Minggu, 09 Januari 2011

Takutnya Para al- Mukmin ( 7 )

AbduLlah bin Amr bin AL-Ash berkata, “Menangislah. Maka jikalau engkau tidak dapat menangis, maka berbuat tangislah, demi Tuhan Yang diriku di tangan-Nya, jikalau tahu diantara kamu akan pengetahuan niscaya ia berteriak sehingga putuslah suaranya dan ia akan mengerjaakan shalat sehingga pecahlah tulang pinggangnya”.
Seakan-akan AbdiLlah bin Amr bin Ash mengisyaratkan pada makna sabda Nabi SAW, :
لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا
Jikalau kamu tahu apa yang aku tahu niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.

Al-Anbari berkata, “Berkumpul para perawi hadits di pintu Fudhail bin Iyadh maka terlihat oleh mereka beberapa lubang dinding, Al-Fudhail itu menangis, dan janggutnya bergoyang-goyang lalu Al-Fudhail berkata, “Haruslah kamu dengan AL-Qur’an ! Haruslah kamu mengerjakan shalat ! Berhati-hatilah kamu. Tidaklah ini zaman hadits, sesungguhnya ini zaman menangis, merendahkan diri, ketetapan hati dan doa seperti doanya orang yang karam. Sesunguuhnya ini zaman : Peliharalah lisan engkau , sembunyikanlah tempat engkau , obatilah hati engkau, ambilah apa yang engkau pandang ma’ruf dan tinggalkanlah apa yang engkau pandang munkar.
Pada suatu hari orang melihat Al-Fudhail berjalan kaki lalu ditanyakan mau ke mana.
Al-Fudhail menjawab, “Aku tidak tahu”
Adalah Al-Fudhail itu berjalan kaki untuk melengahkan diri dari ketakutan.
Dzar bin Umar bertanya kepada bapanya Umar bin Dzar, “Bagaimana kiranya keadaan orang-orang yang ahli ilmu kalam yang berkata-kata maka tidak ada yang menangis akan tetapi apabila ayah yang berkata-kata niscaya aku mendengar tangisan dari setiyap sudut”.
Ayahnya menjawab,”Wahai anakku, tidaklah wanita yang meratap karena kematian anak itu seperti wanita yang meratap karena disewa (untuk meratap).
Diceritakan bahwa suatu kaum berdiri dengan seorang abid (ahli ibadah), dan abid itu sedang menangis. Maka orng banyak bertanya kepadanya,”Apakah yang membawa engkau kepada menangis ? kiranya engkau diberi rahmat oleh الله.”
Abid itu menjawab, “Luka yang diperoleh oleh orang-orang yang takut dalam hatinya”.
Mereka bertanya, “Apakah luka itu ?”
Abid itu menjawab, “terkejut oleh panggilan untuk datang kepada الله Azza wa Jalla”.
Adalah Ibrahim Al-Khawas itu menangis dan mengatakan dalam munajahnya, “Sesungguhnya aku telah tua dan telah melemah tubuhku untuk berkhidmah kepada Engkau, maka merdekakanlah aku !”
Shalih Al-Marri berkata, “Datang kepada kami Ibnu Samak lalu beliau mengatakan, “Perhatikanlah kepadaku akan sesuatu dari sebagian keajaiban hamba-hambamu”. Lalu aku pergi kepada seorang laki-laki pada sebahagian desa dengan Ibnu Sammak pada suatu rumah bambu kepunyaan laki-laki itu. Maka kami minta izin kepada lelaki itu. Tiba-tiba lelaki itu menganyam daun kurma maka aku bercakap dengannya, :
Pada waktu belenggu dan rantai telah dipasang di leher mereka, mereka dihela ke dalam air yang sangat panas kemudian mereka dibakar ke dalam api. (Al-Mukmin 71-72).
Maka lelaki itu memekik dengan keras dan jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Lalu kami keluar dari tempat lelaki itu dan kami meninggalkan dia dalam keadaan yang demikian. Dan kami pergi kepada orang lain lalu kami masuk ke tempatnya, maka aku bacakan ayat tadi lalu orang itupun memekik dengan keras dan jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Lalu kami pergi dan meminta izin kepada orang ketiga, maka orang ketiga ini mengatakan, “Masuklah kalau kamu tidak mengganggu kami dari tuhan kami”. Maka aku bacakan ayat :
ذالك لمن خاف مقامي وخاف وعيد
Tempat yang demikian itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada kebesaran-Ku dan takut kepada janji-Ku (Ibrahim 14).
Lalu orang itu memekik dengan pekikan keras, maka nampaklah darah keluar dari kedua lubang hidungnya, dan ia mengusapnya hingga kering. Lalu kami tinggalkan dia dalam keadaan yang demikian dan kemudian keluar. Maka aku telah keliling pada enam orang. Setiap orang yang aku keluar padanya maka aku tinggalkan dalam keadaan pingsan. Kemudian aku datangi orang yang ke tujuh lalu kami miunta izin untuk masuk. Rupanya ia adalah seorang wanita, dan dari dalam rumah bambu itu ia berkata, ‘”Masuklah”. Lalu kami masuk maka tampaklah seorang tua (suaminya) yang sudah lanjut usianya, duduk pada tikar mushalanya. Lalu kami memberi salam kepadanya . ia tidak mengetahui dengan salam kami, lalu aku berkata dengan suara keras,”Ketahuilah bahwa di hari esok, makhluk itu mempunyai tempat kedudukan”.
Maka orang itu menjawab, ‘Di hadapan siapa ?”Hati-hatilah engkau!” kemudian orang tua itu di dalam keheranan, yang terbuka mulutnya, matanya memandang ke atas, ia memekik dengan suara yang lemah Oh..oh..” sehingga suara itu terputus.
Lalu isterinya berkata, “Keluarlah, kamu sesungguhnya tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun darinya.”
Sesudah itu aku bertanya tentang orang banyak itu, rupanya tiga orang sudah sembuh, dan tiga orang lagi sudah kembali kepada الله تعالى (meninggal dunia). Adapun orang tua itu tiga hari di dalam keadaannya yang demikian, ternganga dan keheranan. Tidak mengerjakan amal yang fardhu dan setelah tiga hari barulah kembali akal pikirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar