang kami ucapkan untukmu bisa diperhadapkan padamu sedangkan jasadmu telah hancur ?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bagi tanah untuk memakan jasad para nabi” (HR. Abu Daud, Nasaai, Ibnu Majah dan Ahmad dengan sanad yang shohih)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Sesungguhnya Allah swt memilih
Jum’at, lalu menjadikan harinya sebagai hari raya, dan memilih
malamnya menjadi malam hari raya. Di antara keutamaannya adalah,
orang yang momohon hajatnya kepada Allah Azza wa Jalla pada hari
Jum’at Allah mengijabahnya, suatu bangsa yang pantas menerima azab
lalu mereka memohon pada malam dan hari Jum’at Allah menyelamatkan
mereka darinya, tidak ada sesuatu pun yang Allah tentukan dan utamakan
kecuali Ia menentukannya pada malam Jum’at. Karena itu, malam Jum’at
adalah malam yang paling utama, dan harinya adalah hari yang paling
utama.”

Dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu bahwa Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda tentang hari Jumat, “Pada hari Jumat ada waktu yang mana seorang hamba muslim yang tepat beribadah dan berdoa pada waktu tersebut meminta sesuatu melainkan niscaya Allah akan memberikan permintaannya”. Beliau mengisyaratkan dengan tangannya untuk menunjukkan bahwa waktu tersebut sangat sedikit. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu dari Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam, beliau bersabda : “Jangan kalian mengkhususkan malam Jumat dari malam-malam lainnya untuk shalat lail dan jangan kalian mengkhususkan hari Jumat dari hari-hari lainnya untuk berpuasa kecuali jika bertepatan dengan waktu yang seseorang yang biasa berpuasa padanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Qatadah radhiyallohu anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shalllallohu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat maka dia berada dalam keadaan suci hingga Jumat berikutnya” (HR. Thabrani, Abu Ya’la, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim. )

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Jika kalian memasuki hari Jum’at, maka janganlah kalian disibukkan oleh sesuatu selain ibadah, karena hari itu adalah hari pengampunan bagi hanba-hamba Allah; pada hari Jum’at dan malam Jum’at Allah menurunkan kepada mereka rahmat dan karunia lebih banyak daripada mengambilnya dalam waktu yang singkat.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“ Jauhilah maksiat pada malam Jum’at, karena pada malam itu keburukan dilipatgandakan dan kebaikan dilipatgandakan. Baransiapa yang meninggalkan maksiat kepada Allah pada malam Jum’at Allah mengampuni semua dosa yang lalu, dan barangsiapa yang menampakkan kemaksiatan kepada Allah pada malam Jum’at Allah menyiksanya dengan semua amal yang ia lakukan sepanjang umurnya dan melipatgandakan siksa padanya akibat maksiat itu.”



Permata, Malam Jum'at, 24 Mart 2011

Kebaktian Kepada Orang Tua

Allahumma sholli ala Muhammad..
Ya Allah, ampuni kebodohanku dimasa lalu, ampuni kedua orang tuaku............
Mudahkan aku menemani anak-anakku agar mereka tidak mengulangi kesalahan dan dosaku, dan jagalah hatiku agar selalu lapang menerima segala tingkah anak-anakku....

“Rendahkan dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang, dan ucapkan: “Duhai Tuhanku, sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil.” (Al-Isra’: 24).
“Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).

Rasulullah saw bersabda:
“Berbaktilah kamu pada orang tuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti padamu. Jagalah kesucian isteri orang lain, niscaya kesucian isterimu akan terjaga.”

Berbakti kepada orang tua tidak cukup pada saat hidupnya
Rasulullah saw pernah ditanyai: “Siapakah yang paling besar haknya terhadap seseorang?” Beliau menjawab: “Kedua orang tuanya.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya ada orang yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka hidup, jika ia tidak memohonkan ampunan untuk mereka setelah wafat, maka ia dicatat sebagai anak yang durhaka kepada mereka. Dan sungguh ada orang yang durhaka kepada orang tuanya ketika mereka hidup, tapi sesudah mereka wafat ia memperbanyak istighfar untuk mereka, sehingga ia dicatat sebagai anak yang berbakti kepada mereka.”

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
 “Sungguh ada seorang hamba yang berbakti kepada orang tuanya ketika mereka hidup, tetapi setelah mereka wafat ia tidak menunaikan hutangnya, tidak memohonkan ampunan untuk mereka, maka  Allah mencatat ia sebagai anak yang durhaka. Sungguh ada seorang hamba yang durhaka kepada orang tuanya, tetapi setelah mereka wafat ia menunaikan hutangnya dan memohonkan ampunan untuk mereka, maka Allah mencatat ia sebagai anak yang berbakti kepada mereka.” 

Dalam hadis qudsi Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri­dhainya.  Barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.”

Imam Ja’far Ash-Shaqiq (sa) berkata:
“Takutlah kamu kepada Allah, dan janganlah durhaka kepada kedua orang tuamu, karena ridha mereka  adalah ridha Allah dan murka mereka adalah murka Allah.”

Rasulullah saw bersabda:  
“Barangsiapa yang percaya kepadaku tentang berbakti kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim, maka aku akan menjaminnya dalam hal penambahan harta, penambahan umur, dan sakinah dalam rumah tangganya.”
 “Barangsiapa yang ingin memperoleh kemudahan saat sakaratul maut, maka hendaknya ia menjalin silarurrahim dengan karabatnya, dan berbakti kepada kedua orang tuanya.”

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:  
“Berbakti kepada orang tua dan menjalin silaturrahim akan dimudahkan hisab amalnya…”

Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: "Apa ukuran durhaka kepada orang tua?"
 Rasulullah saw menjawab: "Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.”

Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa):
“Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.”
“Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua...”
“Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.”

Imam Ja’far  Ash-Shadiq (sa) berkata:
“…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” 

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa):  
“Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”

Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman:
“Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.”

Rasulullah saw bersabda:
“Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama­ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”
“Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.”
“Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” 

Permata, Malam Jum'at, 24 Maret 2011
Mempersembahkan ini untuk kebaktian kepada Ibunda Dewi Insasi binti Achmad, juga untuk Ayah Moch. Darwis.Semoga selalu terlimpah rahmat dan ampunan untuk keduanya.